MIS 1

578 25 3
                                    

"Kamu sudah klimaks?" tanya sang istri dengan nada kecewa dan seperti yang sudah-sudah dia tidak pernah mendapatkan kepuasan batin karena lawannya begitu egois hanya ingin memuaskan diri sendiri.

"Menurutmu?" balas lawan dengan ketus seolah merasa jijik pada sosok yang berbaring telanjang begitu pasrah untuk disentuh, tapi dia tidak akan melakukan itu.

Gaia hanya menatap suaminya dengan sorot penuh luka karena selalu ini yang dia dapatkan di percintaan dan juga interaksi kaku keduannya walau mereka telah menikah selama tiga tahun.

Ranjang yang begitu dingin begitu juga hawa panas neraka yang menguar di antara keduanya.

Kelopak mata cantik itu berkedip menatap lawan siapa tahu kali ini ada sedikit keindahan sebagai penutup. Ternyata... sama seperti yang selama ini terjadi.

"Killian," panggil Gaia pada suaminya dengan bibir gemetar. Terkadang dia selalu berharap belas kasih dari suaminya, tapi Killian hanya menganggapnya seonggok benda menjijikkan yang harus dia jauhi.

"Minggir!" usir Killian mendorong tubuh Gaia hingga wanita itu terjerembab ke atas kasur. Tidak ada belaian, apalagi pelukan yang diimpikan Gaia selama pernikahan keduanya.

"Mau ke mana?" tanya Gaia lemas dengan mata berkaca-kaca karena selalu berakhir seperti ini.

Tubuh telanjangnya terkulai lunglai di atas ranjang. Memandangi punggung sang suami. Begitu tegap, gagah, dan memancarkan aura maskulinitas. Suatu waktu, ia pernah berharap banyak pada sisi punggung itu. Sekarang? Sudahlah ....

"Mau mandi lalu ke kantor. Ada yang harus kukerjakan," jawab Killian ketus tak perlu beramah tamah padanya.

"Ini hari Sabtu. Mau kerja apa di kantor?" selidik Gaia mengernyitkan dahi.

"Urusannya apa denganmu? Suka-suka aku mau kerja apa di kantor! Selama uang bulananmu yang puluhan bahkan kadang ratusan ribu dollar itu lancar, sudah cukup untukmu, bukan?" cibir Killian tetap membelakangi istrinya.

Laki-laki itu menyambar handuk di gantungan dekat kamar mandi. Masuk ke dalamnya dengan sedikit membanting pintu lalu mengunci cepat. Mengatakan secara tidak langsung, dia tidak ingin mandi berdua.

Terpekur di atas ranjang. Gaia memeluk tubuhnya sendiri. Mulai merasa dinginnya udara menusuk kulit. Mengambil beberapa tissue di nakas sebelah ranjang.

Bibirnya sesekali bergetar, bukan karena kedinginan. Akan tetapi karena kehancuran.

Tangannya membersihkan sisa bercinta di tubuh. Mengelap dua aliran kecil di paha. Terasa lengket akibat lahar putih sang suami yang meleleh keluar dari dalam tubuhnya.

Kembali mengambil selembar tissue dan membersihkan sisa bercinta yang ada di pelupuk mata. Butir bening turun meleleh di wajah mulusnya.

Perilaku Killian yang begitu dingin setelah merasa puas. Pertanyaan serta permintaan saat bercinta yang kadang dirasa Gaia begitu merendahkan dirinya. Semuanya menghadirkan rasa perih dan sakit.

Bukan ini pernikahan yang dia inginkan!

Dia tahu tidak ada benar-benar cinta di antara keduanya karena pernikahan ini punya motif masing-masing untuk membalaskan dendam pada satu orang.

Gaia tahu Killian menikahinya hanya karena ingin membalas abangnya jika dia bisa mendapatkan dirinya di saat selama ini selalu kalah sepuluh langkah di belakang Kael.

Selain karena ingin membalas dendam pada Kael, Gaia terpaksa menyetujui pernikahan bersama Killian karena dia butuh uang. Ya, di mata Killian dirinya tak lebih dari seonggok jalang murahan yang bisa dia beli.

MARRIAGE IS SCARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang