Bagian 3.

3.3K 197 2
                                    

Aku punya duniaku, dia punya dunianya.
Kami hanya berteman mengobrol sebelum tidur.

' Lonceng angin kaca '

Aku duduk dan melihat gemerincing yang terdengar dari balkon sebelah. Saat melihat seperti apa wajahnya, dia tanpa sengaja tersenyum. Ini kaca tipis dan bening. Dilukis dengan berbagai pola Gelas berbentuk cangkang dengan celah di bagian bawah. Ada tongkat kaca yang diikatkan pada tali panjang yang tergantung di selembar kertas. Saat angin bertiup, ia mengeluarkan suara jernih yang terasa lebih menyegarkan daripada mengganggu.

Ruang tamu di samping kamar juga mengetahui hal-hal seperti ini.

Aku menutup pintu kaca. Periksa diri Ku di cermin dan ambil tas, buka pintu, dan keluarlah dari kamar. Hari ini sama saja Tas pocky rasa stroberi dengan catatan merah muda bertuliskan

' Hari ini aku bangun lebih awal. Sampai jumpa jam dua di balkon '

Apakah dia bangun pagi? Aku tidur lebih lama darinya tadi malam.

Kata-katanya yang sederhana Membuat kami terlihat dekat meski hanya mengobrol beberapa hari. Mungkin karena dia adalah makhluk sosial yang mudah diajak bicara. Berbeda dengan ku yang memotong dialog dengan baik.

Pilih diantara dipenjara sendirian dengan seseorang di rumah yang ditinggalkan. Akulebih suka terjebak dengan kura-kura.

Aku melihat ke bawah ke tangan. Catatan yang kusut. Tiba-tiba berbalik dan membuka lipatannya Catatan yang aku buang ditempat sempah, membukanya dan memasukkan kedalam tas, mengingat catatannya kemarin.

'Aku tidak akan membalas Catatan ini. Tapi bukankah kamu menutup pintu untukmu? '

Ada selusin teman manusia seperti dia. Apa yang akan menyakiti anak-anak di kamar yang mengeluh kesal?

Akunaik lift ke lantai bawah dan langsung naik taksi ke universitas. Duduk dan memandangi pemandangan di pinggir jalan setiap hari. Hari ini langit mendung sejak pagi. Tapi tidak ada tanda-tanda hujan akan turun

Kelas dimulai pukul delapan. Tidak melakukan banyak hal tapi terbenam setengah hari di lab. Aku pikir aku beruntung memilih untuk belajar di jurusan ini. Karena ada kurang dari dua puluh orang di jurusan. Ada delapan orang di bidang kimia. Lab besar itu memungkinkan kami keluar masuk sepanjang hari. Jadi aku suka bangun pagi untuk menghabiskan sisa pekerjaan ku di sini.

Selama setengah hari, aku fokus pada kimia. Selama setengah siang, aku mengalihkan perhatian ku ke kalkulus. Ibu aku sering mengutuk ku tentang mengapa aku terlahir pintar, tetapi tidak tertarik bersosialisasi dengan orang lain. Mengapa aku suka menjadi kambing hitam? Tetapi ketika aku diterima di universitas terbaik di negeri ini. Ibu juga berhenti mengumpat sendiri.

Setelah itu aku mulai belajar sendiri. Tidak peduli siapa yang mengatakan aku adalah kambing hitam, terasing dari masyarakat. Selama aku tidak membuat siapa pun dalam kesulitan. Aku tidak akan peduli

Sepulang sekolah, aku mampir ke perpustakaan. Sewa beberapa buku lagi dan kembali ke kamar seperti biasa.
Hidupku terus seperti ini setiap hari. Meski yang lain bilang membosankan, tapi percayalah, hanya setengah hari belajar buatku aku capek dan capek, tubuhku layu seperti zombie. Aku tidak ingin membuat diri ku lebih lelah. Aku ingin kembali ke kamar, berbaring untuk berbaring, membaca buku, bermain di telepon, berbicara dengan mu

Termasuk hobi baru yang sudah berkembang
Bicara dengan makhluk hidup di sebelah ruangan.

Aku duduk dan membaca buku ringkasan yang akan ada ujian sampai pukul dua. Setelah itu, pergi keluar untuk menikmati angin yang segar dengan Young Man di dekat balkon. Jam 2 lebih sepuluh menit. Suara keras terdengar di pintu. Bersamaan dengan suara membuka kunci kamar sebelah. Aku mendengar teman-temannya berteriak. Nyalakan televisi dengan keras

[END] Godzilla Next Door #พี่เขาบุกโลกของผม [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang