"Ada apa ini?"
Semua orang telah berkumpul di ruang tamu. Mama, adik, kakak, dan kakak ipar Hanna tengah duduk berjajar di sofa. Sedang di hadapanya ada papa dan dua orang pemuda yang yang mengenakan kemeja putih tengah asyik bercengkrama. Hanna hanya memandang penuh keheranan kemudian mengikuti duduk di sebelah mamanya.
"Siapa mereka Ma?"
"Nanti kamu juga tahu sendiri Hanna."
Hanna semakin aneh mendengar jawaban mamanya. Terlebih dua pemuda tak dikenal itu menatapnya aneh sembari tersenyum. Tak ada pembicaraan disana, bahkan penglihatan Hanna seakan hanya remang-remang. Ia memperhatikan sosok pemuda yang ada dihadapanya itu, bersih dan terlihat tinggi.
Tak berselang lama, salah satu pemuda itu berdiri dan menghampiri ke samping tempat duduk Hanna. Masih tak mengatakan apapupun, pemuda itu meraih tangan Hanna dan menciumnya. Hawa hanya menatap syok. Genggaman tanganya terasa halus dan penuh perlindungan. Masih sama, pemuda itu hanya tersenyum lalu beranjak setelah mencium tangan Hanna. Meskipun hanya sekilas, pemuda itu terlihat tampan dan tubuhnya tinggi semampai. Entah mengapa perasaan Hanna kali ini berbeda. Ada rasa damai dan perasan berbunga-bunga tatkal pemuda itu mencium tanganya dan menatap penuh kelembutan.
"Saya nanti akan kembali lagi untuk menemui anak bapak," ucapnya sembari berlalu.
Papa hanya tersenyum kemudian menganggukkan kepala kepada pemuda tadi."Iya, akan kami tunggu."
Pemuda itu masih tersenyum manis sembari mengangguk dan beranjak pergi. Seorang pemuda lain yang entah temanya atau siapa, tiba-tiba berdiri dan mengikutinya dari belakang.
"Siapa dia? Apakah dia sejenis malaikat atau apa? Mengapa pemuda itu terlihat begitu tampan dan memakai kostum putih seperti itu?" Tak lama kemudian, laki-laki itu menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy I Met In My Dream
RomanceCinta adalah suatu hal yang tidak bisa dipaksakan. Meskipun terkadang rasa cinta bisa datang seiring berjalanya waktu, jika dilandasi keterpaksanaan tentu tak akan bahagia bukan?. Begitulah prinsip yang diyakini oleh Hanna Pricillia. Sayangnya Ayah...