Hari ini Mew tidak ada jadwal mengajar. Bangun tadi ia hanya membersihkan diri, merapikan ruangannya tanpa sarapan kemudian keluar untuk membuka perpustakaannya.
Pengaruh surat tadi malam sangat kuat. Mulai ketika ia terbangun pagi tadi, Mew merasa bukan ia yang menempati raganya. Ia terus menerus menghela nafas dan hanya tersenyum kepada orang orang yang menyapanya padahal biasanya ia juga akan mengajak mereka mengobrol singkat.
Sesampainya di depan perpustakaannya Mew lagi lagi merasa lesu. Ia jadi kepikiran untuk tidak buka hari ini tapi ia masih harus memikirkan orang orang yang akan membaca nanti.
"Phi mau makan siang bareng tidak di warung seberang?" Tanya salah satu pembaca di dalam perpustakaannya yang sebenarnya rekan mengajarnya juga.
"Ah tidak dulu, mereka semua masih kelihatan tenang membaca, aku akan pergi makan kalau mereka semua sudah selesai" jawabnya diakhiri sebuah senyum.
Pengunjung tadi tersenyum juga dan mengangguk kemudian berlalu keluar.
Sudah semakin sore, para pembaca juga sudah sepi. Mew merenggangkan otot otot tangannya. Memang benar sebuah buku dan pembaca yang datang bisa mengembalikan moodnya yang sempat hilang.
Tanpa sadar perutnya berbunyi tanda butuh asupan makanan. Mew berjalan untuk kembali ke rumahnya setelah menutup pintu perpustakaannya tadi. Ia akan buka lagi jam 7 malam nanti.
Tidak jauh dari tempatnya, Mew melihat seorang pemuda berdiri dengan menyembunyikan wajahnya di balik kepala Hoodie hitam yang dikenakannya.
Pemuda itu memainkan batu batu di bawah kakinya tampak seperti menunggu seseorang. Sesering Mew melewati tempat ini dia belum pernah sekalipun melihat pemuda dengan postur tubuh setinggi itu, kira kira tinggi mereka hampir sama.
Berniat untuk menyapanya namun ia urungkan setelah sebuah mobil merah berhenti tepat di depan pemuda tadi.
tidak lama pasangan lansia keluar dari rumah dan mengantar pemuda tadi masuk ke dalam mobil.
Mew sedikit heran, setaunya pasangan lansia di dekat rumahnya itu tidak memiliki anak ataupun cucu.
'Mungkin cucu dari saudara jauh'
Pemuda tadi berpamitan dan membuka penutup kepalanya.
Tanpa sadar Mew seakan berhenti bernafas.
'sangat manis'
Batinnya masih memandangi wajah pemuda itu.Seperginya pemuda itu.Mew berjalan mendekat ke arah pasangan lansia tadi.
"Maaf, saya mau bertanya, pemuda tadi cucu anda? Soalnya saya tidak pernah melihatnya" tanya Mew dengan senyum kikuknya.
"Eh nak Mew, bukan. Gulf bukan cucu kami, dia pemuda yang kami tolong beberapa Minggu lalu"
Mew mengangguk merespon sambil ber oh.
"Dia pemuda yang baik, nasibnya dirampok sangat memprihatinkan"
Mew diam mendengar cerita ketika mereka menolong Gulf, mulai dari Gulf yang awalnya tidak terbiasa dengan keadaan sekitarnya tapi lama kelamaan kata mereka Gulf sudah mulai menyesuaikan diri sampai di Minggu kedua mereka menyarankan untuk mengantar Gulf ke tempat Mew mengajar karena di tempat itu pasti banyak alat komunikasi yang bisa dipakai tapi melihat Gulf yang sudah semakin nyaman tinggal disana sehingga mereka tidak lagi menyinggung hal itu.
Tapi akhirnya dua hari yang lalu Gulf sendirilah yang minta untuk diantarkan ke tempat Mew mengajar dan meminjam alat komunikasi juga disana. Mereka juga mengatakan kalau waktu itu Gulf juga meminjam uang mereka sedikit untuk membeli gelang dan mereka sangat senang karena wajah Gulf begitu bahagia setelah mendapatkan gelang itu. Gelang murah tapi benar benar merubah suasana hatinya.
Mata Mew mulai berkaca kaca, mengedip sekali saja air bening itu akan menetes keluar. Mew mendongakkan kepalanya dan mengipas ngipaskan tangannya.
Cukup lama setelah ia mulai mengendalikan emosinya, Mew bertanya lagi.
"Berapa uang yang dia pinjam kalau boleh saya tau, saya yang akan bayar"
"Tidak perlu nak Mew, sebenarnya kami hanya beralasan untuk meminjamkannya karena kalau kami tidak bilang begitu Gulf tidak akan mau menerimanya, kami sangat ikhlas, uang yang dia pinjam juga tidak banyak nak Mew"
Mew mengangguk dan berterimakasih kepada mereka.
"Apa nak Mew mengenal Gulf?"
Mew gelagapan sendiri mencari jawaban. Sedari tadi Mew bertanya tanpa berpikir dulu hingga membuat mereka curiga.
"Ah tidak, saya hanya berpikir untuk menolongnya juga"
"Kalau begitu saya permisi, jika butuh bantuan jangan sungkan untuk memberi tau saya"Setelahnya Mew menyatukan kedua tangannya memberi hormat kemudian berjalan kembali ke rumahnya.
Sangat disayangkan Mew tidak menyadari pemuda itu tadi adalah pemuda yang ia cari. Selama ini ternyata mereka sangat dekat tapi kembali lagi takdir yang menyusun pertemuan ini.
Sekali lagi menghela nafas gusar saat sampai di dalam kamarnya, Mew memperhatikan gelang yang ia gantung kemarin.
"Jadi benar benar untukku yah? Baiklah akan ku pakai" gumamnya.
Sejenak terlintas wajah manis Gulf membuat Mew tersenyum malu.
"Tapi aku menginginkan lebih dari sekedar gelang"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT YOUR SECRET ADMIRER (END)
Storie d'amoreALWAYS MEWGULF ☀️🌻 {5 Oktober 2020} ______________________________________________ I WRITE THIS STORY FOR CELEBRATE MY BIRTHDAY WITH YOU GUYS:3