Semua sudah terlambat

10 2 0
                                    

Crying Alone – Sad instrumental composed by JURRIVH

Ailen menutup buku paket yang baru selesai ia rangkum. Ujian akhir tinggal menghitung hari lagi, ia sepertinya sudah begitu siap. Ailen menghirup nafas dalam-dalam, tidak sabar menunggu saat itu tiba. Ia hanya ingin cepat-cepat keluar dari tempat itu. Meninggalkan semua nya. Hatinya, perasaannya, juga kenangannya. Untuk memulai lembar baru di hidupnya tanpa ada siapapun yang mengusiknya.

Ia bangkit dari kursi perpustakaan. Sebelum mengembalikkan buku-buku itu kembali ke tempatnya. Ia memilih keluar ke arah balkon perpustakaan yang menghubungkan langsung dengan pemandangan taman belakang sekolah.

Ailen begitu suka menyendiri disini. Di bagian belakang perpustakaan. Apa lagi kalau bukan jauh dari keramaian. Kebanyakan siswa sekolah ini jarang menggunakan bagian belakang perpustakaan yang katanya berhantu. Benar-benar konyol memang, tapi Ailen beruntung karena hal itu. Tempat ini menjadi tempat favoritnya untuk berkencan dengan buku-buku disana.

Tangannya menggenggam erat pagar balkon yang dingin itu. Matanya terpejam, merasakan hembusan angin dingin menerpa wajahnya. Benar-benar kedamaian. Sudah lama Ailen tidak merasakan hatinya se-tenang ini.

Tak ada beban yang menggelayuti fikirannya. Sungguh, Ailen hanya ingin seperti sekarang ini. Diam-diam hatinya memohon kepada Tuhan, kali ini tolong biarkan doanya naik ke atas menembus langit. Jangan biarkan hatinya kembali berharap. Ia takut, bahwa jika dibiarkan hatinya akan kehilangan kepercayaan-Nya.

Senyum Ailen memudar, matanya terbelalak terkejut ketika ia merasakan hembusan nafas di belakang telinganya. Ia segera berbalik ke belakang, namun tidak di seseorang disana. Ailen berlari masuk ke dalam, ia menoleh kesana kemari barang kali tadi memang ada seseorang yang datang ke tempatnya itu. Namun dari kejauhan, di bagian tengah perpustakaaan hanya ada beberapa siswa yang sedang duduk membuat kelompok belajar.

Ailen menunduk lemah. Mungkin memang hanya perasaannya yang salah. Mungkin juga karena ia yang selalu menyendiri seperti ini mulai mengalami halusinasi.

"Nyari siapa?"

Gadis itu tersentak ke belakang. "Astaga NATA!!!"

Nata tengah berdiri dihadapannya mengamati. Lagi-lagi sorot matanya begitu tajam, langsung membidik tepat pada sasaran di depannya. Membuat Ailen gelagapan dan memilih menghindar.

Ailen sendiri tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat ini. Gadis itu seperti melemah, keteguhannya mulai goyah. Rasanya ingin berteriak, menolak se keras-kerasnya dan menyuruh laki-laki itu untuk pergi.

"Apa muncul tiba-tiba itu emang hobi lo ya? Bisa nggak sih lo nggak bikin gue kaget!" Ailen meremas dadanya yang masih bergejolak hebat. Ia hampir percaya cerita konyol yang menyebutkan jika bagian belakang perpustakaan ini memang berhantu. Dan hantu itu kini memang tengah berdiri di sampingnya. Berdiri, dan tidak berhenti menatap. "Dasar setan!"

"Ada apa?" tanya nya setelah lama tak ad tanggapan dari lawan bicara.

Ailen kemudian bergegas kembali ke meja perpustakaan tempatnya menyalin rangkuman. Lalu segera mengemas tumpukan buku untuk di kembalikan ke tempatnya.

Nata terlihat masih mengekorinya di belakang. Lalu ikut berhenti begitu Ailen berhenti pada salah satu rak buku.

"Lo nggk nanya kenapa gue ada disini?"

"Emang penting gitu? Bukan urusan gue!" Jawab Ailen tak perduli.

Lama-lama Ailen jengah. Nata sepertinya tidak berniat untuk berhenti mengganggunya saat itu. Ailen tidak nyaman jika Nata terus memperhatikannya dengan raut wajah yang tak bisa ia baca.

YOUNIVERSE (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang