Happy Reading🌝
• • • •
Setelah kejadian memalukan tadi, Luna dan Disya memutuskan untuk pergi ke kantin. Disya masih memegang mangkuk tadi yang kini telah kosong dan kering, sedangkan Luna hanya berjalan dengan tatapan kosong sambil membawa seragam Arka yang kotor. Gadis itu sesekali juga mengusap matanya."Lun, kita ke kelas aja yuk? Lo gapapa?" Tanya Disya yang semakin khawatir pada sahabatnya.
Luna menarik nafas dalam-dalam. "T-tapi gue l-laper Dis." Suara Luna masih sedikit tersendat-sendat dan dadanya juga terasa sakit saat berbicara. Untung saja semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sehingga tak ada yang memperhatikan dirinya.
Mendengar ucapan Luna, Disya hanya bisa tersenyum kecil. Kenapa Dia bisa lupa. Sejak dulu saat Luna sedih, makan justru bisa membuatnya ceria kembali. Tak jauh berbeda seperti Lala.
Setelah sampai di kantin, mereka berjalan menuju meja yang biasa mereka tempati. Dan benar saja, ada Lala dan Anjana di sana yang tengah memperebutkan makanan.
"Udah daftarnya lun?" Tanya Lala saat Luna duduk di hadapan mereka.
"Lun? Lo kenapa?"
"Luna! Lo kenapa anjir?" Anjana berusaha menyingkirkan rambut yang menutupi kedua mata Luna.
"Lun, lo nangis?" Detik itu juga, pertahanan Luna kembali runtuh. Dia paling tidak bisa di tanyai hal seperti itu saat sedang menahan tangis.
"Luna! Lo kenapa? Hei, luna? Cerita sama gue lo kenapa?" Anjana berusaha membuat Luna menceritakan hal yang menjadi penyebabnya menangis, namun gadis itu tetap tak bersuara.
"Dis, Luna kenapa?" Tanya Lala yang ikut khawatir.
Barulah, Disya menceritakan semuanya dari awal hingga perlakuan Jenny yang membentak Luna. Padahal kan gadis itu tak dirugikan sama sekali. Disya juga menunjukkan seragam Galaksi yang kotor kepada Lala dan Anjana.
"Ajg banget ya emang tuh cewe. Sok iye banget. Gabisa di biarin nih, sekali-kali dia juga perlu dikasih tau." Anjana berdiri, dia ingin menghampiri perempuan gila tersebut lalu menjambak rambutnya hingga botak. Berani-beraninya perempuan gila itu membentak sahabatnya.
"Heh, Jana! Lo mau kemana anjir?" Tanya Lala.
"Ya mau gue samperin lah! Tu orang udah kelewatan banget lak." Jawab Anjana yang semakin emosi. Berani-beraninya gadis itu membentak Luna, sahabat yang ia sayang.
"Jan, jangan deh. Lo tau si Jenny itu kaya gimana. Entar masalahnya malah makin ruyam." Disya berusaha memberi tahu Anjana orang seperti apa Jenny itu. Perempuan itu sangat licik dan licin.
"Ga usah Jan, gue gapapa kok. Cuma laper aja." Luna menarik rok Anjana pelan, isyarat bahwa ia ingin Anjana duduk dan mendinginkan kepalanya. Tak lupa juga, sebuah cengiran khas gadis itu ukir di bibirnya. Ia tak ingin membuat masalah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orbit
Novela JuvenilLuna itu pasaran. Dia merupakan defenisi nyata dari rata-rata kebanyakan. Gak punya bakat Gak punya hobi Gak punya minat. Dia gak tahu mau jadi apa nanti. Sampai akhirnya, Dia bertemu dengan Galaksi, Kakak Kelasnya. Luna suka Galaksi. Dia jatuh ci...