Dia, yang di kirim Tuhan

26 3 0
                                    

Sial!!!

Ailen mengumpat yang sesalnya hanya terucap didalam hatinya.

Kenapa? Kenapa Ailen tidak mampu berbuat apa-apa saat bertemu dengan si brengsek Alif itu. Semua kata makian yang awalnya bertumpuk didalam otaknya hilang seketika. Menguap, dan hanya berhasil berakhir di ujung kerongkongannya.

Ailen sungguh merasa dirinya begitu menyedihkan. Padahal jika mengingat ke belakang, sungguh Alif selalu berhasil membuat hatinya terkoyak berkali-kali. Lelaki itu seperti tidak mempunyai hati nurani padanya. Memaki, menjatuhkan harga dirinya bahkan tatapannya pun seolah menganggap Ailen itu sampah.

Lamunan Ailen terhenti ketika suara bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi. Ia mempercepat langkah nya menuju kelas yang masih beberapa meter di depan. Tidak jarang ia bertabrakan dengan murid lain yang juga sedang sama-sama tergesa. Ailen meringkuk, menahan sakit dari luka yang tidak sengaja bergesekan dengan beberapa murid lain yang berlarian di samping kanan dan kirinya.

Syukurlah Ailen masuk ke kelas tepat waktu. Dia baru saja menjatuhkan tubuhnya di bangku paling belakang ketika Bu Rahma masuk dengan seorang anak laki-laki yang mengekor dibelakangnya.

"Selamat pagi anak-anak!" Sapa wanita muda itu dengan wajah cerianya.

"Pagi Bu!" Serentak seluruh kelas menjawab kecuali Ailen. Gadis itu lebih memilih mengamati sekitarnya dari balik hoddie.

"Wah, ibu bawa siapa tuh Bu?!" Seru salah seorang anak perempuan yang duduk dibaris paling depan dengan wajah berseri-seri.

Suasana kelas mulai riuh.

Bu Rahma tersenyum. "Diam semuanya. Ibu harap tenang! Minta perhatiannya sebentar yah semua?!"

"Silahkan Nata, kamu bisa mulai memperkenalkan diri kamu!" Sambung Bu Rahma mempersilahkan.

Beberapa murid saling berbisik-bisik dengan tatapan yang masih tertuju ke depan kelas. Ailen tak sengaja mendengar salah satu murid yang berkomentar lirih sambil tersenyum kecut.

"Ganteng sih mukanya. Tapi liat deh penampilannya! Urakan banget, kaya preman. Iya kan?!"

Ailen berdecih. "Mereka nggak pada ngaca apa?!!" Gumamnya mengutuk. Lalu ia kembali memilih tak perduli pada keributan kelas atau pun pada alasan keributan itu tercipta. Yang ia lakukan justru sibuk pada buku pelajaran yang terbuka lebar dihadapnnya itu.

"Nama saya Nata." Ucap anak laki-laki yang sekarang sedang menjadi pusat perhatian di dalam kelas.

Jeda beberapa detik setelah anak bernama Nata itu membuka suaranya. Semua murid hening, menunggu. Kalau-kalau Nata akan menambahkan sesuatu pada perkenalannya.

Bu Rahma kembali menghampiri Nata. Dengan gerakan tangannya ia mencoba memberi isyarat kepada Nata yang justru mengerutkan kening tanda tidak mengerti.

"Apa sudah selesai Nata?"

Sambil memandang sekeliling Nata mengangguk pelan.

"Oh, ibu kira ada yang mau kamu tambahkan." Bu Rahma tertawa canggung.

"Apaan sih, perkenalan diri macam apa kaya gitu doang?!" Celetuk Anak perempuan yang di awal terlihat antusias. Seisi kelas kembali riuh setelahnya.

Ailen memicingkan matanya. Dia sangat terganggu dengan suasana ramai yang dibuat oleh anak perempuan itu. Ah, Ailen bahkan tidak mengenal siapa dia. Tunggu! Ailen memang tidak mengenal satu pun teman sekelasnya. Lagipula dia tidak perduli. Dia hanya ingin secepatnya lulus dengan hasil memuaskan dan pergi ke universitas impiannya.

"Tenang anak-anak. Tenang semuanya!" Bu Rahma memberi peringatan. " Ya sudah Nata, kalau memang sudah tidak ada yang ingin kamu katakan lagi, kamu bisa duduk di...."

YOUNIVERSE (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang