[🍓] Treats or Hugs? | Baeric

849 117 14
                                    

malam akhir bulan oktober, malam ini adalah malam dimana semua anak anak berkumpul, mengelilingi rumah dan mengetuk pintu mereka untuk mendapatkan sengenggam permen dan coklat

malam ini juga sudah pasti seluruh kota dipasangi lampu lampu berwarna-warni dan berbagai hiasan hiasan

seorang lelaki berambut coklat caramel lantas mengembangkan senyumnya sumringah ketika ia melihat kalender diatas nakas yang berada di sebelah sofa tempat yang ia duduki

pria manis yang bernama jacob itu sangat menyukai anak anak, menurutnya mereka sangat lucu dan menggemaskan. bahkan setiap dua hari sekali hampir seluruh anak kecil yang tinggal disekitar rumahnya sering mengunjungi untuk sekedar bermain dan bercerita

sebenarnya ia ingin sekali memasak kue dan membuat berbagai permen untuk dibagikan nanti ketika malam tiba. namun mau bagaimana lagi, kakaknya, jeff, sudah berkali menelfon dan menyepam chatnya. membujuknya supaya mau menemani sang istri belanja bulanan di supermarket

🎃🎃🎃

jacob sekali lagi melihat dirinya dipantulan cermin. ia mengoleskan sedikit lipbalm rasa cherry favoritnya dan menata ulang rambutnya dengan sisir

setelah dirasa cukup sempurna, ia mengambil tasnya yang dilampirkan diatas kursi, lalu membawa keranjang berisikan jelly kue dan permen yang ia beli di supermarket bersama jeff dan ally tadi

sesuai perkiraannya taman kota hari ini sangat ramai. mulai dari yang berjualan makanan ringan dan minuman, berkunjung bersama keluarga dan sebagainya

sepertinya jacob tidak ingin kelelahan malam ini, ia tidak ingin berkeliling taman yang luasnya hampir melebihi dua kali lipat lapangan sepak bola cuma hanya menawarkan sejumput gula gula

jadi ia hanya duduk dibangku yang sudah disediakan disana, dan menawarkan berbagai macam jelly dan permen yang ia punya kepada orang yang berlalu lalang. jika tidak ada yang mau ya sudah, bisa ia nikmati sendiri dirumah nanti

jacob mendaratkan bokongnya perlahan, sambil menikmati sejuknya semilir udara malam dan suara suara bising dari orang orang disekitarnya

ketika ia sibuk memperhatikan anak anak yang sedang bermain, jacob menyadari kalau ada orang yang duduk dibangku yang sama dengannya. ia merasakan jika bangku yang ditempatinya terasa sedikit berat, dan ia juga menyium wangi parfum lain selain wangi parfum milik dirinya. segar, seperti wangi nanas dan buah buahan

lelaki berambut caramel itu menolehkan kepalanya, dan manik coklatnya langsung bertemu dengan milik sang pemuda disebelahnya. aneh, rasanya deja vu, seakan akan ia pernah menemui pria berambut blonde disebelahnya ini

"trick or treat? kamu mau permen?" entah kenapa kata kata itu keluar dari mulutnya. si lelaki blonde tertawa kecil, sangat tampan. pipi jacob sedikit terasa memanas, ia pun menaikkan kerah turtle necknya sampai dibawah bibir

"aku ga suka permen, manis banget bikin gigiku sakit. apalagi kue sama jelly" jawabnya, seperti ia tahu jika jacob akan menawarkannya manisan lain selain permen yang ditaruh di keranjang kecil yang dibawanya

"o-oh, oke—"

"kalau pelukan aja, boleh nggak?" tubuh jacob melonjak kecil. hey! bahkan ia belum tahu nama pria aneh disebelahnya ini "aku youngjae, kamu bisa panggil eric aja kalo mau, soalnya temen temenku panggil aku dengan nama itu"

jacob mengangguk pelan "kamu bukan asli sini? kamu dari cina?" pertanyaan random dari si lelaki manis membuat eric terbahak "bukan, aku dari korea. mana ada orang cina yang namanya 'youngjae' "

jacob meringis "ya maaf... aku gatau"

hening sejenak. jacob pada dasarnya memang sulit untuk berbaur dengan orang baru, tapi jika sudah dekat ia merupakan seorang teman yang humble dan sedikit emmm pecicilan?

