Bab 03

12.1K 1K 44
                                    

Bebs, aku kasih Cast yang jadi DUREN siapa bisa dicek di IG aku ya @liebeima01.

Silakan berkunjung🥰😘

.

🌷🌷🌷

Aku merenggangkan badanku saat ini dengan gerakan ringan. Ini nih hal yang terberat sejak tinggal di rumah Engkong yang sederhana, gak ada kolam renangnya. Beda dengan dirumahku yang serba ada.

Tapi jujur, aku gak pernah mempermasalahkan itu semua. Bagiku rumah itu hanya untuk tempat tinggal dan bernaung koq, bukan untuk pamer atau apa.

"Jadi lari Non?" Tanya Engkong yang lagi asyik mengunyah pisang goreng buatan Nyai.

"Jadi Kong. Dah cakep gini kan.."

"Ya udeh, ti ati lu kalau lari. Kalau capek jalan aja. Jangan sampe lu jatoh, kasian aspal bisa penyok kena badan lu yang tambun. Hehee.."

Aku mengerucut sebal. Maen fisik mulu dah Engkong.

"Tambun juga cakep Kong, seksi gini. Kek gitar spanyol.."

Uhukksss.. tiba tiba Engkong batuk dan menyemburlah itu isi makanan di mulutnya.

"Uhukss.. Ya ampun ini anaknya si Zaza! Spanyol diliat dari tugu pyongpyang kalii Non.. elaahhh bocah.."

Aku ketawa lebar merasa puas menggoda Engkong sepagi ini.

"Dah ah, Iza pergi dulu ya Kong. Pamitin sama Nyai.."

"Iye, jangan siang-siang yee pulangnya.."

Aku hanya mengangguk kecil lalu menarik tangan Engkong untuk menciumnya dengan takzim seraya mengucapkan salam.

Pagi yang cerah, masih cukup sepi. Suasana kampungnya masih kerasa banget ini dibanding di rumahku di komplek sana. Bau kompor dari kayu bakar masih tercium sesekali setiap aku melewati rumah yang masih tampak bentuk kampungnya.

Maksud rumah kampung disini bukan rumah yang gedong apalagi tingkat kek dikomplek Ayah. Tapi disini bener bener suasana kampungnya masih terasa aslinya.

Melakukan jogging cukup cepat, aku menelusuri jalanan kampung yang masih belum terlalu ramai. Beberapa ibu ibu sibuk mengobrol di tempat tukang sayur seraya tangannya asyik memilih sana sini.

Ppffuhh.. mayan juga jogging pagi ini. Badan kek berasa capeknya walo jaraknya belum jauh. Untungnya aku rajin berenang dan  deru nafasku bisa teratur dengan baik.

Sesekali aku memberikan senyum kecil kepada yang berpapasan walaupun belum kenal. Gak pa-pa koq, senyum kan ibadah ya?

Aku masih asyik fokus berjogging ria ketika sebuah gapura beserta namanya muncul didepanku dengan warna yang menyolok mata.

Bujug, dah mau nyebrang kampung aja nih! Jangan sampai aku nyasar ke kampung sebelah ini. Eh tapi koq aku terpesona sama suasana kampung ini yang tampak lebih asri dan sejuk dibanding kampungnya Engkong?

Perlahan aku mengurangi kecepatan joggingku lalu mataku menatap kiri kanan jalan rumah-rumah yang tampak asri dengan ornamen khas rumah betawi yang memiliki halaman besar-besar gitu. Uniq bener ini kampung ya, dijamin betah deh tinggal disini.

Ketika aku melewati sebuah rumah yang tampak baru dengan halaman super luasnya, aku dikagetkan oleh suara cempreng yang cukup besar menyapaku.

"Eehh Non... lu cucunye Kong Umar Firdaus kan?"

Kontan aku menoleh dan mendapati si mpo yang kemarin rempong belanja itu tengah memegang pengki di depan gerbang rumahnya. Sepertinya dia baru saja selesai membuang sampah.

DUREN Kampung SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang