CHAPTER 29 [DANGER]

1.9K 300 15
                                    

Taisei masih ingat dengan jelas hari itu...

"Apa yang sudah kulakukan? " Pikir Taisei sembari berjalan gontai menuruni tangga.

Ia sangat terpukul menatap Akihiro yang keluar sendirian dan tidak tahu harus berkata apa.

"Aku ingin, semua orang yang tahu tentang kejadian ini tutup mulut. Jika berita mengenai Akihisa ini sampai terdengar keluar. Aku akan membunuhnya dan seluruh keluarganya" Ujar Akihiro sembari menarik Hisayuki pergi

"Kau puas?" Tanya Ayah Taisei yang berjalan di belakangnya itu.

"Ayah..

" Ayah tidak tahu... Kau seperti ini...

" Maafkan Aku... Maafkan aku... "

"Apa maafmu bisa membawanya kembali? "

Taisei hanya menunduk dan tak menjawab Sang ayah.

Mulai dari hari itu...Tidak pernah seharipun Taisei berhenti menyesali kebodohannya.

.

.

.

.

Kehidupan terus berlanjut hampir setahun berlalu, banyak orang semakin bertanya tentang keberadaan Akihisa, namun Akihiro terus bersikeras mengatakan ia sedang dikirim untuk belajar ke negeri lain.

"Mengirim seorang putra mahkota keluar adalah tindakan yang gegabah! Dan lagi beliau tidak kembali, padahal ini sudah setahun...jadi rumor itu benar...putra mahkota sudah meninggal" Bisik para menteri.

Taisei yang mengikuti pertemuan paginya pun terlihat pucat. Ia masih membayangkan bagaimana rupa Akihisa saat ini. Matanya memanas dan rasanya ia bisa saja menangis

"Taisei-sama..."

"Ya.."

"Anda harus mengatakan sesuatu. Ini akan membahayakan negeri ini. Mengirim putra Mahkota seenaknya! Bahkan sudah setahun...beliau belum juga muncul "ujar salah seorang Menteri begitu Akihiro keluar dari ruangan pertemuan itu.

"Aku hanya bawahan yang Mulia... Perintah Yang Mulia adalah Mutlak" Ujar Taisei dengan ekspresi datarnya.

"Aku akan mengajak Anda ke rumah Bordil malam ini. Bersemangatlah Taisei-sama" Ujar Salah seorang Menteri

"Masayuki. Ikut ayah" Ujar sang ayah

Taisei pun hanya mengikuti sang ayah sambil terus menunduk.

"Kau pucat" Ujar Sang ayah

"Aku tidak bisa tidur. Jika aku bisa tidur aku akan melakukannya" Ujar Taisei sembari menatap ke arah paviliun putra mahkota yang sudah ditutup itu.

"Aku lebih baik menerima hukuman mati. Setahun ini terlalu berat bagiku...ayah...aku tidak yakin bisa hidup lebih lama..."Ujar Taisei

"Hisayuki-sama bahkan lebih tegar darimu. Beliau tersenyum seperti biasanya... Seolah-olah tidak ada yang terjadi. "Ujar Sang ayah

"Aku pemula dalam hal disakiti. Yang kusesali....bahkan sampai detik terakhir tak ada kata-kata baik dariku untuknya...Aku terus dihantui oleh kebodohanku sendiri...

"Kita sama saja...Tidak seharipun Ayah tidak merasa malu. Malu sekali di hadapan yang Mulia dan Hisayuki-sama... Ini karena kau sama sekali tidak mau mendengarkan Ayah... Ayah memintamu menikah baik-baik...namun kau tidak pernah mengindahkan permintaan ayah " Ujar sang ayah yang kemudian langsung meninggalkannya.

"Maafkan aku" Ujar Taisei pelan

"Aku pengkhianat sebenarnya... " Pikir Taisei

Ia kembali berjalan menuju ke ruangannya dan menyalakan sebatang dupa, entah sudah keberapa ratus dupa yang dinyalakannya.

ONCE AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang