Dahyun Pov
Aku tahu bahwa Jennie Noona memang kecewa sekali pada Sana. Namun bagaimanapun juga, Sana masih menjadi istri sahku.
"Arra, Noona sangat kecewa padanya, tapi bisakah Noona tidak memperlakukannya seperti itu? Noona bahkan tau kalau aku masih mencintai-.."
"Hentikan Dahyun! Apa kau tidak bisa lihat bagaimana gadis itu memperlakukanmu? Dia mengkhianatimu! Sadarlah"
Aku memejamkan mataku untuk sejenak, lalu kembali menghela nafasku untuk berusaha agar tidak membentak Jennie Noona.
Aku paham bagaimana kecewanya Noona pada Sana, aku tahu hal itu. Aku pun sama, aku merasa dikecewakan berkali-kali oleh Sana namun mau bagaimana lagi? Melihat Sana menderita sejauh ini saja membuat batinku berteriak tak rela.
"Noona, disini akulah yang paling merasakan sakit, aku yang paling merasa dikecewakan dan tidak dihargai oleh istriku sendiri. Aku tahu bahwa aku bodoh karena terus menerus bertahan dengan Sana, tapi apakah kau tahu bahwa perasaanku untuknya jauh lebih besar dari rasa sakitku? Rasa takut kehilangannya jauh lebih besar dari rasa kecewaku. Melihatnya menangis dan hancur membuatku tidak bisa tidur semalaman, melihatnya menyesal membuatku ingin memeluknya dan kembali lagi padanya. Aku bodoh, tapi aku merasa baik-baik saja selama aku bersamanya"
Jennie Noona tidak menjawab, Limario Hyung pun hanya berusaha menenangkan Jennie agar tidak perlu berdebat denganku lagi.
"Aku sudah berusaha untuk melupakannya, aku sudah berusaha merelakannya. Namun semakin aku berusaha, semakin aku tidak bisa berbuat apa-apa selain kembali padanya. Noona kira ini mudah untukku? Noona kira hanya aku yang menderita? Kami semua menderita, dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi semuanya"
Jennie Noona memilih pergi dari ruangan ini. Limario Hyung juga menyusulnya. Biarlah, akan lebih baik jika mereka meninggalkanku dulu.
Aku tahu bahwa aku terlalu bodoh untuk bertahan dengan Sana, aku tahu bahwa aku adalah pria lemah yang sama sekali tidak bisa meninggalkan Sana meskipun perasaanku berkali-kali dibunuh oleh istriku sendiri.
Aku hanya ingin mengatakan pada kalian, aku tidak peduli. Aku tidak peduli jika kalian memandangku sebagai lelaki bodoh atau lemah.
Bagiku, pergi meninggalkan Sana adalah sesuatu yang paling sulit yang aku lakukan. Aku sudah mencobanya, namun aku tidak pernah berhasil.
Apakah aku lelah? Jujur, aku lelah saat Sana terus menerus mengkhianatiku. Tapi aku juga tidak ingin menyerah. Aku ingin terus berada di sisinya sampai aku benar-benar muak dengan semua tingkah lakunya.
Tapi hari ini aku menyadari satu hal, aku sadar bahwa aku tidak bisa pergi kemanapun tanpa Sana. Aku tidak bisa meninggalkannya karena perasaanku hanya untuk dirinya.
Aku ingin bersamanya meski aku tahu bahwa perasaanku akan terus terluka karena sikapnya. Tak apa, mencintai Sana memang harus menerima hal-hal pait juga. Aku bersedia selama itu untuk dirinya.
Ceklek!
Pintu ruanganku terbuka. Hah, aku bernafas lega saat melihat sahahabatku dari ambang pintu.
Ia tersenyum, kemudian menghampiriku.
"Lihatlah, kau keliatan baik-baik saja setelah menerima 3 tusukan. Luarbiasa Kim"
Aku tertawa saat mendengar perkataannya.
"Kau tahu kan bahwa aku memiliki banyak nyawa hahaha"
Ia menarik salah satu bangku, dan terduduk di samping kananku. Aku hanya menatapnya dalam-dalam, dari raut wajahnya saja aku sudah bisa menebak bahwa dia memiliki segudang masalah yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Marriage
FanfictionPernikahan? Itu terdengar seperti lelucon. Pernikahan hanya sebuah hubungan dengan banyak drama yang memuakan. Bisakah seseorang bahagia setelah menikah? Benarkah pernikahan adalah jalan menuju surga? Rate: 18+ sampai 21+