Happy Reading :)
Typo bertebaran!!
.
.
.Apabila mata melihat maka otak akan langsung percaya. -Fsy
.
.
."Dia--" Perkataan Damar terputus ketika Amy datang membawa dua gelas minuman di tangannya. "Eh ada Kak Damar," ujarnya kaget.
Damar membalas dengan senyuman.
"Kalian mau ngomongin hal penting ya?"
"Kalo gitu gue pamit beli makanan lagi deh. Silahkan ngobrol," lanjut Amy ketika paham akan situasi. Amy beranjak sesudah meletakkan minuman di atas meja.
"Minum Kak!" tawar Dira yang diangguki Damar.
"Jadi?"
Damar mengembuskan nafasnya. "Lo tau, Rey udah tenang di sana?"
Hampir saja Dira tersedak air liurnya sendiri. "Ma-maksudnya?"
"Rey gak selamat waktu itu. Luka di perutnya cukup parah." Damar menatap Dira lekat. Tersirat makna rindu di kedua bola matanya. Perasaan Damar pada Dira sudah mulai berkurang. Lagi pula untuk apa ia menyukai orang yang tidak pernah menyukainya?
Dira menggeleng tak percaya. Jika itu benar, kenapa Kevin, Davin maupun Arlan tidak memberi taunya sama sekali. Pantas saja kalau Dira bertanya ketiganya selalu bergeming atau mengalihkan pembicaraan.
"Kak Damar bohong 'kan?" Ada rasa bersalah di hati Dira, apa gara-gara dirinya Rey terbunuh?
"Gue gak bohong. Jangan ngerasa bersalah ya, Ra. Rey juga titip pesan ke gue sebelum pergi."
"Ap-apa Kak?"
"Rey bilang, dia mau minta maaf karena dulu pernah hampir...." Damar tak melanjutkan perkataanya. Dia tau Dira memiliki masalalu yang suram. Itu disebabkan oleh kakaknya sendiri, walau tidak sengaja.
Dira langsung menunduk. "Dira udah lupain itu," jawabnya.
"Rey gak sengaja, Ra. Dia dalam pengaruh alkohol."
"Iya, maafin Dira Kak."
"Lo gak salah Ra. Siapa yang gak trauma kalo digituin?" ujar Damar sedikit tertawa berusaha agar Dira tidak semakin menyalahkan dirinya sendiri.
"Maaf." Dira menahan air matanya yang siap menetes. Kalau boleh jujur Dira masih sayang dengan Rey. Sayang dalam artian sebagai Abang, tidak lebih. Dira rindu perhatian Rey, sikap lembut dan tatapan sayangnya.
Sekarang posisi Rey kini telah digantikan oleh Arlan. Dira sangat teramat menyanyangi laki-laki itu.
"Jangan nangis, Ra."
"Tapi ini semua gara-gara Dira Kak." ucap Dira serak hampir terisak. Dirinya begitu merasa sangat terpukul atas kepergian Rey yang sama sekali tidak ia ketahui.
Damar menggenggam tangan Dira di atas meja. "Dengerin gue. Lo gak salah di sini. Lo berhak marah atas kelakuan Rey dulu, dan sekarang gue cuma mau nyampein kalo Rey minta maaf sama lo," ucap Damar meyakinkan.
Dira mengangguk pelan. "Terus-di mana kubu---"
Seseorang datang dan langsung mencengkram kerah baju Damar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung. Damar terpaksa berdiri dari duduknya.
"Ini yang bilangnya mau pergi sama Amy?" tanya Arlan pada Dira. Urat-urat yang ada di tangan laki-laki itu nampak terlihat. Raut marah sangat kentara di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARLANDIRA (TAMAT)
Fiksi Remaja[Part bertanda 🍊 berarti itu part revisi] MAAF, JIKA MASIH BANYAK KATA & TANDA BACA YG TDK SESUAI KBBI/EYD/PUEBI.🙏🏻 [Cerita pertama] . . . "Tidak pernah bagiku untuk memberikan dirimu pada orang lain. Kamu diciptakan Tuhan khusus untukku, bukan...