9 : Sebuah Alasan

122 54 52
                                    

Halo semuaa!! Ketemu lagi di part 9 'Kak Jovan'<3

Sudah siap meramaikan di setiap paragraf?

Happy reading and enjoy guyss!!

****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, semua murid juga sudah berhamburan keluar kelas menuju area parkiran sekolah dan tentunya pintu gerbang.

Area sekolah juga sudah lumayan sepi, mungkin hanya tersisa beberapa orang saja. Kini, dua orang perempuan sedang berada di lorong sekolah dekat toilet. Yang satu sibuk mencari sesuatu di loker, yang satunya lagi menunggu sambil memainkan ponselnya.

Mereka berdua adalah Cilla dan Siti. Cilla sedang menunggu Siti yang mencari barangnya yang hilang di loker. Sudah sepuluh menit ia menunggu, tapi Siti tak kunjung selesai.

"Cari apaan sih lo Sit? Lama banget sumpah." pertanyaan itu sudah beberapa kali Cilla lontarkan, tapi Siti hanya menjawab 'Sabar, tunggu.'. Cilla sudah pusing mendengarnya. Ia menyesal mengiyakan ajakan Siti.

"Berisik lo! Udah kek sabar aja gitu, bisa gak sih?" tanya Siti, ia juga sama kesalnya dengan Cilla.

"Kenapa jadi lo yang nge gas? Jelas-jelas lo tuh yang lama."

Siti menghela nafas, menoleh ke arah Cilla. Ia lalu menaruh jari telunjuknya di mulut Cilla. "Diem atau gue musuhin lo sebulan?"

Cilla langsung diam, tak mengoceh lagi. Sebenarnya di hati yang paling dalam, rasa kesalnya sudah memuncak. Tapi karena pilihan yang Siti lontarkan tadi, ia memilih diam. Cilla lalu kembali memainkan ponselnya.

"Siti, Siti. Katanya ya, di lorong ini tuh ada penghuninya tau. Dan dari yang gue denger, lorong ini semakin sore semakin sepi dan gelap. Dan juga ...." Belum juga Cilla menyelesaikan omongannya, Siti sudah lebih dulu mengelak dan menyelang omongannya.

"Lo pikir gue bakal takut? Sorry ya, gue itu gak bakal percaya sama omongan lo itu yang jelas-jelas bohong," ucap Siti menyelang perkataan Cilla.

Raut wajah Cilla berubah masam, kesal dengan Siti. Kenapa sahabatnya tau rencana jahilnya? Mau tidak mau, ia harus menunggu jika seperti ini. Ahh ... hari ini ia sangat kesal.

Beberapa menit setelah kejadian tadi, akhirnya Siti selesai mencari barangnya di loker. Ternyata, ia mencari ikat rambutnya. Emosi Cilla sudah di ubun-ubun, ia sudah sangat kesal. Untuk apa mencari ikat rambut selama itu? Cilla sudah berkomat-kamit dalam hatinya, menyumpahi Siti agar jatuh sekarang. Tapi sepertinya, sumpahnya itu tak dikabulkan. Siti malah baik-baik saja sekarang.

"Kenapa lo mukanya kesel gitu?" tanya Siti, "gak ikhlas lo tadi nungguin gue?" sambungnya.

"Iya gue gak ikhlas! Kesel banget gua sama lo Siti!" jawab Cilla sambil menahan emosinya.

"Awas, entar lo ngomong gitu jadi suka sama gue."

Cilla langsung mendorong kening Siti kencang, kepala Siti terhuyung ke belakang. "IH SITI NAJIS SUMPAH! LO KALO NGOMONG BISA DISARING DULU GAK SIH? AMIT-AMIT GUE SUKA SAMA LO SITI!"

"Gue bercanda ih! Serius banget lo," jawab Siti sambil memegang keningnya yang habis di dorong oleh Cilla.

"Omongan do'a Siti. Najis banget kalo gue sampe suka sama lo." Cilla menggerakkan bahunya. Raut wajahnya menunjukkan rasa 'jijik'. Habis makan apa Siti tiba-tiba berucap seperti itu?

"Gue duluan. Bisa gila lama-lama gue sama lo terus." Cilla pamit kepada Siti. Ia segera berlari menjauh dari Siti. Ucapan Siti tadi masih berputar di benaknya.

KAK JOVAN [SUDAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang