Ryo duduk nampak kikuk, di depannya terbaring si gadis aneh dan diseberang ranjang yang ditiduri oleh si gadis aneh, kakaknya duduk dengan tangan yang disilangkan di depan dada. Kakaknya sesekali menggeleng frustasi.
"Kenapa bikin pingsan anak orang? Kalo ini pacar lo yang mana lagi? Gue nggak mau ya kalau sampai pacar lo yang waktu itu bikin ribut di Rs lagi."
"Kan gue udah bilang, bukan pacar gue, bang. Sumpah deh, serius."
"Terus kalau bukan pacar lo, kenapa bisa sama lo?"
Ryo mengambil napas dalam-dalam. Bagaimana cara menjelaskan situasi ini ke kakaknya. Mana mungkin bilang kalau gadis ini jatuh dari langit. Lagi pula Ryo juga tidak begitu yakin dari mana asal gadis ini.
"Pokoknya, cewe ini bukan pacar gue. Lo harus tanya sendiri ke cewe ini dia siapa soalnya gue sendiri juga nggak tahu dia siapa."
Kakaknya memutar bola mata kesal.
"Anaknya pingsan. Makanya gue nanya ke lo ini anak siapa?"
"Ah, bodo ah. Gue mau tidur aja," ujar Ryo sembari bediri dan bersiap untuk berbaring di kasur yang ada di belakangnya.
"Heh! Itu kasur buat pasien. Kalo nggak sakit nggak boleh tidur disitu!"
"Apasih? Orang kosong juga," gumam Ryo tidak peduli.
Kakaknya berdiri dari kursinya kemudian mendekat ke ranjang tempat Ryo berbaring.
"Jadi, lo mau dibikin sakit juga?" tanyanya sambil memijat-mijat kepalan tangannya.
Ryo bangun kemudian langsung duduk dalam sekejap. Dia turun dari ranjang dengan wajah kesal. Kakaknya, Genta tersenyum puas. Genta dan Ryo, kakak-adik putra pemilik Rs. Permadi. Genta sedang bekerja menjadi dokter magang di rumah sakit itu sedangkan Ryo masih berada di kelas duabelas sekolah menengah atas.
"Oh iya, mumpung lo disini kita ambil bukti," ujar Genta sembari menarik Ryo mendekat dengannya kemudian mengambil foto selfie.
"Apaansih narsis jijik," protes Ryo tidak senang.
"Ini bukti kalau hari ini lo bolos sekolah lagi, bakal gue kirim ke papa. Biar duit jajan lo dipotong!"
"Bukti apaan anji*ng lo, bang siniin hpnya!" teriak Ryo sambil berusaha mengambil handphone dari tangan kakaknya.
"Diem gobl*ok di rumah sakit jangan berisik. Gada adab nih bocah emangan."
"Ya makannya siniin ...." Ryo tidak melanjutkan kalimatnya ketika dia melihat gadis aneh yang dia bawa terbangun.
Gadis itu nampak lemas dan wajahnya masih terlihat pucat. Genta segera memasukan handphone yang dibawanya ke dalam saku, kemudian dia bergegas mendekati gadis itu hendak memastikan jika dia baik-baik saja. Tadi, karena terlalu marah pada adiknya, Genta sampai lupa untuk mengecek tanda Vital gadis ini.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Genta.
"Dih, kalo sama cewe mainnya aku-kamu-aku-kamu-an. Dasar tukang tebar pesona," cibir Ryo.
"Ryo!"
Genta hanya melirik Ryo kesal kemudian kembali fokus kepada pasien di depannya ini. Dia mengeluarkan stetoskop, alat untuk mendengarkan detak jantung kemudian mulai mencari suara detak jantung gadis ini. Tidak ketemu.
Sebanyak apapun Genta mengulang untuk mencarinya, detak jantungnya tetap tidak terdengar. Di pegangnya pergelangan tangan gadis itu, kemudian dirabanya. Genta juga tidak menemukan denyut nadinya. Genta menempelkan tangannya di depan hidung gadis itu, ada hembusan napas.
![](https://img.wattpad.com/cover/205346818-288-k70265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand De Fleur [hiatus] II
FantasiClara tidak pernah menyangka jika ucapannya didengar oleh malaikat. Sekarang dia harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia ucapkan.