Sebelum aku menceritakan kisah ku ini, aku ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Andrew, aku adalah seorang pasien dari suatu rumah sakit akibat terlahir dengan kelainan pada paru-paru ku.
Kelainan ini mengharuskan ku menggunakan alat bantu pernapasan portable berbentuk tabung kecil yang dapat ku bawa didalam tas ku.
Meskipun sudah menggunakan alat bantu pernapasan ini, pihak rumah sakit mengharuskanku untuk tinggal di rumah sakit sampai mereka menemukan cara untuk mengobatiku.
Sudah 18 tahun aku tinggal di rumah sakit ini, dan dokterpun belum menemukan cara untuk mengobati kelainanku ini, mereka terus menyuruhku untuk bersabar karena mereka sedang meneliti kelainan dalam tubuhku ini.
Meskipun aku tidak diperbolehkan pulang ke rumah, dokter memperbolehkan ku untuk pergi keluar rumah sakit ketika hari minggu datang dengan catatan aku hanya pergi untuk 6 jam dan tidak lebih karena alat bantuan pernapasan ku hanya bertahan selama 6 jam 30 menit.
Biasanya aku menggunakan kesempatan keluar rumah sakit itu dengan pergi ke taman atau mengunjungi rumah keluarga ku.
Ibuku selalu datang menjenguk ku setiap jam 3 sore dan membawakan ku makanan atau sekedar mengobrol denganku.
Tapi pada suatu hari, dokter memberitahukan kepadaku bahwa ada seorang perempuan yang memiliki kondisi sama sepertiku dan dia akan dipindahkan ke rumah sakit ini minggu depan.
Seminggu kemudian kami berdua dipertemukan, gadis itu bernama Angel dan dia bilang dia berumur 17 tahun, hanya satu tahun lebih muda dari ku.
Dokter membiarkan kami mengobrol untuk sekedar perkenalan karena mulai dari hari ini kami akan menjalankan setiap terapi dan pengobatan kami berdua.
Awalnya aku merasa sangat canggung karena aku belum pernah berbicara kepada wanita sebelumnya, tapi akhirnya dia yang membuka pembicaraan kami.
"Hi, nama ku Angel" ucapnya sambil menjulurkan tanggannya kepadaku untuk berasalaman.
"Andrew" ucapku sambil menjabat tangannya.
"Biar kutebak, kamu pasti sudah disini sejak lahir bukan?" tanya Angel kepadaku.
"Yeah, kamu juga pasti tinggal di rumah sakit bukan?" ucapku.
"Yeah aku berasal dari rumah sakit di luar kota, tapi mereka memindahkanku kesini karena disini sudah memiliki alat bantu pernapasan portabel tidak seperti disana" ucapnya.
"Jadi, apakah kamu pernah hampir kehabisan nafas?" tanya Angel.
Awalnya aku merasa aneh mengapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu tapi akhirnya aku menjawabnya.
"Tentu saja tidak, apa kamu pernah?" ucapku.
"Ya, aku sudah 5 kali hampir mati karena kehabisan nafas, ketika itu alat yang aku gunakan tidak berfungsi dan itu juga yang menjadi alasanku dipindahkan kesini" ucap angel kepadaku.
Tiba-tiba seorang suster memotong pembicaraan kami dan mengajak kami untuk segera pergi ke lab untuk di periksa.
Lalu kamu pergi ke lab dan dokter langsung memeriksa kami satu per satu, awalnya dia memeriksa ku terlebih dahulu lalu setelah itu dia memeriksa Angel.
Setelah itu dia bilang kepada kami bahwa dia akan menempatkan kami di kamar khusus yang bersebelahan dan di kamar kami terdapat jendela panjang supaya kami bisa melihat satu sama lain ketika berada dikamar dan tidak merasa kesepian.
"Mengapa harus ada kaca yang memisahkan kami? Bukankah akan lebih mudah jika kami di masukan di ruangan yang sama?" ucap angel kepada dokter.
"Karena kami akan melakukan karantina selama 2 hari setiap minggunya, kami ingin mengetahuin jika kalian dijauhkan dari kontak fisik ke orang lain selama 2 hari apakah akan mempengaruhi kondisi kalian atau tidak, jadi kami membuat ruang itu dipisahkan dengan jendela supaya kalian tetap bisa mengobrol tanpa berinteraksi secara fisik, tujuannya agar kalian tidak kesepian selama karantina" ucap dokter itu.
Setelah aku berkenalan dengan Angel aku menyadari bahwa angel itu orang yang sangat periang dan banyak bicara, aku tidak tahu bagaimana dia bisa terlihat tidak memiliki beban ketika dia menderita kelainan seperti ini. Sungguh dia sangat bisa menerima kenyataan yang pahit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything's Alright
Romance"Apakah kita bisa bertemu lagi?" ucap Angel. "Tentu saja, aku pasti akan menemui mu lagi nanti" ucapku sambil tersenyum. Aku pun melepas genggaman ku.