Malam ini, Disa pulang ke rumahnya ditemani Bara. Bara memang sengaja menjemput Disa karena tahu setiap ia pulang pasti sendiri. Mereka mampir ke taman kota karena malam ini cuaca sedang cerah sehingga bisa melihat bintang-bintang.
"Dis," panggil Bara.
"Hm?"
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Bara.
"Basi, ngomong aja langsung"
"Dih"
"Kenapa? Nggak suka?"
"Ya udah aku pengen ngomong nih"
"Itu kamu udah ngomong Bara ku"
Hey, apa itu? Bara ku?
Oh, demi apapun jantung Bara berdegup kencang serasa ingin berlari dan keluar dari tempatnya.
"Mulai hari ini kamu jadi pacarku," ucap Bara dengan senyumnya yang mengembang.
Disa menoleh dan menatap Bara. Satu alisnya terangkat.
"Nggak mau!" ucap Disa sambil mengalihkan pandangannya.
"Harus mau!"
"Nggak mau, Bara"
"Kamu harus mau, Disa"
"Kok maksa sih?"
"Ya situ enggak mau sih"
"Heh, wahai manusia apakah kamu tidak menghargai kak Nara yang menjadi pacarmu?" Disa lalu menghadap ke Bara dengan kedua tangannya yang memegang pundak Bara.
Bara memegang tangan Disa yang berada di pundaknya. "Maaf, aku lupa."
"Bara ih," ucap Disa sambil mengambil tangannya.
"Kenapa? Ha?"
"Bodo lah"
"Kamu pacarku"
"Lalu kak Nara?"
"Dia juga pacarku"
"Bara gila." Disa menghentakkan kakinya sambil berteriak di depan Bara.
"Eh, Disa," teriak Bara sambil berjalan mengikuti Disa.
"Kenapa?" tanya Disa
"Jangan marah dong"
"Pokoknya marah!"
"Aku cuman becanda," ujar Bara sambil tertawa.
Disa berbalik dan menghampiri Bara dengan muka memerah seperti kepiting rebus.
"Kenapa muka mu merah?" tanya Bara di sela-sela tertawanya.
"Bara pembohong, Bara gila, Disa benci sama Bara!" teriak Disa membuat Bara menghentikan tertawanya.
Ia pergi meninggalkan Bara yang masih terdiam di tempatnya, sambil meneteskan air matanya.
Bara lalu mengejar Disa lagi, hingga ia memegang pundak Disa. Disa berhenti dan Bara langsung menarik Disa hingga ke pelukannya.
"Maafkan aku," ujar Bara sambil mendekap Disa yang masih di pelukannya.
"Kenapa?" tanya Disa.
"Jujur aku mencintaimu dan aku sudah putus dengan Nara sejak beberapa bulan yang lalu." Bara menatap Disa dengan tatapan yang tak dapat di artikan.
Disa mendongak menatap Bara dengan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya. Bara mengusap setiap air mata yang keluar dari mata Disa.
"Tuan putri jangan menangis," ujar Bara yang membuat Disa mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Roman pour AdolescentsSaya menulis ini karena saya punya luka, dan anda membaca cerita saya karena kita berbagi luka "Kamu pacarku" "Lalu kak Nara?" "Dia juga pacarku" "Bara gilaa" Disa menghentakkan kakinya sambil berteriak di depan Bara. Kebahagiaan itu pasti datang, k...