† Rumor Pt. 1

161 38 24
                                    

Don't forget to Vote this story.

Don't forget to Vote this story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Tiga belas tahun lalu..

Saat itu sempat digemparkan secara besar-besaran, kebakaran yang melalap habis tiga belas rumah dalam satu gang. Tidak ada yang tahu pasti dari mana api berasal, namun dari berbagai isu yang disebarkan, api itu mulai menampakkan diri dari suatu rumah kecil dengan papan nama bertuliskan 'Miracle' di hadapannya. Oh, semua orang tahu rumah apa itu. Terutama para penghuni rumah yang satu gang dengan tempat tersebut.

Tidak ada yang tidak tahu.

Miracle adalah nama rumah penampungan para anak yatim piatu yang bernasib malang. Bukan hanya sekedar karena orang tua mereka meninggal atau mereka tidak sanggup membayar biaya kehidupan anaknya, tapi lebih dari itu.

Ada yang membuang anak-anak mereka secara terang-terangan, entah karena merasa jijik akan anak haram atau mereka memang orang tua bodoh yang malas mengurus anaknya sendiri. Tapi tidak perlu khawatir, Miracle sendiri adalah penampungan anak tidak terawat, dan terpencil di kota ini. Karena itu, sebagian besar orang tua kaya yang masih ingin menjaga nama baik mereka akan berlari ke sini. Tentunya agar tidak ada seorang pun yang tahu perbuatan busuk mereka.

Walau begitu, jangan menilai buku dari cover-nya saja.

Ya. Mungkin dari segi tempat atau penampilan, Miracle adalah tempat penampungan anak yang menyedihkan. Namun tak kurang dan tak lebih itu dikarenakan pemiliknya yang merupakan seorang kakek tua bernama Sungki tidak memiliki biaya yang cukup untuk memperbaiki tempatnya.

Sungki adalah pria tua yang hidup sebatang kara sejak muda. Dulu ia sempat dikenal sebagai pengusaha paling cerdik di kota ini, setidaknya sampai dia bangkrut karena ditipu oleh teman baiknya sendiri. Dalam keadaan putus asa, akhirnya Sungki tinggal di rumah kecil yang merupakan satu-satunya yang tersisa setelah kebangkrutannya.

Demi menghibur dirinya sendiri, dia membuka jasa dengan menjadikan rumah kecilnya sebagai penampungan anak yang mau menerima berapapun sumbangan yang diberikan padanya.

Sejak dulu, Sungki memang sangat menyukai anak-anak walau sayang sekali dia belum menemukan pasangan hidup untuk memiliki anak kandung sendiri. Tapi setelah semua yang terjadi, Sungki akhirnya mengurungkan niat untuk mencari pasangan hidup dan menikmati sisa hidupnya untuk merawat anak-anak malang yang dibuang para orang tuanya.

Seharusnya di tahun ini, Sungki dapat menikmati hidupnya yang ke tujuh puluh tahun. Bersama dengan dua puluh anak asuhnya yang umurnya rata-rata kurang lebih tujuh tahun. Namun api merah yang melahap habis apapun di hadapannya itu telah menghancurkan segalanya.

Semuanya hangus menjadi asap tak bersisa.

Seakan-akan api itu mengejek semua kenangan yang telah disimpan oleh kakek tua tersebut bersama anak-anak yang disayanginya.

Malang sekali.

Bahkan sampai di akhir napasnya, kakek tua yang sebenarnya baik hati itu tidak mendapatkan hadiah atas segala perbuatan baiknya di bumi.

Kalau begini, wajar sebagian orang berpikir bahwa Tuhan sangatlah tidak adil. Yang baik ditindas, yang jahat diagungkan. Terus saja seperti itu.

Kebakaran besar yang memilukan itu terjadi tepat pukul jam satu pagi. Di mana semua orang sedang tidur lelap, tersenyum dalam mimpi membayangkan esok hari yang akan datang. Sayangnya hari yang mereka tunggu itu tidak akan pernah datang. Semua penghuni rumah yang satu gang dengan Sungki harus meninggalkan dunia ini.

Hangus, tubuh mereka menjadi hitam seperti arang. Tidak ada yang dapat mengenali wajah mereka lagi.

Akhirnya dengan sangat amat terpaksa, mayat-mayat penghuni gang tersebut dikubur dalam satu liang kubur yang besar. Kuburan massal untuk mereka semua. Selain karena tidak ada keluarga yang mau mengakui mereka, tidak ada pula biaya untuk menguburkan mereka sebagaimana manusia layak pada umumnya.

Semuanya menjadi sampah ketika mereka mati, semuanya dilupakan ketika mereka tiada, semuanya tidak mengakui ketika mereka menghilang.

Semuanya. Ya, semuanya.

Kecuali empat anak kecil yang berumur lima tahun saat itu.
















So? Yey or ney?

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang