Plan berdiri di depan lift d lobi hotel. Ia menekan tombol dan tak lama kemudian lift membuka dan ia memasukinya. Tak lama berselang, ia sudah berada di depan pintu mengetuknya pelan.
Seseorang membukanya dari dalam dan menariknya ke pelukannya. Mereka berciuman cukup lama dan saling menggerayngi kedua tubuh masing-masing tanpa rasa malu.
"Aku punya hadiah untukmu, di kamar mandi," bisik Mean sambil tersenyum menggodanya.
Plan mengernyitkan alisnya. Ia tersenyum dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Mean sendirian di sana.
"O, Khun punya selera yan bagus rupanya!" ujar Plan hanya memunculkan kepalanya di depan pintu kamar mandi.
Mean tersenyum. Ia mulai menanggalkan bajunya dan memakai piyama hotel. Tak lama kemudian, Plan keluar dari kamar mandi dan Mean menganga dibuatnya.
"Bagaimana Khun tahu ukuranku?" tanya Plan dan ia duduk di tepi ranjang dengan cara yang sangat menggoda.
"Kau cantik sekali!" sahut Mean dengan tatapan mesum. Ia mendekati Plan dan kemudian mencondongkan tubuhnya dan mencium bibirnya.
"Khun, aku belum selesai. Bukankah Khun ingin melihatku dengan pakaian lainnya?" Plan mendorong Mean dan ia kemudian dengan cepat ia berjalan ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, ia keluar lagi dan berputar seolah ia adalah model yang tengah memperagakan pakaian.
"Uhn, sempurna, membuatku ingin memakanmu," desah Mean sambil memberi air kiss kepada Plan.
"Khun tak boleh mendekat. Tunggu sampai selesai," ujar Plan lagi. Ia kembali ke kamar mandi dan ia berdiri di depan kamar mandi dengan kostum memukau lainnya.
"Aku suka yang ini. Kau terlihat lebih seksi dan sensual," ujar Mean mendekati Plan dan mulai menciumi rambutnya.
"Kubilang belum selesai, Khun Mean," bisik Plan. Ia mendorong Mean menjauh darinya dan kemudian memasuki lagi kamar mandi lalu keluar lagi setelah beberapa saat kemudian.
"Bagaimana? Yang mana yang paling baik? Khun pilih dan akan kupakai untukmu," sahut Plan dengan senyuman menggodanya.
"Yang ini saja, aku sudah tak tahan," suara Mean berat. Ia langsung menindih Plan dan menyerangnya di bibirnya. Plan tergelak.
Mereka bercumbu lama, saling menyentuh dan menjamah dan semuanya penuh dengan rasa gairah.
Cumbuan berangsur panas dan keduanya sudah dipenuhi dengan berahi tinggi. Keduanya lagi tak bisa mengontrol diri mereka dan sama-sama menikmati permainan bercinta, layaknya sepasang suami istri yang tengah melakukan malam pertama.
Ciuman mereka semakin panas dan acak sama dengan desahan dan lenguhan mereka yang merajalela memenuhi ruangan. Sangat keras dan lepas, tak memedulikan bahwa yang di luar bisa mendengar.
Tak lama keduanya mencapai pelepasan dalam permainan empat babak dan berhenti sejenak dengan tidur bersilangan. Mean menikmati kaki Plan yang mulus dan Plan menikmati kaki sang Pejantannya yang berbulu dan pepal. Keduanya masih sama-sama telanjang. Hanya bagian di antara paha dan betis tertutupo selimut hotel yang cukup lebar.
"Khun, geli," desah Plan saat Mean mencium telapak kaki Plan dan Mean tergelak. Ia menyingkap selimut sedikit ke atas dan menggerakan jarinya perlahan menuju bagian di antara selangkangan Plan.
"Apa yang Khun lakukan?" tanya Plan sambil tersenyum sebab ia menahan geli.
"Mencoba menaiki gunung," desah Mean sambil menyingkap semua selimut dan berbalik lalu menindih Plan.
"Lagi," desahnya.
"Siapa takut?" desah Plan dan mereka memainkan lagi babak-babak selanjutnya dengan panasnya.
Mean bahkan tak menghiraukan panggilan dari HPnya yang dengan jelas menampilkan nama istrinya, Kew.
"Khun, nggggj, istrimu menelepon, mmmmph, ungggh, oooo," desah Plan sambil melirik sejenak ke arah Hp Mean.
"Hei, sedang enaaak, nnnnnh, uuungh," desah Mean dan melempar Hpnya jauh dari kasur.
"Jahatt!" delik Plan dan ia dengan cepat kembali pada wajah sensualnya dan menunggangi Mean lagi.
Keduanya melenguh panjang dan berhenti pada babak kedelapan. Mereka kelelahan dan tidur dalam keadaan yang lunglai tetapi dengan wajah yang dipenuhi kepuasan.
Keesokan harinya, Plan tengah memakai lagi bajunya di depan kaca dan Mean memeluknya dari belakang, menciumi bahunya yang terekspos bebas karena model bajunya yang membuatnya begitu.
"Tak bisakah kita melanjutkan ini? Kurasa aku sangat menyukaimu," bisik Mean.
"Kau punya nomorku, bukan? Kontak saja jika luang. Boleh aku menghubungimu juga," bisik Plan sambil memasang antingnya. Ia menatap Mean dari kaca.
"Tentu saja. Jangan panggil lagi Khun. Panggil aku Mean," bisik Mean lagi.
"Okay, Mean. Terima kasih atas hadiahnya. Aku akan simpan baik-baik. Kau sangat menyenangkan," bisik Plan lagi. Mereka berciuman dan Plan pergi duluan.
Mean tersenyum. Hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Sejak saat itu, mereka sering bertemu diam-diam dan hubungan mereka sudah berlangsung lebih dari tiga tahun sekarang. Plan saja sudah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan.
Sampai kapan mereka akan seperti itu? Biarkan saja lah! Biarkan mereka bersenang-senang. Tolong pembaca jangan bilang kepada istrinya, ya! Terima kasih.
Gambar Plan dalam ff ini diedit oleh peakachupeem. Terima kasih.
Tamat