"kalo boleh tanya... kenapa kamu minta dipeluk? m-maksudnya ada apa? kalo mau cerita gapapa cerita aja aku siap dengerin"

"gimana aku bisa percaya sama kamu sedangkan kita baru aja kenalan?"

jacob menekuk wajahnya "temenku cuma dikit, lagipula mereka ga kenal sama kamu juga kok, aku aja gakenal!" dengusnya, sedangkan si lelaki blonde hanya tersenyum kecil

eric akui jika orang disampingnya ini benar benar manis jika sedang kesal, maniknya jernih dan pipinya sedikit menggembung. juga surai kecoklatannya yang sedikit di braid menyamping "ngomong ngomong aku belum tau nama kamu"

"oh iya! aku jacob" air wajahnya kembali ceria seperti saat mereka baru berkenalan. eric menghela nafas lega, setidaknya jacob tidak kesal dengannya lagi "cepet! kamu bisa cerita, setengah jam lagi aku mau pulang"

eric mengangguk "aku baru kabur dari rumah—"

"kenapa!?"

"diem duluuu, kamu jangan motong" jacob mengangguk pelan sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. lucu, pikir eric

"orang tuaku baru saja berpisah karena ayah membawa wanita lain pulang kerumah, aku yang mempergoki mereka. ayah mengancamku untuk tidak memberitahu ibu. tapi aku tidak tega melihat ibu diperlakukan bukan seperti istri pada umumnya oleh ayah" jacob yang menyimak cerita dari lelaki disampingnya ini sekali sekali mengangguk ngerti

"selanjutnya? apa yang terjadi? sepertinya kamu bukan dari sini, soalnya aku ga pernah liat kamu"

"heem, aku bukan dari sini" jawab eric

"terus, kami dari mana? bolehkah aku tau tempat tinggalmu? siapa tau aku bisa main" tanya si surai caramel antusias

melihat sang lawan bicara hanya diam dan sepertinya panik ingin menjawab apa jacob jadi gelagapan sendiri "oke oke, gausah dijawab ga apa apa, aku paham"

lagi lagi eric menganggukkan kepalanya "ibu melarikan diri-ah, bukan, lebih tepatnya ibu diusir sama ayah. aku nyesel karena udah kasih tau—"

mendengar isakan kecil dari orang disebelahnya jacob langsung memutar badannya menghadap si surai blonde dan ia memeluk lelaki itu tanpa sadar "gapapa, seenggaknya ibu kamu udah bebas dari ayahmu, tau ga? ayahmu brengsek banget. yang sabar ya?" ucapnya menenangkan sambil menepuk nepuk bahu eric pelan

"terus kamu lagi cari ibumu?" eric mengangguk pelan "semangat ya, aku tau kamu kuat"

jacob melirik jam tangan yang melekat manis di pergelangan tangannya, jam itu diberi oleh sang kakak ipar saat ia berulang tahun kemarin "sudah jam setengah sebelas, aku harus pulang" ucap jacob sambil melihat pria didepannya. ia tak tega meninggalkan lelaki bersurai blonde ini sendirian "ah, begitu ya? kalau gitu aku mau jalan lagi juga" ucap eric mengambil ranselnya

"kamu mau ninggalin kota ini? semalem ini!? yang bener aja... mau nginep di rumahku dulu? nanti aku seduhin teh panas"

eric menggeleng "gapapa kok. kamu pulang aja sana, pasti kecapekan"

jacob mengerucutkan bibirnya "ngusir?"

"enggak" jawab eric tertawa pelan lalu mengusak helaian rambut halus milik pemuda bae. mungkin mereka baru saja bertemu dan berkenalan, tapi rasanya sulit berpisah dengan lelaki didepannya ini "boleh peluk sekali lagi?"

jacob mengangguk lalu menghamburkan pelukannya pada lelaki yang baru dikenalnya ini "baik baik ya, ric" jacob menyodorkan eric keranjang berisi gula gula miliknya "ambil aja, aku masih banyak dirumah"

"halloween tahun depan kunjungi aku disini lagi ya?"

eric mengangguk "makasih" satu kata terakhir untuk jacob, setelahnya pemuda itu beranjak pergi dari bangku taman dan menjauh

jacob mengukir senyuman dibibirnya meskipun tipis hampir tak terlihat. ini aneh memang, tapi bolehkah ia berharap jika suatu hari si lelaki blonde yang bernama eric itu menghampiri hidupnya lagi?

[1] Spooky Times ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang