4. Distance

13.1K 991 185
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼

“Aaah ... Yibo! Aah! Aaaah!"

"Mom, ugh! Kau sangat nikmat. Ayo, mendesahlah lebih keras."

🍁🍁🍁🍁🍁

Shanghai, 15 tahun yang lalu ....

Seorang anak laki-laki duduk di dalam mobil hitam, mobil paling mewah yang terparkir di sudut jalan itu. Anak itu menatap ke luar jendela. Sepasang manik hitam kelam yang murung seketika berubah cerah, kala mengamati seorang bocah laki-laki seusianya tengah berjalan menyusuri trotoar. Bocah itu menggandeng tangan seorang wanita dewasa, satu tangan lainnya memegang sebuah kantong plastik berisi ikan hias.

Wang Yibo, bocah berusia delapan tahun itu lantas merengek pada sang ayah. Dia menginginkan ikan hias dalam plastik itu.

"Yibo, kau mau itu? Baiklah, akan Ayah belikan nanti,” Tuan Wang menyanggupi.

"Tidak, Ayah! Aku mau yang itu! Aku tidak mau ikan lain! Pokoknya aku mau ikan yang itu!" teriaknya pada sang ayah. Yibo tidak butuh ikan lain. Dia hanya mau ikan hias yang dibawa oleh anak laki-laki di seberang jalan itu.

Tuan Wang terpaksa menuruti, tidak ingin putranya terus merengek dan berteriak. Pria itu keluar dari mobil, menghampiri si wanita di pinggir jalan, memohon maaf dan mencoba bernegosiasi agar si wanita mau menyerahkan ikan yang dipegang oleh putranya.

Sang ayah bahkan menggantinya dengan sejumlah uang yang cukup banyak untuk harga seekor ikan hias pasaran.

Si wanita akhirnya menyerahkan ikan itu pada ayah Yibo. Putra wanita itu menangis kencang begitu ikannya diambil, dan si wanita mencoba menenangkan putranya dengan membujuk, berjanji akan membelikan ikan lain. Dengan uang pemberian Tuan Wang, si wanita dapat membeli lima puluh ekor ikan hias yang lebih bagus.

Tuan Wang kembali ke dalam mobil, menyerahkan ikan hias di dalam plastik dan menyaksikan betapa putra semata wayangnya kini menatap ikan kecil itu dengan penuh kekaguman.

Bukankah itu contoh yang buruk Tuan Wang?

Selalu menuruti keinginan putramu hingga harus merampas benda milik orang lain. Bagaimana jika suatu saat kau tidak bisa menggunakan uangmu untuk menuruti keinginannya?

"Wang Yibo, kenapa kau selalu menginginkan sesuatu yang telah menjadi milik orang lain?"

*****

Shanghai tertutupi oleh awan kelabu yang membuat hari itu tampak muram. Aroma tanah yang tersiram air hujan mewarnai udara, menjadi pengiring bagi pekatnya polusi kota.

 Langit mendung yang siap menjatuhkan bulir air yang terevaporasi seolah ikut merasakan kesedihan seorang pemuda. Duduk meringkuk di atas ranjang dengan air mata berlinang. Penyesalan dan kekecewaan bersatu-padu menghancurkan hatinya. Sedangkan bayangan wajah sang suami membuat rasa bersalah kian dalam.

Apa yang harus dia lakukan pada waktu yang tidak bisa terulang kembali? Pada pengkhianatan tanpa kesengajaan yang menghancurkan hidupnya dalam semalam.

Xiao Zhan dapat mengingat betapa hatinya merasa sangat hancur ketika bangun dari tidur lelap. Perlahan membuka mata, merasakan tangan besar dan dingin membelai pipi. Xiao Zhan terkejut bukan main ketika mendapati Wang Yibo di sampingnya dengan keadaan yang sama-sama telanjang.

Jadi itu bukan mimpi ....

Kepala Xiao Zhan dipenuhi dengan kepanikan. Bergerak gelagapan menjauhkan dirinya dari Yibo tanpa mempedulikan rasa sakit di sekujur tubuh.

"Yi-Yibo?! Apa, apa yang ... apa yang kau lakukan?!"

Air mata Xiao Zhan telah menggenang, siap untuk mengalir kapan saja. Sedangkan Yibo hanya menatapnya dengan wajah datar dan dingin, kemudian menjawab,
"Zhan, maaf. Maafkan aku, aku mabuk semalam dan---"

MY STEP SON (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang