Bonus Chapter

2K 294 59
                                    

Kalian pikir kita jadian?

Gak, woy.

Kalo kata Wooyoung, "Kita udah di umur yang gak ada waktu lagi buat pacaran."

Ya, gue merinding disko ini anak masa iya udah mikirin nikah, tapi dia kan waktu itu bilangnya I'm the lucky girl. Gadis beruntung yang bakal dia nikahin. Yha, mau salto gue.

Gue agak kurang percaya, sih... tapi gak taunya dia udah ada kontak WO yang bakal ngurus. Lha, Pak ketemu keluarga aja dulu!?

Terus, sekarang. Posisinya, gue lagi di hotel yang dia tempatin. Nginep seminggu karena katanya, besok keluarganya mau ke sini.

NANGIS.

Gue gak ngapa-ngapain. Ini lagi main Ninja Warrior sama dia. Kaget, kan gue bisa main PS.

Sumpah, dah Wooyoung gak ada rencananya banget mau ngelamar.

Tiba-tiba, tadi, pas dia buka pintu. Bukannya suruh gue masuk malah, "Han, besok gue lamar, ya."

LAH GUE BARU DATENG BUJANG.

Terus pas gue nenangin jantung dulu, dia jelasin panjang lebar. "Gue gak mau basa-basi lagi, dah. Yang gue bilang kemarin itu beneran gue mau nikahin lu anjir. Kita udah di umur yang gak ada waktu lagi buat pacaran, jadi mending nikah aja lah anjir. Besok pada mau ke rumah lo. Ngomongin lamaran. Bilangin ke orangtua lo, ya."

Enteng banget.

"Cincinnya gimana!?" sahut gue.

Wooyoung langsung mengeluarkan sebuah kotak merah. GAK ROMANTIS soalnya cuma, "Nih. Buka aja. Pasti lu suka."

Berasa ngasih hadiah doang. Hadeh. "Lu gak ada romantis-romantisnya, ah." omel gue.

"Ya, canggung anjir!?"

"Ya, tapi kan gue pacar lo!"

"Kapan gue nembak!?"

Gue diem.

"Udahlah anjir, udahan aja." ujar gue sambil ngambek dan berdiri dari kursi dengan tangan yang terlipat.

"Hm, kan. Mulai apaan emang kita?"

"Babik."

Wooyoung malah terkekeh. Terus tiba-tiba dia meluk gue. Erat. Kepalanya di atas bahu gue. Menjatuhkan diri gitu ke gue. "Ini gue meluk gak mau dibales?"

"Kan gak pacaran."

"Yaelah lo biasa juga kita pelukan."

Terus gue bales pelukannya. "Geli gue."

Dia gak jawab. Gue elus-elus aja punggungnya. "Random banget tiba-tiba peluk."

"Gue cuma gak percaya kita sama-sama bisa nahan 3 tahun. Katanya lo bakal ada kemungkinan kepincut sama cowok lain. Mana?? MANA? Lu aja masih sayang sama gue ya, kan."

Gue cuma terkekeh. "Itu gue asal. Gue beneran gak bisa LDR sumpah. Banyak yang gue khawatirin. Apalagi lo. Jakarta gudang cecan."

"Hana paling cantik."

"Emang."

"Lo paling jelek sedunia."

"Bangsat. Pergi lo." ujar gue masih dengan elus-elus punggung dia dengan posisi masih pelukan.

"Dih, gak mau."

Gue mengerutkan alis dan terkekeh, "Dih, kenapa?"

"Ya, gak mau. Orang mau nikahin lo, kenapa pergi."

Gue malah tertawa. Bahagia anjir.

"Lo mau nikah sama gue, kan?"

"Gak mau. Lo bau."

"Dakjal."

"Iya, mau. Tapi ada syaratnya."

"Jangan kayak di film-film, deh lu pake syarat segala."

"Syaratnya gampang kok."

"Apa?"

"Jangan tinggalin gue."

"Kalo gue mati gimana."

"Ya, gapapa kalo lo ninggalin gue karena maut. Kan takdir. Namanya jodoh."

"Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."

Wooyoung ngomong lagi, "Mau, ya? Mau, lah. Gak mungkin gak mau."

"Iya, mau."

...

...

...

"GAK MASANGIN CINCIN GITU?"

Terus Wooyoung ngelepas pelukannya dan ngambil kotak merah tadi di kasur. Dia kasih ke gue. "Pasang sendiri. Gue gemeter."

"Belom jadi suami aja udah nyebelin lo."

•••

KANGEN GAK??????

✔️[1] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆  𝗕𝗲𝘀𝘁𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱 : 𝙒𝙤𝙤𝙮𝙤𝙪𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang