11. Selembar Foto

223 33 7
                                    

"Hai? Kita pernah ketemu?" tanya Rena.

Clara gemetar, dia menoleh perlahan. Dia sudah tertangkap basah sekarang. Dia memang berencana untuk berteman dengan ibunya tapi sekarang rasanya terlalu cepat.

"Ha ... hai," jawab Clara lirih.

Ryo menghampiri mereka panik.

"Ini, saudara sepupu gue! Anaknya emang pemalu banget!" seru Ryo.

"Oh ya? Saudara sepupu dari mana? Gue nggak pernah tau?"

Clara berdiri perlahan, wajahnya pucat pasi dan napasnya memburu. Rena juga ikut berdiri, menatap kikuk ke arah Clara.

"Namanya Cla-"

"Kaila! Nama aku Kaila," potong Clara.

"Iya, nama dia Kaila. Kalian emang belum pernah ketemu sebelumnya," ujar Ryo.

"Oh, hai Kaila. Gue Rena, salam kenal ya?" jawab Rena mengulurkan tangannya mengajak Clara bersalaman.

"Iya ... salam kenal," sambut Clara.

Clara hendak menarik tangannya namun Rena menggenggamnya semakin erat. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Clara sambil memicingkan matanya.

"Lo yakin sebelumnya kita nggak pernah ketemu?"

Clara menggeleng, dia merasakan keringatnya meluncur bebas di punggung. Dia sangat gugup sekarang. Rena melonggarkan genggamannya, dia menarik wajahnya mundur dan memanyunkan sedikit bibirnya.

"Aneh, gue ngerasa kita akrab banget," gumamnya.

"Lo kan emang gampang akrab sama orang!" seru Ryo.

"Enggak, ini kaya gue sama Kaila udah kenal selama bertahun-tahun. Lo yakin waktu kecil kita nggak pernah ketemu juga?"

"Dia dari luar kota, nggak mungkin kalian pernah ketemu sebelumnya!" jelas Ryo.

"Oke, tapi gue pernah ketemu lo sekali sebelum ini. Gue yakin nggak salah lihat, di kaki lima sama Aryo beberapa waktu yang lalu. Iya kan?"

"Itu ...."

"Mata gue masih sehat, jadi nggak perlu cari alasan buat ngelak, ya?"

Ryo menelan ludahnya kelu. Jadi dia tertangkap basah, ya? Pikirnya.

"Hey? Kalian kenapa tegang amat sih, udah santai aja. Gue nggak akan cepu kok."

Rena menarik kursi dan duduk disana, memakan sarapan milik Ryo dengan santainya. Sedangkan Clara berdiri dengan jantung yang rasanya hampir meledak dan lutut yang gemetar hebat.

"Kalaupun lo nyembunyiin cewe di rumah, gue nggak akan cepu. Serius," celetuk Rena.

"Bukan! Serius! Clar ... Kaila bukan cewe gue!" sanggah Ryo.

"Lalu? Kita temenan berapa tahun sih? Lo nggak bisa bohongin gue Yo, nggak ada sepupu lo yang gue nggak tau,"

"Oke ... Kaila emang bukan sepupu gue tapi dia juga bukan cewe gue!"

"Iya! Aku bukan cewe Ryo! Aku-"

"Ryo?" ulang Rena.

Ryo kan hanya panggilan yang digunakan oleh keluarga Aryo saja. Bahkan Rena yang sudah bertahun-tahun berteman dengan Aryo tidak memanggilnya begitu.

"Pokoknya dia ini harus tinggal di sini karena suatu alasan tapi gue berani sumpah deh dia bukan cewe gue,"

"Oke-oke tenang, gue nggak maksa kalian jelasin hubungan kalian ke gue kok," sahut Rena.

"Kita nggak ada hubungan apa-apa!"

"Iya, iya Yo. Berhenti panik kaya gitu! Lo kan bukan lagi selingkuhin gue, kenapa panik gitu jelasinnya?" timpal Rena terkekeh.

Grand De Fleur [hiatus] IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang