00 :: Present

1.4K 180 15
                                    

warning!
this is gonna be cheesy-cringey's story af so please be careful, i've warned you:D
i make this 'cause i'm in love w/ chifuyu matsuno. alurnya juga nggak ngikutin yng ada di anime maupun manga. aku saranin sambil dengerin lagunya lorde - hard feeling/loveless. judulnya diambil dari lirik lagu itu btw. so yeah, enjoy!

══════════════════

“SUDAH berapa kali dalam sehari ini kau memikirkannya?”

Jari-jemariku yang tadi berdansa dengan lincah di atas papan keyboard kini terhenti secara mendadak. Otakku serasa berhenti bekerja, tidak sinkron sama sekali dengan realita yang ada. Rasanya aku ingin menyumpal mulut si penanya dengan kaos kaki ku yang terhitung genap dua bulan berada di belakang lemari.

“Memikirkan apa.” Aku mendengus. Bisa tidak, sih, mentang-mentang dia salah satu keluargaku, jadi seenaknya sendiri dalam melontarkan pertanyaan? Apalagi, ini pertanyaan yang lumayan sensitif bagiku.

Draken-nii tersenyum, suatu hal yang amat jarang dilakukan olehnya. Kurasakan tangannya menepuk kepalaku beberapa kali dengan pelan.

“Kau kalau sedang banyak pikiran, suka sekali ngelantur, ya.” Aku cuma menaikkan alis, bingung dengan apa maksudnya.

“Dari tadi aku diam, lho. Yang bertanya kepadamu tadi suara dari drama yang ada di televisi, omong-omong.”

Sialan. Pipiku sudah semerah tomat, menahan malu gara-gara kepedean. Aku memalingkan wajah, berusaha menormalkan detak jantungku. Kulanjutkan kegiatan pentingku yang sempat tertunda hanya gara-gara pertanyaan bodoh dari televisi.

“Kebetulan nanti beberapa anak Touman akan kemari. Hanya rapat kecil melibatkan pemimpin setiap divisi. Apa tak masalah?”

Aku mengangguk. Rumah ini selalu sepi jika Draken-nii tak berkunjung kemari. Aku selalu menghabiskan waktu dengan berdiam diri di kamar atau jika sedang sibuk berlatih tenis di lapangan. Ayah merupakan seorang maniak pekerjaan—itu juga demi kami, keluarganya. Sementara ibuku sudah lama meninggal. Jadi, aku tak keberatan juga, toh selama ada Draken-nii aku bakal aman-aman saja.

“Aku pergi sebentar, mau menjemput Emma kemari agar dia menemanimu.”

Dengan begitu, kini aku sendirian, cuma ditemani dengan layar komputer dan segelas kopi susu yang sudah dingin. Kepalaku sudah berdenyut-denyut ingin meledak, rasanya seperti enggan mengerjakan tugas, padahal besok merupakan hari terakhir pengumpulan.

Kupejamkan kelopak mataku, ingin terlelap walaupun sebentar saja.

“[Name] ...”

Aku terkejut. Dengan spontan aku beranjak dari tempat dudukku, menoleh siapa gerangan yang memanggil namaku. Sebenarnya, aku sudah hapal betul dengan suaranya. Suaranya begitu kalem menenangkan. Kumohon. Jangan katakan jika itu-

“Chifuyu?”

-kan.

Baru ingin melontarkan pertanyaan sedang apa kau di sini, aku baru ingat jika ada rapat antar kapten divisi geng Touman.

Eh, tunggu. Kapten divisi? Seingatku Chifuyu bukan kapten divisi.

Ah, persetan. Sudah, biarkan saja. Lagipula, dia juga temannya Draken-nii 'kan?

“Maaf karena lancang masuk, tapi, aku sudah mengetuk pintu itu selama sepuluh menit dan ternyata kau ketiduran. Terlebih lagi pintunya tidak dikunci.” Dia mencoba menjelaskan.

“Itu sangat berbahaya, [Name].”

Alis kananku kunaikkan, tak bisa menangkap maksud Chifuyu. Tidak. Bukan tak bisa menangkap maksudnya, tapi tak terima dengan maksudnya. “Apa perdulimu?”

Pertanyaanku menggantung di udara. Aku menyadari jika ini sudah kelewat batas. Tidak bisa dibiarkan.

“Tunggu dulu di ruang tamu. Akan kubuatkan minuman terlebih dahulu.”

Pemuda bersurai kepirangan itu pasti tengah kebingungan. Kali ini, aku menyetujuinya. Jangankan dia, aku sendiri pun, juga bingung dengan diriku sendiri.

hard feelings [chifuyu m.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang