Beautiful Goodbye [Empat]

144 13 1
                                    

Dua bulan setelah acara ospek disertai keadaan yang sudah membaik di mana penularan cororong sudah menurun, aku sudah bisa pergi kuliah seperti mahasiswa umumnya dengan syarat tetap memakai masker dan mencuci tangan sebelum masuk kelas.

Inilah hari pertamaku memasuki babak perkuliahan. Aku pun sudah tinggal di sebuah kos yang tak jauh dari kampus. Rasanya begitu sepi mengingat di rumahku sangat ramai oleh ocehan kakakku maupun adikku. Tetapi tak apa, mungkin aku hanya belum terbiasa.

Aku menginjakkan kakiku di tempat perkuliahan ini dengan hati yang senang. Akhirnya setelah sekian lama kuliah online, aku bisa kuliah dengan bertatap muka langsung bersama dosen maupun teman-temanku. Rasanya begitu membahagiakan!

"Do your best Noora!" batinku dalam hati.

Aku melihat ke arah ponselku untuk mencari ruangan kuliahku pagi ini. Maklum, aku buta arah jadinya harus dipandu oleh maps.

Mataku terus fokus ke arah ponsel hingga sebuah benda keras menabrakku hingga aku terjatuh. Sial!

Aku bangkit, merapikan bajuku yang kotor dan juga tanganku yang terdapat butiran pasir yang menempel. "Aduh, maaf Kak. Saya tidak lihat jalan," ucapku dengan rasa bersalah.

Kakak tingkat itu mengangguk. "Nggak papa dek. Lagi cari ruangan buat kuliah?" tanyanya membuatku mengangguk dengan antusias.

"Kak boleh tanya?"

Kakak itu tertawa di balik maskernya. "Ya bolehlah. Tanya apa?"

Aku menunjukkan ponselku ke arahnya. "Ruangan ini di mana ya?"

"Oh, kamu lurus aja abis itu ada gedung FEB belok kiri. Di sana ada gedung FISIP. Nah kamu bisa masuk naik lift lantai tiga," terang kakak itu dengan telaten membuatku mengangguk dengan paham dan berusaha mengingat instrupsi yang kakak tadi berikan.

"Okai Kak. Makasih ya. Saya pamit dulu mau ke kelas," pamitku dengan cepat. Namun, sebuah pertanyaan membuatku terdiam sesaat. "Nama kamu siapa?" tanya kakak itu.

Aku menoleh. "Saya Noora Amelie Kak. Sekali lagi terima kasih kak!" ujarku setengah berlari sedangkan kakak tadi nampak melihatku dengan senyum tipis yang mengembang.

Selain buta arah, aku juga tipe pelupa. Ingat kan kakak tadi bilang apa? Aku disuruh belok kiri. Eh aku malah belok kanan. Alhasil nyasar deh. Untung saja nyasarku tak terlalu lama sehingga aku tak terlambat kelas. Alhamdulillah.

Di kelas aku bertemu dengan teman-teman yang dulunya adalah teman onlineku. Rasanya begitu mengejutkan melihat mereka secara langsung. Ada perasaan puas tersendiri dari sana.

Aku juga bertemu dengan Alice, teman online yang sangat akrab denganku. Melihat Alice secara langsung membuatku tersenyum. Tidak online ataupun offline, sosok Alice memang periang dan manja.

"Ra, laper. Ke kantin kuy!"

"Kuy!"

Jujur aku memang lapar sekarang. Tadi belum sempat sarapan saking excitednya datang ke kampus. Alhasil walaupun masih jam 10 pagi sehabis kuliah pelajaran pertama, perutku sudah keroncongan. Pasti cacing-cacing sudah berdemo ria.

Kantin univ nampak lebih besar dari kantinku SMA. Di sini, banyak sekali orang-orang yang berlalu-lalang. Pandanganku sedikit berbeda saat biasanya aku hanya melihat semua murid berseragam kini berganti dengan pakaian yang warna-warni. Apalagi banyak dari cowok-cowok di sana yang bisa bebas merokok di mana saja, tak seperti di SMA.

Aku memesan gado-gado dan Alice memesan nasi pecel. Kami makan di bangku pojok, bangku yang tersisa. Saat aku mulai memasukkan satu suapan di mulutku, seseorang datang. Ia menyapaku sedangkan aku menatapanya bingung.

"Noora?"

Aku mengangguk dengan jeda sebentar untuk berpikir. Ah, ternyata ini kakak tadi yang aku tabrak tadi pagi. Kenapa ke sini ya?

"Eh kakak yang tadi pagi ya?"

Kakak itu mengangguk. "Ini tadi jatuh." dia memberiku gantungan berbentuk lambang EXO. Aku segera mengecek tasku dan benar saja, gantungannya hilang!

"Wah, makasih kak! Saya nggak sadar kalau gantungannya lepas," ujarku dengan tersenyum.

"Jangan panggil Kak. Panggil aja







Agam." ia melepas maskernya di hadapanku dan Alice, membuat kami langsung menganga di tempat. Inikah yang jadi primadona saat ospek dulu? Dan benar, Kak Agam benar-benar tampan.  Sangat tampan hingga mengedip pun rasanya susah.

Aku jadi ingat dulu wajah inilah yang menghiasi layar laptopku hingga membuatku deg-degan. Tetapi sekarang, ia ada di hadapanku! Ya! Akhirnya aku bertemu langsung dengannya! Ini benar-benar luar biasa! Semesta benar-benar tak terduga sama sekali.

"Oh ya, kamu kenapa makan gado-gado? Kenapa nggak makan seblak?"

Shit! Aku jadi malu mengingat kejadian itu. Bisakah aku menghilang sekarang?

Hwaaaa cerpenku dahh berlayarrrr

Gimanaaa? Bagus ngga? Atau kurang feel?

Ini CerpenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang