rasa apa ini?

9 1 0
                                    

perlahan aku membuka mata merasakan pukulan pelan dipunggung tanganku. Ku usap usapkan pipiku mencari tempat nyaman untuk tidur.

"jannah..., udah sampek." suara roy yang membuat mataku langsung terbelalak kaget. Kuingat lagi terakhir kali aku sadar, aku dan roy berangkat kekota menggunakan motor butut. Dan setelah itu aku.... 

Kurasakan tanganku memeluk sesuatu, kepalaku dan tubuhku yang menyandar sesuatu itu yang sekarang kupeluk. Dan satu perasaan yang kurasa sekarang, sangat nyaman dan bau harum ini juga membuatku semakin nyaman.

"sampek kapan kamu peluk aku kayak gini..." keluh roy membuatku semakin tersadar. Kukedip kedipkan mata berkali kali, agak kujauhkan kepalaku mencari tau apa yang aku peluk. Ku tersentak kaget sampai tubuhku tak seimbang dan terjatuh dari montor.

"aduh..." rintihku kesakitan. Roy segera turun dari montornya kemudian melangkah pergi meninggalkanku. Aku mencebik kesal karena sikap dingan dan acuh roy. Terus saja seperti itu, awas saja. Akan ku balas,  bila aku bisa. Aku segera bangkit dan membersihkan bokongku. Ku melangkah menghampiri roy, ia sedang membuka pintu rumah yang aku sendiri tak tau itu rumah siapa.

"rumah siapa?" tanyaku padanya.

Roy melenggang masuk rumah setelah berhasil membuka pintu. Ia seperti menganggap pertanyaanku adalah angin lalu.  Sabar ana...., biarin si frozen itu. Emang dia gitu, dan kamu harus bisa terbiasa.

Ku ikuti langkah roy masuk kedalam rumah. Rumah ini tak terlalu besar dan sederhana, tak nampak mewah melainkan unik. Banyak ayat ayat ditempel ditembok dan beberapa foto yang kuyakini itu adalah ulama' terkenal.

"siap siap sholat ashar, kita sholat berjamaah." kata roy tanpa menatapku,  kemudian ia menunjuk sebuah bilik. "itu kamar mandi, kamu duluan aja." berita roy melangkah lebih masuk kedalam rumah.

#

Roy pov

Aku terus menatap jannah yang sekarang sedang membaca al qur'an dengan baik dan tartil. Jujur, aku sangat takjub melihat dan mendengar jannah seperti ini. Dia sangat berbeda dengan biasanya yang keras kepala, pemarah dan pembangkang.

Dia lebih cocok menjadi wanita yang lemah lembut bila dilihat sekarang. Bagaimana suaranya melafalkan al qur'an dengan tarril, dia nampal terlihat seperti seorang perempuan sholihah.

"ngapain lihat lihat?" tanya jannah menatapku sewot. Aku segera memalingkan mukaku cepat karena ketauan.

"jangan pd, aku liat tembok belakang kamu kok." kataku santai, sebisa mungkin menyembunyikan raut gugupku.

"bisa banget sih nyembunyi in wajah gugup, dasar pembohong." cibir jannah.

Kusunggingkan senyun tipis untuknya, memang percuma aku berbohong. Toh udah ketahuan sama orang yang kuperhatikan sedari tadi.

"kapan sih roy berangkatnya???" rengak jannah yang telah menutup al qur'an.

"habis maghrib." balasku santai dan entah mengapa setelah usai berucap, adzan maghrib berkumandang. Membuat jannah bersorak gembira seperti anak kecil.

Dan lagi lagi aku memperhatikan sikap kekanakan jannah. Tapi ini terlihat menggemaskan membuatku menyunggingkan senyum melihatnya.

Kami segera melaksanakan sholat maghrib berjamaah dan setelah itu, bersiap untuk berangkat ke pasar malam.

#

roychan N' jannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang