I Never Wanted Anything More Than I Wanted You

4 0 0
                                    

Dear Nu,

Sudah 1,5 minggu ini aku tidak tenang. Mataku sudah mulai menghitam karena malam panjang dan susah tidur itu datang lagi. Meditasi, relaksasi, makan coklat, olah raga, nonton youtube, nonton film.....semua sudah aku lakukan. Namun kegelisahan ini begitu besarnya. Padahal sudah 3 bulan dan ini bukan hanya hormon yang tidak beres atau sedang PMS saja, namun aku juga tak tahu aku ini kenapa. Akhir-akhir ini bayanganmu jadi sering hadir dalam pandanganku, otakku sering memikirkanmu, dan hatiku penuh kecemasan mengkhawatirkanmu. Setiap suara motor yang masuk halaman, aku sangat berharap itu kamu yang datang. Dan setiap kali juga aku tertunduk ketika mengetahui itu bukan kamu.

Apakah kau baik-baik saja Nu?

Dalam diam ditemani playlist lagu melow akhirnya aku merenung. Entahlah kenapa muncul lagu "I Never Wanted Anything More Than I Wanted You" ini. Aku resapi syairnya.....dan aku tersentak. Lagu ini seperti ingin berkata padaku bahwa inilah perasaanku yang terdalam dan sejujurnya, yang selama ini aku sangkal dengan berbagai konsep, serta aku bungkus dengan segala sok sibukku.

Baiklah, buat apa juga aku tutupi atau sangkal. Jadi ijinkan aku menyatakannya.

Bukankah ini semua lucu. Aku diberi kesempatan mengalami rasa yang kau lalui. Yang membedakan adalah, rasamu untuknya, rasaku untukmu.

Ya....aku tahu kamu mencintainya dalam sekali. Tak akan bisa tergantikan di hatimu sampai kapanpun. Aku minta maaf karena kamu harus mengalami segala kepahitan itu. 

Aku tahu saat itu kamu membutuhkanku untuk mendengarkanmu, menemanimu saat kau menangis, memelukmu saat rasa yang tak tuntas itu harus tetap tergantung. Aku tahu di saat itu kamu pun bingung, di satu sisi membutuhkanku untuk berperan sebagai sahabat yang sedang menemani orang berduka, dan di satu sisi aku adalah partnermu yang akan cemburu jika kau menunjukkan rasa kepada yang lain dihadapanku. Daripada salah, kamu memilih menyimpan semua sendiri sebagaimana kau selalu menyimpan semua perkaramu sendiri meskipun padaku. Kamu memilih menarik diri dariku.  Kita larut dalam pikiran dan persepsi kita masing-masing, yang kita tahu dengan jelas kalau kita berbeda cara memandangnya. 

Aku harusnya berterima kasih karena sebenarnya aku memiliki arti penting bagimu. Entah peran sebagai sahabat, karena kau pasti tak akan bercerita pada siapapun tentang rasamu ini. Atau sebagai partner yang diconsider perasaannya. Waktu itu aku punya alasan, namun saat ini aku tak mencoba membuatmu mengerti. Aku tahu kalau kamu tahu rasanya. Atas hal ini, hanya 4 hal yang bisa aku lakukan saat ini. Meminta maaf karena tak bisa memenuhi peran yang kau butuhkan saat itu. Memaafkanmu atas kepergianmu. Memaafkan diriku sendiri yang tak bisa menjadi orang baik bagi orang yang terpenting dalam hidupku. Memaafkan kita as couple yang tak berkomunikasi baik dan larut dalam cara pemikiran masing-masing sehingga apa yang kita bangun menjadi berantakan.

Aku tak peduli apa kata mereka, rasa itu masih ada dan masih besar. I never wanted anything more than i wanted you, namun aku mampu menyimpan dan mengelolanya kok. Jangan takut, aku tak akan mengganggu kebahagianmu. Karena bagiku mencintaimu adalah melihatmu bahagia, meski tak denganku, meski tak disini. 

Semoga kegelisahanku 1,5 minggu ini hanya false alarm saja, semoga kau bahagia dan sehat Nu.

Dear Nu, Cherie Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang