- two ; why?

663 78 15
                                    

"Hei!"

"Ah! Astaga, aku terkejut!"

"Tenang saja Kakak, aku Himawari!" Hima terkekeh. Tangannya menggandeng sang kakak menuju meja makan.

"Ayah dan Ibu sudah tidur sejak satu jam lalu. Ini, makanan jatah kakak. Aku sengaja menyembunyikannya agar mereka tidak tahu"

Boruto tersenyum haru. Lantas mengusap-usap pelan rambut Himawari.

"Hentikan kak! Rambutku jadi berantakan semua tahu" dengus Hima. Kemudian ikut tersenyum.

Boruto menghentikan aksinya, mengambil kotak makan yang telah disiapkan lalu pergi menuju kamar.

cklek

"Hima, kau kah itu?"

"Ah! I-ibu... Iya ini aku, ada apa?"

"Sepertinya Ibu dengar kau berbicara... Dengan siapa?"

"Bukan! Bukan apa-apa bu! Hima hanya berbicara dengan tikus dapur. Habisnya dia selalu saja mengganggu ketika aku mengambil air. Maka dari itu aku mengusirnya"

Hinata mengangguk-angguk kecil, "Baiklah baiklah, ayo tidur. Besok kamu tidak mau sampai terlambat, iya kan?"

Hima terkekeh. "Ah Ibu bisa saja! Yasudah, Hima masuk dulu. Selamat tidur!"

Himawari masuk ke dalam kamar. Kamar nuansa kuning ini adalah tempat favoritnya di rumah.

"Ibu itu sebenarnya baik. Kenapa ya sama kak Boruto dia jahat?"

-

Boruto terbangun dari tidurnya tepat pada jam 5 pagi. Ia segera merapihkan kasur dan pergi mandi.

Setelah selesai mandi dan memakai seragam, Boruto tak lupa membereskan kembali peralatan sekolahnya.

Untungnya saja, tadi malam dirinya sudah mengerjakan PR.

"Sebaiknya aku bergegas! Jangan sampai aku bertemu dengan mereka lagi!"

Boruto kemudian melompat lewat jendela. Sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tidak sarapan dan tidak keluar lewat pintu depan.

Jam 6.29 pagi Boruto sampai. Dengan cepat, ia berlari ke kelas. Meletakkan semua buku, catatan, dan PR penting ke dalam loker dan menguncinya.

"Kamu... udah sampai?"

Boruto berbalik, terkejut. Tetapi setelah itu mengangguk.

"Aku bisa bahasa isyarat lho! Jadi kalau kamu mau cerita sama aku boleh!"

Gadis bername tag Uchiha Sarada merangkul pundak lelaki pirang disampingnya.

"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat, lalu ceritalah semuanya padaku. Ingat ya, SEMUANYA!"

"Oh iya, satu lagi! Pastikan kau menghindari para pembully itu!"

"Menghindari ya? Tapi sayangnya aku sudah ada di sini"

Nafas Boruto tercekat. Begitupula dengan Sarada yang jantungnya mulai berdetak tidak karuan.

Sarada mencoba tenang seraya berbisik, "Jangan takut, aku ada disini. Kalau bisa yaa, kita mati bareng-bareng, oke?"

Boruto tertawa tak bersuara. Ia mengeluarkan bahasa isyarat.

"Lebih baik kau dibelakang, aku yang maju sendiri, oke?"

Dahi Sarada mengkerut. "Apa maksudmu Boruto?" batinnya.

Tanpa sadar, rangkulan Sarada terlepas. Boruto berlari ke arah Kawaki dan melayangkan tinjunya.

bugh

bugh

bugh

"Tch, udah mulai ngelawan lo? Diajarin siapa, hm?" Kawaki berdiri, giliran dia yang meninju perut Boruto hingga terpental.

bugh

"Hahaha, cuman segitu aja kemampuan lo? Tch, gak level!"

Kawaki tersenyum puas melihat kondisi Boruto. Pipi yang lebam dan bibir yang sedikit sobek akibat pukulannya.

Sarada yang melihat itu merasa kasihan. "Si Boruto kenapa gak mau lawan lagi sih?" umpatnya dalam hati.

Kawaki memandang jam dinding di pojok kelas. "Udah jam 6.40, bentar lagi rame. Mending gue balik!"

Sepeninggal Kawaki, Sarada memandang tajam Boruto. Membuat yang ditatap bergidik ngeri.

"Kamu kenapa gak lawan aja sih? Emang gak capek apa terus-terusan dipukulin kayak tadi?"

"Untuk apa nunjukkin kekuatan. Nanti mereka juga capek sendiri"

"Ya tapi kan gak gitu juga Boruto! Kamu nanti jadi sakit kalau gini terus!"

"Ya memang aku udah sakit"

"Ma-maksud kamu?"

"Ma-maksud kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N ;

hanya beberapa info dari aku, percakapan Boruto yang dicetak miring berarti lagi pake isyarat ya. ceritanya Sarada juga bisa pakai bahasa itu ^3^

jangan lupa comment dan pencet tanda bintangnya ya, thank u !

100 Day's my Girlfriend | BorusaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang