02

342 35 1
                                    

Sai berpikir yang Naruto katakan padanya di kantin hanya sekedar omongannya saja. Tapi yang terjadi lelaki itu malah berada di depannya saat ini. Di ruang perkualiahan Sai yang baru saja selesai.

"Kenapa kamu di sini?"

"Minta pertanggung jawaban. Karena kamu merusak tugasku, aku tidak dapat nilai dan juga di marahi sama dosen."

"Gak ada urusan sama aku," sahut Sai dingin. Dia dapat merasakan binaran dari dua pasang mata di belakangnya.

Hari itu menjadi awal gangguan dalam hidup Sai. Alih-alih harus bertanggung jawab karena menghancurkan tugas Naruto yang terlihat malah seperti Naruto yang bertanggung jawab. Menjadikan alasan untuk terus berada di sekitar Sai.

Sai tidak mengerti. Naruto tidak hanya di kampus memaksa Sai menemaninya tapi juga di luar lingkungan kampus. Seperti datang ke apartemen Naruto dan berakhir dengan membersihkan tempat sampah tersebut. Dan lagi Naruto terlalu dekat dengannya dan memperlakukan Sai terlalu intim.

"Berhenti!" Sai menyentakkan tangan yang digenggam Naruto. " Bisa tidak kamu bersikap normal?"

"Normal yang bagaimana?" Naruto balik bertanya. Ekpresi Naruto serius.

"Kau tidak mengerti? Atau- tunggu sebentar. Apa kamu menyukai pria?"

"Ya, dan aku menyukaimu." Naruto sama sekali tidak mengelak.

"Aku sudah menghabiskan waktu denganmu hampir sebulan. Dan aku tidak berpikir menyeleSaikan miniatur sekecil itu sampai menghabiskan waktu selama itu. Sebaiknya hubungan pertanggung jawaban ini sampai di sini saja."

"Ha ha ha," Naruto tergelak. Mengabaikan beberapa orang di parkiran yang memperhatikan, "kau membuat alasan yang bagus. Setelah tau apa kau jijik dengan orang sepertiku?"

Wajah Naruto biasa saja tapi tidak bisa menutup perasaan kecewa dari kedua mata biru Naruto. Pertanggung jawaban? Ya! Itu hanya alasan bagi Naruto. Keberadaan Sai di sampingnya ada kesenangan sendiri bagi Naruto. Dia baru saja mengenal Sai tapi Sai mampu menenggelamkan kesepian di hati Naruto. Sesuatu yang selalu Naruto cari seperti berhenti memberontak untuk hadir dan malah menetap sesuatu yang baru, yang begitu tenang.

"Baik. Terima kasih untuk bantuannya selama ini," kata Naruto melihat tidak ada jawaban apapun dari Sai.

Naruto pikir semua yang dia lakukan bisa menunjukkan bagaimana perasaannya untuk lelaki putih itu. Walaupun dari awal dia yakin dia pasti gagal karena Sai bukan orang sepertinya. Tapi Naruto cukup berterima kasih. Setidaknya perasaan menyesakkan yang selalu melingkupi hati Naruto menghilang meski hanya sebentar. Setelah mengatakan itu Naruto berlalu meninggalkan Sai begitu saja. Dengan wajah tersenyum seperti yang biasa Naruto perlihatkan sebelum mereka berpisah.

O^o^O

Lembar kertas terbentang di depan Sai. Sudah terisi setengah dengan garis-garis panjang yang saling berpotongan. DeSain bangunan yang biasanya lancar Sai visualisasikan di atas kertas sekarang otaknya seperti macet. Dia menatap lurus ke dapan.

"Kenapa? Merindukan ku?" suara itu terdengar begitu menggoda.

"Ayo makan. Aku lapar."

"Aku membelikanmu kue keju. Mau aku suapin?"

Sosok Naruto yang sudah beberapa hari tidak menemuinya lagi membuyar begitu saja dari pandangan Sai saat tepukan di bahunya. Melihat teman-temannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Dia?

Berhalusinasi?

"Pacarmu kemana? Aku tidak melihatnya beberapa hari ini?" Kiba mewakili yang lain.

"Jangan katakan kalian sudah putus?" Sakura heboh.

"Aku gak ada hubungan dengannya," Sai berkata santai.

Shikamaru melirik Sai dan kemudian berakhir pada rancangan Sai yang tidak selesai. 

Tumben? Itu yang terlintas di pikiran Shikamaru. Biasanya temannya itu sudah menyeleSaikan rancangannya tiap mereka berkumpul seperti saat ini.

"Kamu menolak Naruto?" Ino memastikan.

"Alasan apa aku harus menerimanya? Dan kalian, sebagai teman bukankah aku mengambil keputusan yang tepat?" Sai menggulung kertas tugasnya.

Bohong! Kalau Sai mengatakan dia tidak merasakan apapun. Bersama Naruto, perlakuan Naruto, ucapan Naruto semua itu malah menghadirkan sesuatu yang lain di hati Sai. Sesuatu yang baru Sai sadari ketika Naruto sudah tidak bersamanya lagi.

"Aku kasian dengan anak itu. Sangat menyukaimu, pasti dia sangat terluka," Kiba memasang wajah sedih.

"Iya. Apa kamu tidak merasakannya? Naruto pasti beneran jatuh cinta sama kamu," tambah Sakura sedih.

"Kalau kalian kasian ambil buat kalian aja," Sai berkata serius dengan cara berbisik dan setelahnya tersenyum lebar.

"Yang kamu bohongi itu bukan kami tapi dirimu sendiri. Ayo pulang!" ujar Shikamaru dengan wajah malas.

Keluar dari taman fakultas, san dan keempat temannya malah melihat Naruto berada di parkiran. Naruto sendiri juga menyadari kehadiran Sai dan keduanya hanya saling bertemu tatap.

"Kau ingin lihat seberapa besar dia mencintaimu?" tanya Kiba yang berdiri di samping Sai.

"Aku ingin!" sahutan itu malah berasal dari dua gadis fujoshi.

Kiba meraih pinggang Sai. Mendekatkan wajahnya ke lekukan leher sahabatnya. Lelaki bertato ungun di wajahnya itu terlihat seakan sedang memberi kecupan di leher Sai.

"Apa dia ke sini?" bisik Kiba. Sai sedikit menjauhkan lehernya yang terasa geli.

Hanya butuh dua menit Naruto sudah berada di hadapan mereka. Menatap Kiba tajam. Menarik Sai tanpa mengatakan apapun. Mendorong Sai masuk ke mobil Naruto dan kemudian meningalkan fakultas mereka.

O^o^O


Thank you udah baca ... :)

PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang