Salah Paham

112 4 1
                                    

Dia seperti bulan yang satu satu nya ada di langit...
Sementara aku bintang yang menjadi salah satu yang ada di langit...
Dilirik saja sudah syukur...
Tidak dilirik juga tidak apa apa..
Sama seperti kamu!
Dilirik kamu aja aku udah bersyukur...
G di notis juga gpp.

-----

'Gue...suka sama Acha'
Kalimat itu selalu menghantui pikiran Nathan sejak 3 jam yang lalu setelah Nathan mengantar Acha pulang ke rumah gadis.

Sebuah pernyataan yang mengejutkan saat Nathan mendengar kalimat itu terlontar dari bibir adik nya sendiri. Nathan tidak salah dengar. Tentu saja! Ia mendengar langsung dari Haikal. Telinga Nathan juga masih berfungsi dengan baik ia tidak tuli sedikitpun.

Flashback on

"Apaan sih kak? Lo main tarik aja"
Gerutu Acha saat ia sudah berdiri di depan rumah Nathan bersama pemilik rumah itu.

Nathan tidak menjawab ia kembali menarik tangan Acha masuk ke dalam rumah nya. Acha? Gadis itu sudah benar benar jengkel rasa nya. Namun Acha memilih diam tidak mengeluarkan kata kata kasar. Sampai di dalam Nathan mendudukan Acha di sofa lalu pergi ke arah ruang tengah.

Acha semakin jengkel dengan Nathan yang sedari tadi hanya berbuat namun tak bersuara sedikitpun. Cukup lama Acha duduk di sofa dengan warna krem itu. Jangan lupa sumpah serapah yang ia lafalkan untuk Nathan namun tetap di dalam hati nya.

Nathan datang dengan kotak p3k di tangan nya. Ia berjalan menuju Acha. Nathan memberikan kotak itu tanpa berbicara. Lalu ia duduk di sebelah Acha sambil menyodorkan kepala nya.

"Obatin dulu luka gue baru gue jelasin"
Ucap Nathan dengan wajah santai.

Acha menurut. Ia tidak ingin berdebat dengan Nathan. Jika berdebat dengan Nathan, maka rasa jengkel nya pada kakak kelas nya itu pasti akan bertambah.

Hening menyelimuti ruangan itu. Acha sibuk mengobati lebam yang ada di wajah Nathan yang di sebabkan oleh Ray. Sementara Nathan memejam mata nya sibuk bergelut dengan pikiran nya sendiri.

Gubrakkk

Bunyi suara pintu rumah di buka dengan kasar. Acha memilih tidak peduli dan lanjut mengobati luka Nathan dengan cairan antiseptik. Sementara Nathan melirik ke belakang Acha. Lebih tepat nya ke arah pintu.

Haikal datang dengan wajah pias. Ia sudah seperti mandi keringat. Baju basket yang ia kenakan pun warnya semakin menggelap karna keringat nya sendiri.

"Udah pulang? Tumben cepet?"
Tegur Nathan mengalihkan fokus Haikal yang semula sibuk melepas tali sepatu nya yang entah kenapa sulit untuk di buka.

Haikal melirik Nathan curiga. Siapa gadis yang di bawa Nathan? Tidak mungkin Felixya kan? Tapi pikiran itu ia iya kan sendiri saat melihat lebam di wajah Nathan. Aaa pasti Felixya bersikeras mengobati luka Nathan. Tidak heran ekspresi Nathan tampak tidak bersahabat.

"Lapangan nya di pake ada lomba mendadak"
Ucap Haikal sembari memperbaiki posisi tas nya.

Ia berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai atas. Haikal masih penasaran siapa wanita yang di bawa oleh kakak nya meski ia sudah berasumsi kalau wanita itu adalah Felixya. Haikal melirik sedikit ke arah gadis itu. Namun gadis itu menunduk mengambil sesuatu hingga wajah gadis itu tertutupi rambut nya sendiri. Akhirnya Haikal memilih masa bodoh dengan siapa wanita itu. Ia melanjutkan langkah nya menuju lantai dua.

"Selesai, sekarang jelasin"
Haikal mematung saat mendengar suara wanita yang baru saja ia dengar.

Itu bukan suara Felixya. Suara Felixya biasa nya di imut imutkan oleh gadis itu sendiri saat ia sedang berbicara dengan Nathan. Haikal berbalik lagi menuruni tangga yang sudah setengah ia naiki.

My Bad Boy Senior (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang