6. Cewek Baru, eh maksudnya Teman baru

1 0 0
                                    

Dio Memegang kepala, merintih kesakitan pelan sedikit tertahan. Namun hal itu tidak menghentikan amarah sang gadis berambut merah yang berdiri dihadapannya.

Gadis itu menatap Al disisi lain dengan sinis, matanya yang berwarna merah gelap itu memancarkan tanda intimidasi yang sangat kuat kepada Al. Namun Al bersikap tidak peduli dan mengabaikan gadis tersebut seolah tidak terpengaruh sama sekali. Sejujurnya dia masih merasakan denyutan di kepalanya, tapi sebagai pria sangat pantang baginya untuk bermain tangan dengan seorang wanita.

Gadis itu menilai dari atas hingga bawah tubuh Al, tatapannya seolah penuh kontemplasi rumit membuat Al menyetir dengan firasat buruk. Al ikut memperhatikan penampilan gadis itu yang sangat menonjol dengan warna merah tapi sepertinya tidak ada hal lain yang spesial darinya.

Mmn, mungkin satu satunya yang menonjol darinya adalah sifat mudah marahnya? Dan apa dia orang barbar yang suka memukul siapa saja? Al berpikir secara acak

"Apa yang kau lihat?!" Ujar sang gadis tiba tiba yang menarik kesadaran Al dan dia melirik orang disampingnya namun tidak ada siapapun karena dia yang duduk dibaris terakhir

"Dia berbicara dengan siapa? Orang di sebelahku?"

"Kau melihat ke arah mana? Aku sedang berbicara denganmu!" Gadis itu menunjukkan jarinya ke arah Al yang akhirnya menatapnya lagi

"Aku?" Al menatapnya dengan malas, bukankah dia hanya memiliki urusan dengan Dio? seharusnya Dio saja yang ia pedulikan saat ini.

"Iiiisshh, aku berbicara padamu!" Karena kesal abaikan sejak tadi, dia mendekati meja Al

"Bhahaha... Aku lupa satu hal, anak ini kalau tidak kau panggil namanya, dia tidak akan peduli" Celetuk Dio saat melihat gadis itu mendekati Al dan merasa sedikit bahagia memikirkan kemalangan yang akan menimpa sahabatnya itu

"Sejak kapan aku seperti itu?" Al mengajukan protes pada Dio yang duduk di depannya dengan ekspresi schadenfreude membuat Al menyipitkan matanya penuh peringatan

"Kau memang seperti itu sejak dulu bodoh." Balas Dio tidak takut pada intimidasi Al sama sekali

"Benarkah?" Al bertanya sekali lagi

"Tentu saja, sudah berapa tahun kita bersama." Balas Dio santai

"Jangan mengatakan hal yang menjijikan." Al memutar matanya pada otak Dio yang selalu tidak sejalan dengan orang normal

"Tapi kita memang sudah bersama sejak kecil bukan?!" Dio tidak terima dengan reaksi Al yang menyepelekan tahun tahun kebersamaan mereka

"Heeeee, jadi kalian adalah teman masa kecil? Apa kalian selalu bersama satu sekolahan seperti di film film?" Tanya Kurniawan antusias setelah mendengarkan sejak awal

"Ya, begitulah. Anak ini mustahil hidup sampai sekarang jika tidak ada aku." Balas Dio dengan sombong

"Maksudnya? Kalian saling menyemangati saat keadaan sedih?" Tanya Kurniawan penasaran

Al merasakan kalau Dio akan mengatakan hal 'itu' jika pembicaraan ini terus di lanjutkan. Hal yang paling memalukan bagi Al yang dia larang dikatakan pada siapapun bahkan orang tuanya , karena itu..

"Benar! Bahkan dia pernah-"

"Diamlah Dio!" Ucap Al serius, memotong ucapan Dio membuatnya menatap Al bingung

"Kenapa? Aku hanya ingin mengatakan jika kau pernah sakit dan memaksakan diri untuk berangkat sekolah. Namun di tengah pelajaran, kau muntah di kelas dan akhirnya kuantar pulang saat kau menangis sesenggukan. Kau ingat hal itu bukan?" Tanya Dio bingung

Flying HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang