Pagi ini terlihat mendung, Disa menyiapkan mantel yang ia taruh di dalam tasnya berjaga-jaga bila hujan turun.
Ia berjalan ke arah pintu kamar, lalu keluar dari kamar.
Ketika melewati ruang makan, ia melihat betapa bahagianya keluarga tersebut tanpa dirinya.
Mereka tertawa dan berbagi cerita satu sama lain.
Disa melihat pemandangan tersebut sambil tersenyum, ia berjalan ke arah mereka hendak sarapan bersama.
Ia menarik salah satu kursi dan ingin duduk di situ, tetapi Lia mencegahnya.
"Mau ngapain lo?" tanya Lia.
Semua yang berada di ruang makan hening, suara canda tawa yang tadinya ada sekarang diam sambil menatap remeh Disa.
Disa mengembalikan kursi yang sempat ia tarik tadi,"A-aku mau sarapan"
"Enak banget lo ya mau sarapan," ucap Lia dengan angkuhnya.
"Tapi aku lapar, kak. Dari semalam gak makan"
"Ya salah lo sendiri gak makan" ucap Tania sambil tersenyum meremehkan.
Lia lalu berdiri mengambil piring kecil dan menaruh nasi dan lauk di atasnya.
Disa tersenyum melihat Lia.
Ia berjalan menuju ke Disa sambil membawa piring tersebut, "Nih makanan lo"
Baru saja Disa hendak menerima piring tersebut tapi Lia menjatuhkan piring lagi.
Lia tertawa melihat Disa yang hendak menangis, "Makan tuh yang di bawah!"
Lia, Tania dan Dedi tertawa melihat hal tersebut.
Hingga akhirnya Disa pergi meninggalkan mereka dan berangkat ke sekolahnya.
Disa selalu berjalan kaki kemanapun, ia padahal punya sopir di rumahnya tetapi pasti orang tuanya tidak mengizinkan Disa menaiki mobil tersebut.
Bahkan pernah ketika mereka pergi ke acara pesta Lia, Dedi dan Tania menggunakan mobil pribadi mereka sedangkan Disa di suruh naik angkot.
Padahal lokasi pestanya itu sama.
Disa berjalan menuju ke arah sekolahnya sambil menangis, entah mengapa ia mudah sekali menangis.
"Kenapa mereka jahat padaku? Apa salahku?" tanya Disa pada dirinya sendiri.
Hingga ketika ia sedang berhenti untuk mengusap air matanya, ada seseorang yang memegang pundak Disa.
Disa menoleh melihat siapa orang tersebut dan ia terkejut ketika mengetahuinya.
"Hai," sapa Bara. Ya orang tadi adalah Bara.
"Hai Bar," sapa balik Disa.
Bara celingak-celinguk lalu bertanya,"Sendirian?"
Disa hanya menganggukkan kepalanya tanda meng-iyakan perkataan Bara.
Bara melihat mata Disa sembab seperti habis menangis.
"Kenapa? Habis nangis ya?" tanya Bara.
"Ehehe"
"Kamu ada problem di rumah?"
Disa menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
"Yaudah Bar, aku mau berangkat sekolah dulu ya" pamit Disa.
Disa berbalik hendak pergi meninggalkan Bara, tetapi Bara memegang tangan Disa.
"Berangkat bareng aku aja yuk" ajak Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionSaya menulis ini karena saya punya luka, dan anda membaca cerita saya karena kita berbagi luka "Kamu pacarku" "Lalu kak Nara?" "Dia juga pacarku" "Bara gilaa" Disa menghentakkan kakinya sambil berteriak di depan Bara. Kebahagiaan itu pasti datang, k...