cowok sok tau

39 2 0
                                    

Aku duduk santai sambil bermain hp disofa ruang tengah.
Beberapa pesan dari mama yang menanyakan tentang keadaanku hanya ku hiraukan. Jam menunjukkan pukul 17:20, tapi abi belum juga pulang. Emang sok sibuk. Tiba- tiba terlintas sosok nazar difikiranku dan
membuatku tersenyum.

"lumayan juga dia, sepertinya dia juga baik." Gumanku. Aku memandang seisi rumah.
Sepi, tak jauh beda ama rumaku diJakarta. bedanya disini
kampung, disana kota metropolitan. Mama jelas pergi karena kerja, beliau wanita karir, tapi abi apa coba? Kepala sekolah? Nggak yakin aku, abi sih pantasnya tukang kebun. dan memang sama-sama gede
rumahnya, tapi disini nggak ber-AC, beda sama rumah mama, udah mewah ber-AC lagi.

"Neng ana makan dulu udah ibu siapin makan." Kata bu atun.

Aku hanya mengangguk dan segera bangkit menuju ruang makan. Sampai disana aku
segera melahap sepiring nasi yang telah disiap kan buatun.

"Abi mana bu?" tanyaku.

"disini." Ucap abi yang baru datang membawa cangkul.

"abi dari mana?"

"Dari kebun, udah sana, cepetan siap-siap kemasjid. Kita jamaah
bersama-sama."suruh abi.

"Nggak ah bi, ana sholat dirumah aja." Kataku malas.

"Nggak boleh, abi bilang dimasjid juga dimasjid, kamu jangan nawar." Kata abi masuk kamar.

"huft... nyebelin." Gerutuku berjalan masuk kamar.

#

Aku berada dibarisan paling belakang untuk mendengarkan
ceramah abi seusai sholat magrib, sekalian menunggu jamaah sholat isya'. Rasanya malas banget, kalo di Jakarta aku nonton tv, mainan hp, kalo nggak gitu ya nongkrong sama anak-anak. Tapi sekarang apa?.

Mau bangetsih mama dulu nikah sama abi, kok bisa. Gak
sampai mikir aku, padahal mama si wanita muslim berkarir
kekinian, dengan karir yang sangat cemerlang. menikah sama abi, laki-laki dingin dan nyebelin, sederhana, emang katanya kepala sekolah, tapi lebih pantes dipanggil tukang kebun. Mungkin itu salah satu
faktor kenapa mama dan abi cerai. Mama malu punya suami seperti abi. Tapi anehnya kenapa cerai nya setelah aku lahir. Nyebelin banget. Pikiranku pun melayang memikirkan tentang mama dan abiku. Sampai-sampai aku tak sadar bahwa waktu isyak telah datang. Dan kamipun segera bersiap-siap mjamaah sholat isya'. Aku berjalan pulang sendirian seusai sholat, karena malas menunggu bu atun, pak udin dan abi. Aku berjalan cepat menuju rumah karena rasa
sebalku.

"Kalo gini enak sama mama aja." Gerutuku menendang kerikil.

"Ana..!" sapa seseoarang berteriak. Akupun segera menoleh, ternyata dilla dan nazar yang berlari mendekatiku.

"Kamu sholat dimasjid juga?"
Tanya nazar tersenyum.

"Iya." Ucapku tersenyum.

"Roy..." panggilku kaget.

"assalamualaikum" Sapa roy tersenyum. Dan jujur, ini pertama kali ini aku melihatnya tersenyum walau hanya sebuah senyum simpul.

"Waalaikumussalam" Jawabku.

"Oh iya na, jadi kamu juga ikut ndengerin ceramah kyai rohman?" tanya dilla.

Kyai rohman?, jangan jangan yang nazar maksud abi. Jadi abi namanya rohman, dan dia kyai?. Batinku tak percaya.

"Kamu siapanya kyai rohman?" tanya roy yang mulai bicara.

"Kenapa kamu tanya kayak gitu?" Tanyaku balik.

" Penasaran aja, kamu tadi kemasjid sama kyai kan?" lanjut roy.

"Kalo aku putrinya gimana?" kataku santai.

"Apa?!" kata dilla dan nazar kaget. tapi roy hanya datar, tanpa
ekspresi sedikitpun.

"kamu yang jujur, na." Lanjut dilla tak percaya.

" Aku beneran, aku ini putrinya." yakinku tetap santai, karena aku tak bangga bangga amat punya aa kayak abi, walaupun gantengnya sangat parah.

