🍁Chapter 01- Sebuah Tikungan

27 4 0
                                    

"Aku menyukainya. Dan aku akan mengatakannya hari ini juga". Ucap Bomin dengan Napas menderu, lantas menepis brutal cengkraman Joochan pada kerah kemejanya.

Bomin menepuk-nepuk kemeja dan kerahnya memperbaiki kekusutan yang diperbuat Joochan. Wajahnya merah padam tidak kalah bengis dari pada wajah Joochan sekarang. Tapi ia tidak peduli sama sekali. Namja itu mengambil tasnya yang sempat ia jatuhkan tadi, bergegas menyandangnya dan segera meninggalkan Joochan yang masih bersungut amarah.

Semilir angin bahkan tidak sedikitpun memudarkan sumbu api amarah mereka. Halaman belakang sekolah terlihat sepi, siswa-siswa sudah belasan menit yang lalu meninggalkan lokasi sekolah. Tidak dengan kedua pemuda ini. Mereka punya urusan sendiri yang harus mereka selesaikan!

"AAARRRGHHHH!!!". Hong Joochan berteriak frustasi melapaskan tinjunya keudara. Ia benar-benar frustasi sembari menjambaki rambut caramel-nya.

"Kenapa harus kau! CHOI BOMIN KENAPA HARUS KAU!!!!!". Seru Joochan berteriak lantang mengeluarkan seluruh rasa kesal dan kecewa dihatinya. Ada rasa yang teramat sesak disana. Rasa dikhianati yang teramat perih dan menyakitkan.  Tungkai itu tidak kuat lagi menumpu empunya raga, hingga tersungkur berlutut putus asa. Mengerang membiarkan air mata membasahi pipi merah padamnya.

"Kenapa harus kau Bomin kenapa??". Kali ini suaranya lirih bergetar menahan sesak yang teramat. Sesekali ia menyeka air matanya yang tak tertahan. Meski sia-sia tapi rasanya benar-benar sesak dan menikam.

Choi Bomin, sosok yang hampir satu tahun ini menjadi saudara tirinya. Sosok yang ia coba untuk dekati bak keluarganya sendiri. sosok yang ia coba sayangi bak adik kandungnya sendiri. Sosok yang ia percaya bak temannya sendiri. Ternyata diam-diam menghunuskan pedangnya tepat dibelakang Hong Joochan.

Rasanya perih benar-benar perih dan pedih, Bomin benar-benar sudah menghianatinya.

Joochan menyeka air matanya, menghela nafas panjang lantas memaksakan tungkainya untuk kembali berdiri. Bagaimanapun tidak ada yang boleh melihatnya dalam kondisi seperti ini. Apalagi Chaewon. Namja itu menepuk-nepuk kemejanya yang berantakan, menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Meraih tas sandangnya lantas bergegas pergi dari sana.

Hong Joochan tidak akan tinggal diam lagi. Kali ini ia tidak akan mengalah lagi. Bomin boleh saja merebut semua hal yang ia miliki, tapi tidak dengan gadis itu. Gadis itu miliknya! Ia akan mendapatkan Chaewon kembali, bagaimana pun caranya.

Tungkainya berlari secepat yang ia bisa. Tangannya tidak berhenti mencoba menguhubungi Kim Chaewon melalui ponsel pintarnya. Namun tak ada jawaban dari ujung sana.

"Ya Kim Chaewon kau dimana?"

Lantas terus berlari mengikuti kemana arah kakinya melangkah. Sesekali ia menyenggol pejalan kaki lain, tapi dirinya terlalu sibuk untuk memikirkan orang lain saat itu. Difikirannya hanya ada dimana kedua orang itu? Apakah ia sudah terlambat?

Beberapa saat kemudian, langkah Hong Joochan terhenti. Ya itu mereka Chaewon dan Bomin. Beruntung ia dapat menemukan mereka tak jauh dari kediaman Chaewon. Dengan nafas yang tersenggal-senggal ia mencoba mendekati dua orang remaja yang ia kenali itu. Menyeret memaksakan kedua kakinya yang lelah setelah berlari kiloan meter. Bersiap menarik Chaewon kedalam dekapannya ia tidak akan melepaskan Chaewon begitu saja pada Bomin. Hari ini juga, didepan Bomin, Hong joochan akan menyatakan perasaan yang sudah lama ia pendam pada Chaewon.

Tapi ternyata Hong Joochan tidak secepat itu, ia benar-benar kalah. Bomin berhasil merebut hal berharga miliknya. Kini langkah Hong Joochan terhenti, kedua bola matanya menangkap jelas potrait sepasang remaja yang sedang berpelukan.

Hong Joochan tersenyum miris meratapi semua hal konyol yang terjadi pada dirinya. Terkekeh kecil mentertawai semua kebodohanya. Rasanya pipinya memanas entah karna ia telah berlari kiloan meter atau memang ada sesuatu yang telah menamparnya.

Terlambat.

...

If I could run faster, I'll never be late and regret it..

A Complicated Of LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang