Seharusnya sepulang dari rumah sakit, Arra bisa segera menghabiskan waktunya dengan Denting. Namun ternyata suasana rumah cukup ramai. Beberapa tetangga dan saudara dari pihak Ranji datang menjenguk. Ibu mertua sibuk mondar-mandir ke dapur untuk mengambil air minum dan kudapan yang ia beli melalui aplikasi Gofood. Sementara itu, Denting digendong oleh salah satu kerabat.
Arra memperhatikan setiap tamu yang datang. Kepalanya berdenyut. Entah kenapa semenjak melahirkan, ia tidak menyukai keramaian. Ia tidak suka orang-orang datang menengok atau lebih tepatnya mengomentari apa yang seharusnya tidak dikomentari. Arra mengambil alih Denting dari salah satu wanita paruh baya. Ia tahu wanita itu masih memiliki hubungan darah dengan suaminya.
“Dari rumah sakit, ya?” tanya wanita paruh baya tersebut.
Arra mengangguk. “Iya, Bude.”
“Ngapain jauh-jauh ke rumah sakit Abdoel Moeloek? Paling dianjurin makan sayur yang banyak. Mending ke dukun pijat bayi kampung sebelah aja, Ra.” Wanita paruh baya itu mendekat ke telinga Arra sambil berbisik, “minta jampi-jampi biar ASI kamu cepat keluar.”
Astaga! Apa hubungannya ASI yang tidak keluar dengan jampi-jampi? Arra tidak habis pikir di zaman canggih seperti sekarang masih ada yang percaya dengan jampi-jampi. “Terima kasih, Bude. Tapi Arra nggak punya pikiran ke sana.”
Ibu mertuanya datang membawa kudapan dan mempersilakan para tamu untuk menikmatinya. “Arra itu susah sekali dibilangin, Mbak Yu. Suruh makan daun katu aja nggak mau. Makanya ASI nggak keluar-keluar. Kasihan cucuku, Denting.”
Dada Arra kembali sesak. Ingin rasanya mengusir semua tamu dan menutup pintunya rapat-rapat. Bila perlu, ia memasang papan yang bertuliskan 'TIDAK MENERIMA TAMU'.
“Oh, pantesan saja. Padahal ASI adalah susu terbaik. Nggak ada susu formula lain yang lebih baik dari ASI,” tambah wanita paruh baya itu.
Kompor. Benar-benar rasa panas yang menjulur ke aliran darah Arra. Ia berkali-kali menghela napas panjang untuk menahan semua amarah yang meronta-ronta untuk diluapkan. Denting mulai menangis seakan mengetahui apa yang ibunya rasakan. Arra berusaha menenangkan namun gagal. Denting terus menangis sehingga menyita perhatian seisi rumah, termasuk Ranji yang sedang mengobrol bersama kerabat dan tetangga laki-laki.
“Aduh, Sayang. Kenapa nangis? Sini-sini sama Oma,” ucap Ibu Ranji sambil mengambil alih Denting dari gendongan Arra. “Kayaknya kamu kudu banyak belajar mengurus Denting.”
Semua orang memusatkan perhatiannya ke arah Denting. Sementara Arra? Diam mematung di sebuah kursi. Kehadirannya seakan tidak dianggap ada. Arra beranjak menuju kamar tanpa mengucap sepatah kata. Ia bisa menjamin, tidak ada satu orang pun yang menyadari kepergiannya. Air matanya tumpah tepat saat dia menginjakkan kaki di pintu kamar.
Seburuk itukah Arra sebagai seorang Ibu? Adakah standar ibu yang baik di mata orang lain? Semua yang Arra korbankan seakan tidak pernah cukup untuk menunjukkan predikat ibu yang baik. Ia sudah mempertaruhkan nyawa untuk Denting seorang diri di ruang operasi yang dingin. Tanpa Ranji. Bahkan tanpa dukungan dari orang terdekat. Belum cukup. Ia harus menerima rentetan komentar negatif tentang ASI dan operasi sesar. Dua masalah tersebut selalu di bahas seolah tak ada habisnya. Mereka tidak merasa sungkan mengomentari hal yang menyangkut nyawa. Tanpa operasi sesar, nyawa Arra dan Denting terancam. Namun tanpa ASI, Denting masih bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi pintar. Jadi, apa yang dipermasalahkan?
Semua rentetan kejadian dari masa hamil hingga melahirkan terus berputar hingga membuat kepala Arra pening. Semuanya serba ia lakukan sendiri. Berjuang sendiri. Di hakimi sendiri. Mereka tidak pernah tahu malam-malam dingin yang ia lewati sendiri tanpa Ranji di sampingnya. Mereka juga tidak tahu, kalau ia nyaris tidak pernah bisa tidur nyenyak ketika hamil tua. Belum lagi, perasaan sakit hati yang ia pendam seorang diri karena mulut-mulut pedas yang tak beradab.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Giving Birth
RomansaArra Elsauna, seorang istri Ranji Larang, sekaligus pemilik Rumah Kreasi. Arra merasa dirinya mampu mengurus pekerjaan rumah tangga, tetap menjadi guru di Rumah Kreasi, dan mengikuti kelas ibu hamil. Saat kandungan Arra sudah memasuki 36 minggu, air...