05

240 25 2
                                    

Suara bel terdengar untuk kesekian kali. Tidak sabaran, tapi masih dalam tempo yang teratur. Naruto yang baru bangun bergerak malas membuka pintu apartemennya.

“Dobe, kau baru bangun?”
Sasuke melenggang begitu saja setelah mengatakan ucapan selamat pagi. Baru dua langkah melewati Naruto, dia kembali berhenti.

“Naruto?” sedikit menoleh.

“Ya.”

Sasuke hanya diam untuk beberapa menit, hinga membuat Naruto mengernyitkan kening. Naruto ingin bertanya tapi suaranya kembali tertelan saat melihat punggung Sasuke yang menghelas napas berat.

“Apa kau anak kecil? Tidak bisa membedakan mana tempat tinggal dan mana tempat sampah?” sarsas Sasuke.

“Hehehe... aku pulang larut semalam, jadi gak sempat membersihkan rumah.”

“Kau–”

“Aku lapar, ayo makan.” Naruto langsung menarik Sasuke ke pantri, mencegah perdebatan panjang yang akan Sasuke mulai.

Sasuke menatap Naruto yang kini sedang menikmati sarapan. Tanpa mengatakan apapun hingga beberapa menit berlalu begitu saja.

“Nah, Naruto? Hari itu aku datang ke sini ada temanmu yang katanya membersihkan apartemenmu. Sudah seminggu aku tidak pernah melihatnya datang lagi, kemana dia?”
Naruto berhenti mengaduk makanan di piring dan juga berhenti menguyah.

“Oh, dia seorang mahasiswa, jadi cuman sesekali datang ke sini kalau tidak sibuk,” jawab Naruto sebagaimana adanya.

“Kamu memperkerjakannya?”

“Tidak. Dia merusak model bangunanku, dan membersihkan apartemenku sebagai ganti rugi.”

“Bahkan hatiku yang kacau ikut dia bersihkan.”

Deg.

Pikiran itu terlintas begitu saja dibenak Naruto. Mendadak tatapannya menjadi kosong, perasaan hampa menyelingkupi hatinya. Dia sedikit menaikkan wajahnya, bertemu tatap dengan sepasang mata kelam milik sasuke.

“Kenapa?” tanya sasuke yang hanya ditatap.

“Tidak ada.” Menyengir lebar. “Ah, aku udah siap, aku mau mandi dulu,” lanjut Naruto membawa piring bekas makanan ke wastafel.

Sasuke mengangguk. Memperhatikan punggung naruto yang menuju kamarnya dengan beragam perasaan yang tersirat dari matanya.
Naruto menutup kembali pintu kamarnya. Bersandar di sana. Seminggu sudah berlalu, menghabiskan waktu bersama sasuke. Tetapi  kekosongan malah melingkupi hatinya. Terasa sesak ketika mengingat seseorang yang belum dia temui sejak kedatangan kekasih masa lalunya.

“Aku merindukannya,” lirih naruto.

🦋🦋🦋🦋

Naruto mengembangkan senyum saat matanya menangkap sosok lelaki berkulit putih pucat berada di kantin. Dia mendekat dan saat mendengar obrolan sai, Naruto mengendurkan senyum di bibirnya. Tanpa mengeluarkan suara Naruto berdiri di belakang Sai. Melarang Shikamaru dan yang lain memberitahu kehadirannya.

“Aku bukan gebetan apalagi pacarnya, bagaimana dia bisa mencampakkan ku!”

Ada rasa tidak suka mendengar ucapan Sai. Dan Naruto tidak punya hak untuk marah jika mengingat perbuatan yang sudah dia lakukan. Naruto melupakan Sai, tidak menemui dan menanyakan kabar sama sekali.

Naruto mengabaikan ketidaksukaan itu. “Hm, ok ok. Sai benar. Aku bukan pacarnya dan dia bukan pacarku,” timpal Naruto.

Tersentak. Naruto tidak menduga reaksi yang syai tunjukkan. Sai benar-benar marah padanya dan meninggalkan kantin begitu saja. Naruto yang berusaha mencerna dengan cepat langsung mengejar Sai.

“Sai, berhenti!” Menahan lengan Sai.

“Apa?” tanya Sai tenang, tidak menyiratkan rasa apapun di matanya.

“Aku minta maaf. Aku sadar aku salah, dan sudah melukaimu.”
Sai tidak mengatakan apapun, menunggu lanjutan yang ingin Naruto  katakan.

“Aku... membiarkan rasa bahagia karena Sasuke kembali dan mengabaikanmu. Kupikir kekosongan di hatiku akan kembali terisi, dan aku malah dengan bodohnya tidak menyadari kalo kekosongan itu nyatanya sudah hilang dari hari pertama aku mengenalmu. Mungkin kamu berpikir aku menjadikanmu penggantinya, tapi itu sama sekali gak benar! Aku minta maaf... aku benar-benar menyukaimu.”

“Naruto?” Beberapa saat menatap Naruto serius. “Aku gak peduli apa yang kau bicarakan. Aku sudah membayar utangku dan semua diantara kita juga berakhir. Sekarang, bisakah kita kembali seperti semula? Kamu di jalanmu, aku mengambil jalanku?”

“Apa... apa yang kamu katakan?”

🌾🌾🌾🌾

Jangan lupa tinggalkan jejak
Your votes and comments are an inspiration to me

PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang