04

319 35 4
                                    

Sai terkejut. Hanya untuk beberapa detik, selanjutnya Sai menguasai dirinya dengan normal.

"Kamu siapa?" mengintimidasi.

"Pacarnya. Temannya." Jawab Sai berlawanan dengan pikirannya.

Lelaki yang mempunyai surai hitam itu melenggang masuk ke dalam setelah melirik Sai tidak suka. Sai tersenyum simpul, dia tahu benar siapa lelaki yang bertamu saat ini. Uchiha Sasuke, kekasih Naruto yang pergi tanpa mengatakan apapun pada Naruto dan mungkin masih sangat Naruto cintai hingga saat ini.

Memikirkan itu seperti pinggiran kertas yang menggores jemarimu. Tidak berbahaya tapi sudah membuatmu terluka. Dan lagi jika Sai perhatikan sosok Uchiha hampir mirip dengannya. Lupakan! Kenyataan yang tidak ingin Sai pikirkan dan tidak ingin Sai akui.

"Apa yang kau lakukan? Dimana Naruto?"

"Aku membersihkan rumah. Naruto ke kampus."

"Membersihkan rumah? Kau teman apa pembantunya?"

"Aku suka menyebutnya teman. Kamu ingin minum apa?"

"Apa saja."

Sasuke memperhatikan kepergian lelaki berkulit pucat itu. Sasuke bersikap tenang, berusaha tidak langsung mencurigai keberadaan Sai di rumah Naruto yang bisa saja itu kekasih Naruto. Hingga Sai mengatakan dia membersih rumah dan bersikap normal. Karena yang Sasuke tahu Naruto tidak akan pernah membiarkan kekasihnya melakukan pekerjaan rumah apalagi sampai membersihkan rumah.

"Tadhaima," suara Naruto terdengar lelah.

"Okaeri."

Langkah Naruto terhenti. Matanya melebar. Menatap lurus ke depan pada sosok yang berada ruang tamu. Tersenyum padanya. Bergerak cepat, berharap yang Naruto lihat bukan sekedar ilusi. Naruto memeluk Sasuke erat. Membenamkan wajahnya di lekukan leher Sasuke penuh kerinduan.

"Teme. Ini? Beneran kamu, kan?"

"Hm."

Naruto melepas pelukan mereka. Menanyakan alasan Sasuke yang meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.

"Aku minta maaf. Aku pergi ke luar negeri untuk mengobati penyakitku dan melarang Itachi memberi tahumu."

"Kamu sakit?"

"Aku menderita Leukimia. Aku meninggalkanmu begitu saja, itu mungkin akan membuatmu melupakanku lebih mudah jika seandainya aku tidak akan pernah kembali padamu. Tapi, aku malah membuatmu semakin menderita dengan terus mencariku. Aku minta maaf," lirih Sasuke di akhir kalimat.

Naruto kembali memeluk Sasuke. Tidak ada satupun yang menyadari. Gelas berisi cairan orange terletak di atas meja. Jejak langkah yang tidak terdengar sedikitpun menghilang begitu saja dari sana.

O^o^O

Alarm berteriak nyaring di samping tempat tidur. Lelaki berkulit putih itu membuka matanya dengan malas. Alih-alih mematikan bunyi alarm tangannya malah meraih ponselnya. Melihat yang tidak dia tahu apa yang ingin dia dapatkan dari benda persegi tersebut.

"Menyedihkan."

Sai beranjak ke kamar mandi. Ini sudah seminggu sejak kedatangan Sasuke dan Naruto sama sekali tidak menghubunginya apalagi memberi kabar.

Apa?

Apa hubungannya berakhir begitu saja?

Sai berpikir kisah cintanya begitu buruk. Ini bertama kalinya dia menerima seseorang menyentuh hatinya. Tapi ada baiknya juga hubungannya dengan Naruto berakhir sekarang sebelum berjalan semakin jauh.

"Eh?" Sai meyakinkan dirinya semua baik-baik saja. Dan saat bersamaan juga liquid bening membasahi pipi Sai tanpa bisa Sai cegah.

Sai kembali mengawali pagi yang buruk. Dia bersyukur memiliki tema-teman yang berisik yang cukup membuatnya melupakan sosok Naruto hingga perkuliahan berakhir.

Sai dan keempat temannya duduk di salah satu meja kosong diantara banyaknya meja yang terisi di jam makan siang. Seorang pelayan datang menanyakan pesanan mereka.

"Aku pesan ramen," Sai berkata sebagai orang terakhir. Sebelum kemudian pelayan tetrsebut pergi.

"Sai, beberapa hari ini aku tidak melihat pacarmu. Dia kemana?" tanya Sakura. Setelah melirik Sai curiga yang memesan ramen.

"Pacar? Aku tidak memiliki seseorang yang bisa kusebut pacar," Sai berkata tenang.

Sakura dan Ino saling melempar pandang. Bohong jika mereka mengatakan tidak peka yang terjadi dengan sahabat mereka itu. Sai tersenyum seperti biasa tapi jelas dia menutupi kesedihan di hatinya.

"Aku pikir si kuning itu sudah resmi jadi kekasihmu," timpal Kiba.

"Aku hanya membayar utangku dan sudah selesai. Gak ada alasan lagi buat berhubungan dengannya, kan?"

"Menyebalkan! Sai cepat katakan apa yang terjadi!" teriak Ino membuat pelayan yang membawan pesanan mereka sampai terkejut. Ino tersenyum aneh meminta maaf.

"Aku sudah mengatakannya," Sai masih pada jawabannya.

"Jadi kamu sudah gak ada hubungan lagi dengan cowok brengsek yang sudah mencampakkanmu itu?" Shikamaru ikut mengajukan pertanyaan. Menekan kata brengsek dalam kalimatnya.

"Oh, ya? Apa dia beneran meninggalkanmu?" Sakura berusaha memasang wajah serius.

"Aku bukan gebetan apalagi pacarnya, bagaimana dia bisa mencampakkanku!" Sai jengah. Permainan teman-temannya hanya sekitaran itu saja.

"Yappa! Ternyata benar. Apa aku harus menghajar pacarmu itu?"

"Sakura! Aku sudah mengatakannya. Dia bukan pacarku."

"Benarkah? Aku bukan pacarmu?" Naruto duduk di samping Sai. Menatap Sai lembut.

"Na-Naruto. Kenapa kau di sini?"

"Dia sudah berdiri di belakangmu sedari tadi," Shikamaru membari jawaban.

"Ya, kau bukan pacarku." Tatapan Sai begitu dingin. Memakan ramennya tak acuh.

"Hm, ok ok. Sai benar. Aku bukan pacarnya dan dia bukan pacarku," Sakura dan Ino terdiam menatap Naruto. Kiba mengepal tangannya di bawah meja dan Shikamaru melirik Sai yang sedikit tersentak, "tapi aku suaminya dan dia istriku," lanjut Naruto.

Kheg.

Sai tersedak kuah ramen. "Sialan. Apa yang kau katakan!" Sai murka. Wajahnya memerah sempurna.

O^o^O

Itu kenapa? 🤔
Sai malu apa karena marah, ya?
🤭🤗
thanks reader...
👇

PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang