Bab 08

9.7K 946 90
                                    

Aku memasuki rumah dengan perasaan emosi yang begitu kuat. Musibah banget buatku melihat cowok topless dan hampir naked begitu. Ya Ampun, bener-bener ternoda ini mataku.

Tadi aku sudah telfon Engkong kalau hari ini aku akan menginap dirumah Ayah, gak jadi mampir ke Lapak dan bantuin Engkong disana. Dan untungnya Engkong menyetujui.

"Buunn.." panggilku keras ketika melihat Bunda di balik meja dapurnya.

Kepala bunda langsung mendongak dan menatapku heran

"Lah, pulang kak?"

Aku spontan saja memburunya dan memeluk erat Bunda dari belakang dengan manjanya.

"Kenapa nih peluk-peluk?" Sapa Bunda sambil tetap asyik menghias kue tart pingky yang tengah dia buat

"Kangeenn..." aku merengek manja sambil tetap melingkari pinggangnya erat.

"Bentar dikit lagi. Ini pesenan Zia sayang.. biar langsung Bunda masukin kulkas dulu yaa.."

Aku mengangguk lalu melepaskan rangkulanku. Perlahan aku bergerak menuju kursi bar dan duduk diatasnya.

Tak berapa lama, Bunda langsung memasukan kue tart hiasannya itu ke dalam kulkas dan melepas kain apronnya yang melilit tubuh semoknya.

Kami duduk berhadapan lalu beliau menatapku lembut.

"Anak Bunda kenapa? Koq datang-datang mukanya butek?"

Aku mencebik lalu berdiri. Menarik tangan Bunda untuk ikut duduk di sofa ruang tengah biar enak ngobrolnya.

Bunda hanya tertawa lalu menggeplak bahuku pelan. Kami saling berangkulan seraya aku menyender pada bahu empuknya.

"Pasti soal cowok nih, dari dulu kamu tuh galau kalau urusan itu kan?"

Dih Bunda, sok tahu banget kan? Tapi bener mulu tebakannya.

Tak lama, aku lalu menceritakan kejadian memalukan tadi yang hampir membuat jantungku copot tak karuan. Bunda itu bukannya langsung menghiburku, eh koq malah terkikik geli mendengarnya.

"Ya ampun, kirain apa Kak? Ya sudah, itu kan namanya gak sengaja. Bukan kemauan kamu kan ngeliat dia setengah telanjang gitu?"

"Ya tapi kan tetep aja aku risi Bun.. kesannya aku kek gimana gitu sekamar sama cowok semi telanjang gitu.."

"Ya udah, perbanyak istighfar aja. Lain kali kamu harus hati-hati juga jangan asal masuk dan percaya sama orang. Si Mpo Turi lagi, bukannya nemenin dulu malah maen turun aje ye.. cckk.. nanti Bunda tegur kalau ketemu.."

"Tapi aku gak dosa kan Bun? Kan bukan kemauan Iza itu lihat gituan Bun.."

"InsyaAllah enggak Kak. Anggap aja kamu ketemu si Zadith yang baru keluar dari toilet atau abis berenang. Udah jangan dipikirin ya. Tapi lain kali harus lebih hati-hati kalau dirumah orang lain.."

Aku menatap Bunda dan mendapati senyumannya yang menenangkan.

Huffftt.. lega deh jadinya kalau begini. Bergegas aku memeluk Bunda dan mengelus-elus rambut panjang Bunda.

"Daebak deh Bunda. Maacih Bunda Qory..."

"Oh iya Kak, tadi Bunda dapet telfon dari Wak Nuri kalau Frida anaknya yang di Bali mau pindah ke Jakarta. Sementara mungkin mau tinggal di rumah Engkong katanya. Kamu gimana?"

Aku mengernyit bingung

"Sama Suaminya? Kak Frida bukannya dah nikah kan Bun?"

"Baru aja pisah katanya Kak. Makanya dia pindah dari Bali. Mau nenangin diri bilangnya sih sama Ibunya"

DUREN Kampung SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang