Jujur, ini patah hati terhebatku,
••••
ikhlas adalah kata lain dari melepas secara paksa, berat.
••••
Alden menatap kaku gadis yang terkulai lemah dengan mata penuh air mata tepat dibahunya. Pikiran cowok itu kini benar-benar kacau, ia tidak tahu apa yang akan ia perbuat selanjutnya. Otaknya seperti berhenti bekerja.
Ia belum percaya semua ini usai. Tidak mungkin.
Setelah bianglala itu selesai diperbaiki dan bekerja seperti biasa. Tanpa aba-aba saat Bianglala itu sampai ke bawah bahkan belum sempat benar-benar berhenti Alden sudah mengangkat tubuh gadis itu di kedua tangannya. Ia menggendong Eska dengan wajah prustasi. Membopong tubuh mungil itu tanpa berpikir akan ia bawa kemana.
"Tolonggg!!" Teriaknya keras tanpa eskpresi.
"Tolong!"
Sesekali ia melihat wajah Eska yang masih terlelap "Nggak, itu nggak akan terjadi" ucap cowok itu sambil menggeleng keras.
Beberapa orang mulai berhamburan mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi "kenapa mas?"
"Ambulance cepat panggil ambulance! Tolong pak" pinta Alden dengan keras membuat beberapa orang langsung menelpon Ambulance.
Wajah Alden nampak memucat, rambut acak-acakan dengan nada suara terdengar sangat prustasi.
"Ada apa?" Tanya seseorang yang mencoba memecah kerumunan orang-orang yang begitu ramai.
Cowok dengan jas toska dan celana hitam mendekat sembari membawa sebuah benda pipih hitam.
"Permisi mas mbak" ujarnya sesekali mencoba menembus kerumunan orang-orang yang tengah mati kutu.
"Eska" lirihnya.
••••
"Cepat! Cepat bawa ke IGD!" Perintah seorang pria dengan wajah yang sangat cemas dan nada bicara Yang sangat khawatir disusul oleh Alden yang benar-benar seperti orang kehilangan jiwanya.
Dokter Dev merentangkan tangannya bermaksud menghalau, Alden yang sedang bergegas menyusul gadisnya menjadi emosi.
"Maksud lo apa?" Tanya Alden dengan nada tinggi.
"Kamu cukup disini saja"
Disini saja? Padahal Alden baru saja menaiki tangga dan sampai didepan pintu masuk Rumah sakit.
Alden mengeraskan rahangnya, cowok itu membuang pandangannya ke samping.
Bruk. Tanpa aba-aba cowok itu memukul pria dengan jas putih sampai meringis kesakitan.
Dev merintih kesakitan sembari memegang ujung bibirnya yang mengeluarkan darah Segar.
"Kamu pasti cemas, beristirahat lah terlebih dahulu. Semua akan baik-baik saja" ujarnya seraya menepuk bahu Alden pelan.
Jujur , Dev juga merasa emosi namun tidak akan habis perkara. Terlebih ia terlalu ikut campur dengan Alden dan memperingatkan cowok itu akan kesehatan nya, ya Dev masih bersikap layaknya seorang dokter yang tetap khawatir dan tak ada habis-habisnya menasehati meskipun ia tahu Alden saat ini sangat kesal dengannya.
Rasanya Dev telah kehilangan jiwanya juga, ia berjalan dengan sangat bergegas ingin masuk dan menyelamatkan Eska.
"Dok?" Tanya dokter Dev yang terkejut melihat dokter Sabina yang baru saja keluar dari ruang IGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Go Lanjutan (END)
Подростковая литератураCinta? Ah omong kosong! Hanya rangkaian kalimat yang dibuat seolah-olah itu manis padahal sangat pahit! -Eska Scarlett kertapati •••• Dasar kehidupan sudah tertera jelas pada takdir, bermaksud merubah itu semua? Hanya sia-sia belaka. Eska Scarlet ke...