12. Ingatan dalam sebuah nama

240 31 10
                                    

Ryo juga suka makan es batu ... sama sepertinya.

Clara menggelengkan kepalanya dengan cepat. Di luar sana ada banyak orang yang suka makan es batu. Itu hal lumrah dan nggak bisa dijadikan patokan buat nentuin hubungan biologis.

Clara mengunyah es batunya, semakin cepat. Mulutnya melongo kala merasa mati rasa karena kedinginan. Melongo? Clara melepeh es batu di mulutnya saat sadar apa yang dia lakukan sama persis dengan apa yang Ryo lakukan.

"Nggak! Nggak! Nggak nggak nggak nggak nggak," gumam Clara sambil menggelengkan kepalanya.

Semua orang ngelakuin hal yang sama kalau makanan yang masuk kemulut mereka terlalu dingin atau terlalu panas. Bukan hal aneh, kebetulan saja Clara dan Ryo suka makan es batu.

Clara mengatur napasnya perlahan, dia mengambil piring kotor yang digunakan Ryo dan Rena untuk sarapan. Dia membereskan dapur, mencuci peralatan dapur yang digunakannya untuk memasak tadi pagi.

Sejak kemarin, Clara yang memasak untuk makan Ryo. Daripada harus sering jajan di luar, toh peralatan dapur Ryo lengkap dan bagus. Sayang kalau cuma di anggurkan.

Clara membuang sisa nasi goreng ke tempat sampah. Nasi goreng dengan kacang panjang yang dipotong kecil-kecil, makanan kesukaan ... Rena ... Clara meletakan piring kotornya dan menarik kursi pada pantry kemudian duduk di atasnya.

Apa benar ini makanan kesukaan Rena? Kalau iya, kenapa di piring Rena semua kacang panjangnya disisihkan? Sedangkan di piring Ryo habis tidak bersisa.

Clara menopang dagunya heran. Di masa depan nanti, dia juga sering membuatkan nasi goreng kacang panjang untuk Rena dan Rena menyukainya. Dia menghabiskan tanpa sisa sedikitpun.

"Apa mungkin, orang merubah selera makannya seiring bertambahnya usia?"
꧁༒••༒꧂

Rena memutar bangkunya, dia masih belum selesai menanyai Ryo tentang Kaila. Ryo nampaknya enggan membahas hal itu. Sedari tadi dia berusaha menghindari pertanyaan-pertanyaan Rena, berusaha mengganti topik pembicaraan, atau sengaja mengabaikan Rena.

Ryo bukan orang yang tertutup, biasanya dia selalu menceritakan semua pada Rena. Sikap Ryo yang aneh sekarang ini benar-benar membuat Rena semakin penasaran. Membuat Rena berpikir kalau ada yang Ryo sembunyikan darinya.

Rena memainkan pulpennya sambil menatap Ryo yang nampaknya sedang fokus dengan buku fisikanya. Entah benar-benar fokus atau hanya berpura-pura saja.

"Yo!" panggil Rena.

Ryo tidak menjawab, dia hanya menganggukan kepalanya sementara mulutnya konat-kamit menghapalkan rumus.

"Kenapa nggak jawab yang tadi? Kita temenan udah lama, kan? Lo nggak percaya gue ya?" tanya Rena.

"Bukannya gitu, gue kan udah jelasin buat yang ke sekian kali. Kaila itu bukan cewe gue! Iya emang dia bukan saudara gue, gue bohong soal itu. Tapi, sumpah dia bukan cewe gue!" jelas Ryo.

"Ih, tapi inti pertanyaan gue itu bukan itu. Gue tuh cuma penasaran aja Kaila ini siapa dan kenapa bisa tinggal di rumah lo?"

"Ya, lo kenapa nanya-nanya mulu sih?"

"Loh kok ngegas?"

"Ya gimana nggak ngegas, lo kepo banget sama urusan orang! Gue kan dari tadi udah bilang kalo gue nggak bisa jawab yang itu!" tegas Ryo.

Grand De Fleur [hiatus] IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang