Bab 19

8.1K 927 63
                                    

Suasana rumah luar biasa ramai malam ini. Zia sedang asik berkejaran dengan Acha yang tampak cerah ceria dengan baju warna merah terangnya. Dia sesekali berteriak nyaring bikin heboh.

Zia sendiri senang banget bisa menggoda Acha sampai menjerit kencang. Berkali kali dia mencubit pipi Acha gemas dan diakhiri dengan teriakan kesal bocah cilik itu.

Jadilah mereka kejar kejaran mengelilingi aku, Bunda dan mpo Turi yang duduk di sofa ruang keluarga. Zaky adikku yang persis kayak Zadith, asik main games diponselnya di sofa paling pojok.

"Ziaa.. jangan bikin adeknya capek dong nak.." seru Bunda melihat Acha berlari terus menerus tiada henti.

"Achany Bun.. ngajak main ajaa.." jawab Zia sambil tertawa.

Tak berapa lama Acha berbelok dan menubrukku dengan muka yang basah keringetan.

"Udah jangan lari-lari Cha.. sampe basah gini coba.."

Aku menarik beberapa helai tissue yang diambil mpo Turi dan langsung mengelap muka dan lehernya yang kuyup.

"Ka Ji tu Ka Ja.. acha apee di ubit ubit aja..."

"Iya nanti kak Ji nya kaka cubit balik yaa..."

"Ubit kalaang.."

Aku bergegas meraih tangan Zia lalu menariknya ke dekatku.

"Nih liatin, cubitnya kaka kek gini. Acha cepetan cubitin juga.."

Aku langsung menciumi pipi Zia disebelah kiri dan otomatis Acha langsung menciumi Zia di sebelah kanannya.

Kontan Zia berusaha melepaskan diri dan mengeligitiki pinggang Acha tiada henti.

"Angan itik Acha.. geyii tauu.. hahahah.. geyii..."

Aku sendiri langsung menggelitiki Zia agar dia berhenti menggelitiki Acha.

"Achaa.. sini sama Omaa Qori.. sini naak.."

Bunda langsung mengambil alih Acha yang ada didalam pangkuanku dan langsung mendekapnya serta menguyelnya dengan gemas.

Acha terkikik kecil mendapati uyelan Bunda yang sejatinya memang senang anak kecil.

"Acha tinggal disini mau?"

Bocah itu mengangguk-angguk kecil mengiyakan

"Acha panggil Oma Qori ya. Coba bilang Oma Qori.."

"Oma koli?"

"Yess.. Oma Qori.."

"Oma Kolii... "

Bunda langsung saja menciumi pipi Acha dengan gemas.

"Panggil Kakak jangan Kak Ja ya.. panggil Unda. Coba bilang.."

Ehh, bunda bilang apa sih?

"Unda Jaa??"

"Yes.. pinteerrr.."

"Unda Jaa.."

Kontan aku mencubit tangan Bunda protes

"Bunda ish, ngarang bener deh. Anak orang itu Bun.."

"Biarin!"

Duh Bunda, kompor meleduk banget. Kedengeran Bapak asem itu, bisa-bisa aku di pelototi deh! Issh ngeri.

"Inget Ayah Bun, nti marah lagi. Cari perkara aja deh.."

"Gampang.. urusan Bunda itu sih.."

Elah Bunda!

"Udah malem, mau dianter pulang sekarang Mpo?" Cetusku seusai melirik jam di tanganku.

"Hayuu.. pulang yuk non. Dah malem, nanti Nenek nyariin.."

DUREN Kampung SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang