† Case

93 28 14
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"Maaf, aku tidak bisa menahannya. Ini mimpi buruk."

"Kalau ini memang mimpi buruk, kita tidak akan berada di dalam situasi ini selamanya. Bodoh."

"Tapi—"

"Dia benar, kita sudah tidak bisa lari lagi sekarang. Ini kenyataan."

"Lebih tepatnya kita tidak bisa berhenti."

"Aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi! Sudah tiga belas tahun! Aku.. maaf."

"Bukan cuma kau, aku.. dan dia juga."

"Apa ini kutukan dari kakek?"

"Mana ada kutukan di dunia ini? Kalaupun ada, aku ragu jika kita memang dikutuk."

"Kalau bukan dikutuk lalu apa? Kenapa kita jadi seperti ini?"

"Jawabannya mudah."

"..."

"..."

"Kita telah kecanduan.. karena kita menikmatinya."
























































Kali ini, pembunuhan ke sebelas.

Dari hari ke hari, cara pembunuhan yang dilakukan semakin sadis. Tidak pernah ada ciri khas yang sama dari pembunuhan pembunuhan tersebut. Diperkirakan pelaku pembunuhan adalah orang yang berbeda. Yang sama hanyalah tubuh mayat-mayat yang ditemukan tak pernah terlihat utuh. Entah apa alasannya, belum ada yang tahu.

"Sepertinya pelaku ini benar-benar kelainan jiwa."

Salah satu polisi investigasi bergumam di tengah pemungutan tubuh mayat yang berserakan di mana-mana.

Wajar kalau dia kesal, badan utama mayat dipaku pada dinding akan butuh waktu untuk melepaskannya. Kedua kaki dari selangkangan dan kedua tangan dari bahu semuanya terpisah dari badan utama, jatuh berserakan. Belum lagi kepalanya yang entah di mana sekarang. Darah? Jangan ditanya. Cairan kental berwarna merah itu telah menggenang di bawah kaki para polisi, seperti genangan air lengket yang menjijikkan.

"Inspektur John! Kami telah menemukan kepalanya!"

Teriakan salah seorang polisi di depan saluran air membuat beberapa polisi termasuk yang dipanggil menoleh. John Petter, inspektur tampan itu menelan ludahnya kemudian berjalan cepat mendekati posisi yang dimaksud.

Dan benar saja.

Di dalam saluran air yang tersumbat, bagian bawah kepala mayat tersebut—hanya dari setengah tulang hidung sampai leher—telah ditemukan. Petugas forensik segera mengambilnya dari sana. Para polisi lain mengernyit jijik, apalagi mengingat warna tengkoraknya yang terlihat. Belum sempat John kembali bertanya, polisi lain di belakangnya tiba-tiba berkata.

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang