Kata orang-orang persahabatan antara cowok dan cewek itu hampir mustahil sesuatu yang murni karena diantara keduanya pasti ada yang menyimpan rasa yang lebih. Hmm... Apa itu benar?
Aku rasa tidak semua orang mengalami hal yang sama, terkadang memang hubungan antara dua insan berbeda jenis kelamin bisa jadi sangat platonic. Tulus dalam artian tidak ada hal yang lebih.
Aku sudah lama mengenal Arka, sejauh yang kuingat kita selalu bersama. Mendampingi satu sama lain dalam hubungan yang begitu ambigu. Bisa dibilang lebih dari teman tapi tidak lebih dari itu. Bingung? Ya aku juga.
Arka tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ketertarikan pada cewek manapun. Bahkan ketika zaman sekolah dimana dia hampir setiap minggu mendapat hadiah-hadiah misterius serta ajakan kencan, well dia lebih memilih menemaniku nonton drama di rumah.
Mungkin saja, aku dan dia sudah terlalu terbiasa dengan kehadiran satu sama lain jadi kami tidak masalah. Bagaimana denganku? Hmm, aku rasa berpacaran terlalu merepotkan. Aku memang sempat menyukai 1 atau dua kakak kelas tetapi perasaanku itu hanya sebatas kekaguman biasa, tidak lebih dari itu.
Kami menjalani hari-hari kami selalu bersama seakan tidak ada yang aneh dengan hal itu. Meski berbagai komentar dari orang sekitar sudah menyentuh telinga kami, mengatakan kami cocok dan kami kelihatannya cocok satu sama lain.
Aku pikir Arka tak akan menggubris hal sebodoh itu. Orang-orang Indonesia memang cenderung suka memaksakan pandangan mereka pada orang lain, mengatakan kami harus bersama dan sudah seharusnya bersama. Tetapi semua tergantung kami sendiri kan? Jadi buat apa mendengarkan orang lain.
Yaa aku pikir Arka akan mengambil hal itu macam angin lalu, sampai suatu hari wajahnya yang tampan diterpa angin malam misterius.
"Gue sayang sama lo Lun."
Aku hanya bisa mengerjap dalam diam mendengar omongannya. Butuh beberapa detik bagiku memahami maksudnya, yang selanjutnya malah kubalas dengan hembusan nafas bingung.
Dia tidak memberiku kesempatan menjawab apapun karena selanjutnya dia kembali menyerang dengan kalimatnya.
"I love you."
Dan begitulah awal mula bagaimana kami memilih untuk jadian. Sebenarnya aku masih tak yakin pada perasaanku, rasanya hal ini terasa aneh dan ajaib. Maksudku, Arka yang bertahun-tahun mengenalku sebagai teman dan memperlakukanku layaknya saudara laki-lakinya malah mengatakan hal seperti itu. Ini bukan mimpi kan?
Waktu berjalan begitu cepat, sudah memasuki 6 bulan sejak kapan memutuskan untuk berkencan. Apakah ada sesuatu yang berubah? Tidak ada kecuali kata-kata "I love you." yang kerap dia sampaikan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
His and Her
Chick-LitKumpulan cerita pendek tentang kisah-kisah jatuh cinta dan mencintai. Berbagai macam sudut pandang "Aku" yang berbeda. Sedih-sedih dikit tapi semoga manis-manis seperti gulali.