"Ana, kyai rohman pemilik MA AL-JANNAH?" tanya nazar. Aku hanya mengangguk mulai tersenyum melihat ekspresi nazar yang terkejut.

"Jadi kamu, mar'atus sholihah sauqil jannah?" Tanya roy tersenyum. Aku menganggukkan kepala lagi.

"ana, kukira kyai rohman belum menikah, kok malah sudah punya putri?" kata nazar tak percaya.

"Iya na, trus istri kyai sekarang dimana?" tanya dilla yang membuatku tertunduk.

"Ibu kamu na" lanjut dilla.

"Mereka berdua udah lama cerai." Ucapku.

" cerai?!" ucap nazar dan dilla kaget.

"kok bisa? Padahal kyai rohman itu ganteng banget dan baik." kata dilla tak percaya.

Kugaruk garuk ujung hidung bingung, bersamaan dengan itu hpku berbunyi. ternyata dari mama, sat akan kutolak tiba-tiba bu atun datang.

"Neng ana, kata pak udin ibu pesen. Suruh ngangkat telfonnya kalo ibu nelfon. Beliau kangen sama neng ana.

"kata buatun tergesa-gesa.

"telat bu, udah ana tolak." Kataku menolak telfon dari mama dan tersenyum.

"Kok ditolak?!" semua kaget melihat ku.

"Biarin, pasti mama tanya yang nggak penting." kataku santai.

"Jannah, itu namannya ibumu kangen sama kamu. Beliau khawatir sama kamu." Kata roy memandangku tajam. hpku berbunyi kembali, dan aku
segera mematikannya.

"Jannah...! ternyata kamu itu bandel banget ya dibilangin!angkat telfon ibumu!" bentak roy.

Aku kaget dengan bentakan roy. Baru kali ini aku dibentak orang, mamaku sendiri aja nggak pernah bentak aku, roy yang
bukan siapa- siapaku berani banget dia bentak aku.teman aja belumku anggap. Kukepakan tanganku penuh emosi, hpku berdering kembali.

"Angkat nah!!! Jangan buat umimu khawatir!!!" Bentaknya kembali. aku menolaknya kembali.

"Jannah...!!, kamu itu..."

"Apa roy?! Apa?!" bentakku ganti.

"Kamu tau apa tentang aku? tentang kehidupanku? tau apa?" tanyaku kesal.

"maaf, tapi aku gak pengen kamu nanti menyesal seperti aku." roy menundukkan kepala merasa bersalah sudah ikut campur.

"Mamaku itu lebih sayang
pekerjaannya, dari ada aku putrinya" kataku.

"Tapi nah, beliau begitu juga untuk kamu." Terang roy lembut.

"untuk aku???, gak mungkin. Dan itu semua sayang sekali, karna aku udah benci baget sama mama aku." Kataku melotot kesal.

"Aku benci banget sama
mama aku roy!!" bentakku.

Plak....!!! tamparan mengenai pipiku sangat keras.

Semua langsung menunduk melihhatku. Aku mendongakkan
kepala melihat siapa orang yang telah berani menamparku.

"Abi!" katakku kaget. Jantungku langsung berdebar melihat abi menatapku tajam penuh amarah.

"Siapa yang ngajarin kamu bicara kayak gitu! kamu itu disekolahin biar tau adab jannah! memang umimu kurang keras mendidikmu dia pasti selalu manjain kamu!" bentak abi. hpku berbunyi kembali, tapi aku tetap diam menunduk merasakan sakit bekas tamparan abi.

"angkat jannah!" bentak abi lagi yang membuat air mata mengalir.

"Abi jahat! " ucapku segera berlari pulang. Aku langsung masuk kamar dan membanting tubuhku diatas kasur. Tangisku langsung tumpah dengan
deras. Kasar bangetsih abi, aku nggak suka. Seumur hidup aku
nggak pernah sampai dibentak atupun ditampar oleh mama.

Ternyata roy gak Cuma aneh, dia nyebelin. agrh... semua ini gara-gara mama. batinku kesal.

Hpku berbunyi kembali, dan ternyata tetap mama yang menelfon. Aku segera mengangkatnya.

"Puas ma?!!!, mama sekarang udah puas buat ana malu didepan teman-teman
ana. Mama puas buat ana dibentak abi dan ditampar abi? Puas ma?!" bentakku menyalurkan seluruh emosiku.

"Mama jangan sok perhatian sama ana deh. Basi tau." Kataku ketus dan langsung mematikan hp. Malam itu pun aku menangis sejadi jadi nya.

roychan N' jannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang