13. Hal yang Penting Untuk Seseorang

315 43 13
                                    

Rena membuka kedua matanya, dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tak bisa disembunyikan wajah bahagia yang nampak lelah setelah berjuang antara hidup dan mati itu.

Dia tersenyum lagi mengingat-ingat wajah putrinya. Putri kecilnya sangat sehat dan manis. Sangat mirip dengannya. Setelah tenaganya terkumpul nanti, dia akan segera menengok bayinya.

"Ren?"

Rena mengangkat wajahnya begitu mendengar suara yang selama ini sangat dia rindukan.

"Mama?"

Rena tercekat, mamanya berdiri di pintu ruangan. Matanya sembab, wajahnya nampak sedih. Sudah berapa bulan sejak Rena pergi? Rena menangis, begitu pula mamanya.

"Gimana mama bisa tahu kalau Rena disini?" tanya Rena.

Arina berlari, memeluk putri semata wayangnya yang sangat dia cintai. Air mata wanita paruh baya itu tak henti-hentinya mengalir. Begitu pula dengan Rena, tangisnya pecah seketika manakala lengan hangat mamanya melingkar di tubuhnya.

Rena menggigit bibir bawahnya menahan perasaan emosional yang sekarang menyelimutinya, dia sangat bersalah, dia sangat jahat. Kepada mamanya, papanya, bahkan juga bayinya. Arina mempererat pelukan seakan enggan melepaskan Rena untuk yang kedua kali.

"Ma! Maafin Rena," isak Rena di sela-sela tangisnya.

Arina tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan sambil mengelus lembut kepala Rena. Mana mungkin tidak di maafkan. Akhirnya setelah beberapa bulan mencari kesana-kemari serasa hampir gila, sekarang dia bisa bertemu putrinya.

Sesalah apapun Rena, seburuk apapun itu, Rena tetaplah putri kecilnya. Dia yang melahirkan dan membesarkan Rena, mana tega dia membiarkan Rena hidup sendirian di dunia yang kejam seperti ini.

Perlahan Arina mengendurkan pelukannya, menatap kepada Rena yang entah sejak kapan jadi nampak sangat dewasa.

"Pulang ya, nak?" pinta Arina

"Bayi Rena gimana?"

"Belum terlambat! Belum terlambat buat mulai dari awal. Papa sama mama udah bilang ke semua orang kalau kamu lanjutin study ke luar negeri."

"Maksud mama?"

"Nggak ada yang tahu kalau kamu hamil nak, papa sama mama akan urus semuanya. Bahkan temen mama udah ada yang bersedia adopsi bayi kamu, kamu bisa tata hidup kamu dari awal! Ya?"

"Maksud mama, Rena harus kasih bayi Rena ke orang asing?"

"Tante Imelda bukan orang asing, Rena juga kenal kan? Tante Imelda belum punya keturunan, kita bisa serahin bayi kamu ke Tante Imelda, pasti dia bakal rawat bayi kamu dengan ba-"

"Clara!" teriak Rena memotong ucapan mamanya.

"Hm?"

"Namanya Clara, dia bayi Rena. Sampai kapan pun, Rena nggak akan rela buat ngasih dia ke orang lain."

Arina menghela napasnya berat.

"Kalau gitu, gimana sama mama?"

Rena mengangkat alisnya tidak paham.

Grand De Fleur [hiatus] IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang