Chapter 2 The Girl in The Rain

79 46 50
                                    


Raindrop

(Chapter 2)

The Girl in The Rain

... eyes and freckles and your smile in the back of my mind making me feel like i just wanna know you better

Everything has Changed - Taylor Swift ft. Ed Sheeran

Setelah drama kaburnya Anna dari rumah membuat orang tuanya khawatir, akhirnya malam itu juga Anna dijemput ayahnya membicarakan masalah perceraian itu baik-baik, walaupun menurut Anna pembicaraan itu sia-sia tidak ada yang bisa membatalkan perceraian orang tuanya.

Sebagai gantinya, ayah Anna akan menuruti permintaan Anna untuk tinggal sendiri. Dirinya tidak ingin menjadi rebutan orang tuanya perihal hak asuh, demi Tuhan Anna sudah berumur 21 sekarang, dia ingin hidup mandiri seperti sahabatnya Adreena. Selain itu Anna ingin fokus dengan tulisannya. Dia bertekad ingin menyelesaikan novel kelimanya sebelum ia disibukkan dengan ujian akhir semester.

Sepulang dari kampus Anna berniat mendatangi kafe yang dekat dengan kampusnya, tempat dia biasa menulis, tapi kali ini dia hanya ingin memanfaatkan Wi-Fi di kafe itu untuk melihat-lihat iklan hunian yang sederhana.

"Anna, kamu pasti ingin ke kafe itu lagi kan?" Panggil Adreena, tampaknya dia baru keluar dari kelas. Anna dan sahabatnya itu memang satu fakultas hanya saja berbeda program studi. Anna di Program Studi Sastra Indonesia, sedangkan Adreena di Program Studi Sastra Inggris. Sistem kelas pada fakultasnya di susun secara acak tidak tergantung dengan program studi sehingga beberapa kali kelas Anna dan Adreena berdekatan. Itulah mengapa Anna dan Adreena bisa kenal.

"Ya, aku sedang menunggumu. Ayo," ajak Anna sambil membantu membawakan beberapa keranjang berisi kue yang ada di tangan Adreena..

"Wah, kamu peka sekali," kata Adreena sambil memperhatikan apakah Anna sudah baik-baik saja sejak kejadian malam itu. "Kamu sudah baik-baik saja, kan? Aku sangat mengkhawatirkanmu, apalagi saat aku dengan berita heboh tadi," sambung Adreena sambil berjalan ke area parkir menuju mobil Anna.

"Berita apa?" tanya Anna antusias.

"Kamu kenal Gisella? Anak Sastra Inggris juga, dia juniorku. Kamu pernah satu kepanitiaan dengannya waktu menjadi relawan di panti asuhan bulan lalu." Anna langsung teringat gadis cantik yang tidak lebih tinggi dari dirinya, Anna mengingatnya karena gadis itu sangat pandai membaca puisi. Anna pertama kali mengenal Gisella saat perekrutan anggota baru di unit kegiatan mahasiswa di bidang sastra.

"Tadi pagi aku dengar dia meninggal. Mayat nya ditemukan di dalam mobilnya yang terparkir di depan toko bunga Ivory dengan tiga luka tembak." mereka sudah mapai di dalam mobil namun belum ada yang memasang sabuk pengaman karena cerita Adreena sepertinya lebih menarik.

"Dan yang paling mengejutkanya, polisi mengatakan pembunuhan itu terjadi jumat malam dini hari. kamu juga datang kerumahku pada pukul itu, untung bukan kamu yang dibunuh, toko bunga Ivory sangat dekat dari pertigaan yang dekat rumahku " kata Adreena sambil memasang sabuk pengaman sambil bergidik ngeri.

Anna membelalakkan mata. Benar, untung bukan dia yang di bunuh, mengingat kondisinya malam itu sungguh menjadi sasaran empuk untuk dibunuh. "Lalu pelakunya sudah di tangkap?" tanya Anna sambil menjalankan mobilnya menuju kafe

Adreena menggelang "Menurut temanku cerita tadi, polisi kesusahan dalam olah tempat kejadian perkara. Masih bingung apakah bunih diri atau dibunuh. Jika bunuh diri tetapi tidak ditemukan senjata atau semacamnya didalam mobil, jika dibunuh tapi kaca mobil tidak ada yang bolong bekas peluru, tidak ada sidik jari, tidak ada jejak sepatu, tidak ada petunjuk apapun," Jelas Adreena.

RaindropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang