PART 44

8.5K 635 22
                                        

Happy Reading :)
Typo bertebaran!


.
.
.

Banyak makna tersirat yang sudah menyalah artikan.
.
•••fsy

.
.
.

Kevin mengetuk pintu kamar Dira walau ia tau bahwa pintu itu sedang tidak dikunci. "Ra?" panggil Kevin.

Dira bergegas mematikan laptopnya yang tadi menayangkan sebuah film drama. "Masuk aja, Bang!" ucapnya sedikit berteriak.

Dira memandang Kevin takut, raut wajah lelaki itu seakan-akan marah padanya. Dira kembali mengingat-ingat apakah dirimya ada salah?

"Jelasin Ra."

"Hah?"

"Jelasin apa aja yang udah Rendy lakuin."

Dira merubah posisi duduknya tegak. Jadi sekarang Kevin sudah mengetahui bahwa Rendy mengancamnya?

"Je-jelasin apa sih, Bang?" tanya Dira sedikit terbata.

"Abang tau, Ra. Jangan pernah bohong sama Abang."

Dira menunduk.

"Jelasin ya?" ujar Kevin yang berubah menjadi lembut.

"Maaf Bang. Dira udah gak jujur. Dira takut Bang, Kak Rendy ngancem Dira. Dia bilang....hiks." Dira tak lagi melanjutkan perkataanya. Ia sudah menangis dan terisak.

"Alasannya apa. Takut kalo Abang musuhan sama Rendy?"

Dira mengangguk. Bukan hanya itu, ia takut jika Rendy membenarkan ancamannya.

"Dari hari ini. Ancaman itu gak usah di anggap ada. Biar Abang yang ngomong sama Rendy nanti. Oke?"

Dira memandang Kevin. "Janji?" ujarnya sambil menyodorkan jari kelingking kecil nya.

Kevin tersenyum. "Janji!" lelaki itu membalas kaitan jari kelingkingnya ke Dira.

***

"Gimana ada berita baru?" tanya seorang wanita yang masih berada di dalam sel tahanan polisi.

"Tidak ada Nona. Kami hanya melakukan penyerangan sekali saja waktu itu."

Sevie berdecih. "Gak becus. Dalam waktu dekat ini lo semua harus buat sesuatu."

"Baik Nona."

"Terus gimana kabar Rey?" tanya Sevie lemah. Sampai saat ini ia tidak pernah bertemu dengan Rey. Semua rencana yang sudah ia susun gagal total. Tidak ada pilihan lain selain menyuruh semua anak buahnya untuk bergerak membantu.

"Saya kehilangan kabar tentang Rey Malviano. Sepertinya semua akses ditutup oleh keluarga Malviano, Nona."

Sevie hampir gila. Wanita itu setiap hari berteriak memanggil nama Rey. Sampai-sampai petugas medis dari Kesehatan Jiwa datang ke kantor polisi untuk memeriksa dan memberikan obat penenang untuknya.

"Ini semua pasti salah gdis itu."

"Inget, buat Raka atau Rasya celaka! Jangan sampai gagal," lanjut Sevie sedikit berbisik.

Hingga beberapa detik kemudian seorang polisi yang memberitau waktu menjenguk sudah habis.

***

ARLANDIRA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang