kawan lama roy

13 0 0
                                    

Aku dan roy sudah masuk area pasar malam, tapi roy mengajakku singgah sebentar diwarung untuk makan malam. Dengan cemberut aku memakan makananku karena roy tak mauenuruti keinginanku untuk masuk merasakan keramaian pasar malam sebentar.

"makanan itu buat dimakan, bukan pelampiasan kesal." gerutu roy yang tak menatapku sama sekali.

"aku maunya langsung masuk, makannya nanti aja. Kenapa gak boleh?" tanyaku semakin mengaduk nasi dengan kesal.

"pokoknya kalo kamu gak makan dan habisin itu. Setelah ini kita pulang, gak ada ke pasar malam lagi." ancam roy yang membuatku langsung menatapnya sinis.

"gak asik banget sih kamu." gerutuku sambil makan dengan kesal. Gak ada romantis romantisnya banget sih roy,  cuek kaku, mana betah aku jadi istrinya.

Akhirnya makan makan selesai, aku dan roy segera berjalan berdampingan. Aku mulai tersenyum bisa kembali merasakan ini, walaupun ini tidak dijakarta tapi agak miriplah.

"roy, aku pengen arum manis itu." ucapku segera berjalan cepat menuju abang penjual arum manis, meninggalkan roy yang masih berjalan santai mengikutiku.

"roy, lihat deh. Bonekanya lucu banget ya." ucapku menatap penjual boneka.

"yang bener, mau arum manis atau boneka?" tanya roy yang baru sampai didebelahku.

Aku tersenyum lebar kearah roy.

"kayak anak kecil." gerutu roy.

Aku cemberut dan kembali menatap abang jualan arum manis. Sabar ana, roy emang gitu. Jadi kamu gak perlu masukin hati. Saat arum manisku telah jadi, roy segera membayarnya dan menggenggam tanganku.

Aku yang sedikit terkejut langsung menatap roy. Ia balas menatapku datar, aku segera merubah ekspresiku menjadi bingung.

"mau diam aja disini? Ayo jalan." ajak roy menarik tanganku. Mau tak maupun aku segera mengikuti langkahnya, jantungku berdebar tak tau mengapa. Padahal aku sama sekali tak suka roy, mungkin karena pertama kali roy genggam tanganku kali ya.

"roy, pengen beli krudung." pintaku. Roy tak menjawab, tapi ia menarikku menuju penjual kerudung.

"pilih gih, semua kerudung yang kamu suka." ucap roy setelah berhenti didepan penjual kerudung.

"kamu tunggu disini bentar ya." roy menatapku dan segera melepas tanganku.

"bang, titip bentar ya. Nanti saya yang bayar kerudung yang dia pilih semua." kata roy sebelum melangkah pergi. Kutatap punggung roy yang semakin menjauh, rasanya ingin menahannya. Tapi aku tak mau roy nanti salah faham.

"adek mau kerudung yang model mana?" tanya abang penjual.

Aku kembali melihat semua kerudung dan mulai memilih. Ada tiga pilihanku, segi empat dua dan langsung pake satu. Saat penjualnya membungkus kerudungku tiba tiba tiga orang laki laki berdiri disampingku, mereka menatapku tersenyum.

"hai cantik. Abang perhatiin sendirian aja." goda salah satu lelaki dengan mata genitnya.

Aku langsung merasa terganggu, kulihat abang penjual yang hanya diam tak berani membelaku. Aku melihat sekitar mencari roy yang tak kunjung datang.

"mau abang bayarin?" tambah yang lainnya menjawil lenganku.

"apaan sih lo." ucapku agak menjuh tak suka.

"tambah cantik tau kalo marah." goda yang lain lagi. Kulirik sinis mereka yang tersenyum genit kepadaku. Mana roy tak buru buru datang lagi.

"gak usah takut, abang baik kok." mereka mulai mengoceh lagi berusaha mendekatiku.

roychan N' jannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang