† Dark Side

72 25 8
                                    

Sedikit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedikit lagi..

-oOo-

"Hahh.. hahh.."

'Sedang apa aku di sini?'

"Ugh! Hahh.. hahh.."

'Sungguh.. aku sedang apa?'

"Hi.. hihi.."

'Aku sadar. Aku sepenuhnya sadar, tapi—'

"Mau kemana, tuan?"

'aku tidak bisa berhenti.'

"Jangan pergi. Bukankah kau yang memanggilku tadi?"

Di tengah gelapnya malam, di tambah sunyinya terowongan besar yang jarang dilewati itu membuat suasana semakin mencekam. Yang terlihat dari jauh hanya bayangan hitam seorang pria yang berusaha lari menjauh, entah dari apa.

Tubuhnya menghalangi cahaya, sehingga dari belakang terlihat seperti siluet belaka. Dia berkali-kali menoleh ke belakang, hanya untuk membuatnya semakin berkeringat dan berlari sembari berteriak ketakutan.

"JANGAN! JANGAN KEJAR AKU, BRENGSEK!" Teriaknya di tengah getaran ketakutannya, genangan air mata berkumpul di ujung-ujung matanya.

Sungguh sial nasibnya.

Setelah bangkrut dari pekerjaannya, pria bernama Hejun itu mabuk-mabukan sampai ditendang keluar dari bar. Hejun berjalan melewati jalan yang sepi, namun naas dia harus berakhir seperti ini.

Sebenarnya yang mengejar sendiri tidak berlari, hanya berjalan santai sambil sesekali mengetukkan ujung golok besar di tangannya pada jalan hingga menimbulkan suara horor yang menakutkan. Seolah pembunuh sadis yang dikabarkan muncul akhir-akhir ini memang berniat memojokkan Hejun dengan rasa takut.

Kepala Hejun mulai terasa pusing. Saat merasa dirinya sudah berada di jarak yang cukup jauh dari sang pembunuh, pria itu mengeluarkan semua isi perutnya ke dalam salah satu got di sana.

Suara ujung golok yang diketukkan kembali terdengar, Hejun memundurkan tubuhnya. Bukannya tidak ingin, tapi tidak bisa lari lagi. Kakinya sudah terlanjur mati rasa. Sekarang satu-satunya cara adalah melawan. Dia pasti bisa, dia pasti bisa melawan. Hejun menyeringai kecil di tengah deru napasnya yang tidak teratur.

Toh, lawannya hanyalah seorang gadis biasa.

Hejun bersembunyi di balik tembok, menunggu sampai pembunuh itu berjalan melewati terowongan dan dia akan langsung menyergapnya. Pria itu menajamkan pendengarannya, mengawasi dari suara ketukan yang perlahan tapi pasti terdengar semakin kencang.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Tuk!

SWEET BUT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang