- three ; confused

609 76 15
                                    

Sarada POV

"Jadi, apa maksudmu?" tanyaku sembari melempar beberapa batu kerikil.

"Maksudku, aku kan memang sudah sakit. Lihat, aku bisu!"

"Ya terus? Memangnya kenapa? Kenapa kau tidak coba untuk terapi atau yang lainnya?" tanyaku kesal.

"Aku bisu sejak kecil, dokter mengatakan aku tidak bisa berbicara lagi"

Sontak perkataannya membuatku sedikit terkejut. "Lalu?" Aku mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

Aku ingin tahu semua tentang lelaki ini. Semuanya.

"Dan karena hal itu, ayah dan ibu jadi membenciku"

"Mengapa bisa dia melakukan hal seperti itu kepada anaknya sendiri? Kau itu kan anak kandungnya!"

Boruto, bisa kulihat lelaki itu tertawa. Tanpa suara. Namun aku tahu, dibalik tawanya, seperti... menyiratkan sesuatu.

Aku merasa janggal.

Mana mungkin ada orang tua yang tega melakukan hal keji kepada anaknya sendiri.

"Mau dijelaskan beberapa kali pun kamu tidak akan pernah mengerti"

Emosiku perlahan memuncak. "Aku pasti bisa mengerti! Boruto, dengarkan aku! Kita ini sudah bersahabat. Dan sebagai sahabat, aku mengerti!"

"Tapi sayangnya, kamu gak pernah bisu, Sarada"

-

Boruto POV

"APA!? PERGI!?"

Aku mengangguk kecil. Terlalu takut untuk kutatap matanya. Mata ayah selalu tajam ketika berbicara denganku.

"Dasar tidak berguna! Kau tahu? Kau sampai melupakan semua pekerjaan rumahmu. Memangnya kamu pikir, sewa tukang bersih-bersih itu murah!? JAWAB!"

"Biar aku yang jawab!" Himawari meninggikan suaranya. Lantas aku pun ikut terkejut.

"Berani kamu melawan ayah!?"

"Ayah boleh membenciku, tapi tidak dengan kakakku! Dia itu baik! Yang tidak baik itu justru ayah. Seenaknya saja memperlakukan dia seperti pembantu! Memangnya ayah pikir, dia mau bisu? Tidak! Seharusnya ayah bangga mempunyai anak seperti kakak! Sudah ba-"

plak

"Apa? Bangga? Kau bilang mempunyai anak bisu seperti dia bangga? Tch, tidak akan pernah!"

Aku menggigit bibir bawahku. Ketakutan. Sejujurnya, aku sangat tidak suka kondisi seperti ini.

Sampai setega itukah ayah membenciku? Apa selama ini yang kuperbuat belum cukup untuknya?

"Ayah sangat kejam! Tidak sudi diriku mempunyai ayah seperti kamu!" Himawari menarik tangan kiriku, "Ayo kak!" Dan menuntunku untuk pergi ke kamarnya.

blam

Hima menutup pintu dan menguncinya. Sebenarnya, kamar kami saling terhubung. Ada satu pintu yang menghubungkan kamarku dan kamar Hima.

Aku duduk di atas kursi belajar, sedangkan Hima di atas kasurnya.

"Kak, aku gak paham sama jalan pikiran ayah! Aku terus mikir, kenapa ayah bisa sejahat ini sama kakak! Padahal ibu sama sekali gak pernah bantuin pekerjaan rumah. Harusnya, dia dong yang ngerjain, bukannya kakak!"

"Sudahlah Hima, biarkan saja"

"Kakak! Aku juga bingung sama kakak. Kenapa kakak selalu aja diamin mereka!? Apalagi yang aku dengar, kakak sering dibully sama kak Kawaki. Masa kakak gak mau lawan mereka semua sih?"

"Kakak gak apa Hima, biarin aja. Kakak kan kuat, masa gitu aja lemah sih"

Aku tersenyum. Tertawa pelan. Sakit sekali rasanya, tertawa tanpa suara.

"Kak... Hima sayang kakak!" Himawari berlari dan memelukku.

Aku menggangguk pelan lalu membalas pelukkannya. Jari-jemariku mulai mengelus pucuk kepala Hima.

"Pasti sakit ya kak, terus di bully? Kakak tenang aja! Hima akan selalu ada buat kakak! Janji deh!" Hima melepaskan pelukkannya. Ia tersenyum. Sangat manis. Senyumannya mirip sekali dengan gadis itu.

"Terima kasih" Aku ikut tersenyum.

Tiba-tiba, senyuman Himawari luntur. Raut wajahnya terlihat panik.

"K-kak..."

A/N :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N :

haii, maaf update malam-malam. tapi akan aku usahain supaya update seminggu 2 kali.

maklum, tugas online makin banyak, hihi. oh iya, jangan lupa comment dan pencet tanda bintangnya ya. thank u !

lanjutt ga nihh??

100 Day's my Girlfriend | BorusaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang