Mew tidak tahu jika kepulangannya ke Thailand akan membuatnya berurusan dengan orang yang unik seperti Gulf. Terkadang Mew berpikir keras kenapa harus Gulf yang mendapatkan penyakit mematikan itu padahal pria kecil itu adalah orang yang ceria dan baik hati. Walaupun Mew baru mengenalnya beberapa bulan ini, tapi pria tinggi itu sudah sangat mengenal Gulf.
"Mew, aku butuh air minum!" seperti saat ini. Mew melihat wajah Gulf yang memerah dan nafasnya yang terengah – engah, pria tinggi itu memberikan sebotol air minum yang Gulf butuhkan tapi tidak berani menanyakan apapun. Bagi Mew, Gulf sudah besar dan dia pasti tahu apa yang harus dia lakukan ketika kondisinya seperti ini, "terima kasih ya, aku harus kembali membantu P' An menyusun buku di rak" pria itu bersiap untuk pergi tapi tangan Mew menahannya dengan wajah bodoh.
"aku akan membantumu, aku tidak ada kelas lagi" lalu aku menarik tangannya dan kami berjalan bersama di sepanjang lorong. Gulf menoleh ke arah Mew dan tersenyum, lalu pria kecil itu berterimakasih, "aku membantumu karena takut kau kenapa – napa"
Penyusunan buku itu berlangsung selama 3 jam dan selama itu pula Gulf tidak berhenti mendorong kereta bukunya. Ketika Mew melihat pria kecil itu sudah kelelahan, pria tinggi itu dengan cepat menawarkan diri untuk membantu. Meski harus berdebat dulu panjang lebar, Gulf akhirnya mau beristirahat dulu dan meminum kembali obatnya saat An sedang pamit untuk keluar sebentar.
"Gulf, jangan memaksakan diri" Mew membantu Gulf untuk meletakkan buku terakhir ke rak paling atas dengan bantuan tangga, Gulf yang mendengar ucapan Mew hanya bisa menganggukkan kepalanya, "aku tahu setelah ini kau ingin kembali ke meja mu untuk mendata buku baru" dan keras kepala karena Mew melihat Gulf langsung menoleh ke arah meja kerjanya setelah mereka selesai mengembalikan tangga.
"aku ingin menjadi orang yang berguna sebelum waktuku habis" Gulf meraih tangan Mew untuk dia genggam lalu pria itu tersenyum, "aku tidak mau menyusahkan orang lain dan membuat orang lain kasihan kepadaku"
Mew lagi – lagi tidak mengerti bagaimana cara Gulf memaknai hidupnya yang singkat ini, "lalu kenapa kau begitu terus terang kepadaku?" dan akhirnya Mew mencari tahu jawaban dari rasa penasarannya selama ini.
"karena kau tidak pernah melihatku seperti itu" Gulf terkekeh pelan, "kau tidak pernah memperlihatkan bahwa kau kasihan kepadaku. Terkadang kau akan galak dan mengacuhkanku" lalu pria itu merengutkan bibirnya, "kau juga berbicara sangat singkat, hanya sesekali kau akan berbicara dengan begitu panjang"
Mew pikir, dia tidak sengaja melakukan itu.
"berbeda dengan Ibu dan Ayahku yang selalu memanjakan aku di rumah. Mereka juga selalu berbicara dengan manis kepadaku" sambung Gulf lagi dengan menundukkan wajahnya, "aku tidak suka diperlakukan seperti itu" Gulf hampir saja ingin meneteskan air matanya, tapi dia langsung mendongak begitu merasakan tangan Mew yang mengusap rambutnya dengan gerakan lembut.
"aku tidak tahu bagaimana rasanya" Mew menatap Gulf dengan tatapan tegasnya kembali, "aku tidak tahu bagaimana rasanya menjadi dirimu, tapi aku sudah merasakan rasanya kehilangan seseorang yang sangat dicintai" lalu Mew mengusap kedua mata Gulf yang berkaca – kaca, "aku tidak mau kehilangan lagi, rasanya sangat menyakitkan"
Gulf yang melihat Mew seperti itu tanpa sadar tersenyum lirih, "kau tidak akan kehilangan aku selama beberapa bulan ke depan, Mew" lalu pria kecil itu dengan cepat memeluk Mew dengan tangan kecilnya, "aku tidak akan kemana pun" dan bergumam pelan.
.
.
Kampus hari ini ramai dengan sponsor buku – buku yang datang dari berbagai toko. Mew yang tidak suka acara ramai seperti ini ingin sekali bersembunyi di ruang Dosen tapi para Dosen lebih dulu menghadangnya dan memaksanya ikut ke dalam acara Bazar buku kalau tidak mereka akan mengadukan Mew kepada Wakil Dekan.
"aku tidak tahu kalau pihak perpustakaan bisa membuat acara Bazar sebesar ini" Champ meneguk air minumnya dengan perlahan, "kudengar juga ini berkat Gulf yang sangat giat" lalu Dosen lain menyambungnya. Mew yang mendengar itu langsung merasa bahwa selama ini dia tidak terlalu memperhatikan Gulf, bahkan acara sebesar ini saja dia tidak tahu bahwa Gulf yang mengurusnya, "sekarang, anak itu kelelahan di ruang kesehatan"
Mew yang mendengarnya langsung panik, "Gulf di ruang kesehatan, P' ?" dan bertanya dengan tiba – tiba kepada Champ, "kudengar dia sedang istirahat karena tadi pingsan" sambung Champ dan Mew langsung berlari meninggalkan rombongan para Dosen untuk memeriksa keadaan Gulf. Bukan tidak mungkin penyakit pria itu kambuh dan dia tidak bisa meminum obatnya di depan No.
"kau siapa?" No terlihat baru saja akan melepaskan jubah kerjanya dan terkejut melihat pintu ruang kesehatan terbuka.
"apa Gulf masih di sini?" Mew mengabaikan pertanyaan No dan malah memberikan pertanyaan lain. Gulf yang mendengar suara Mew dari luar langsung mengintip dari balik tirai gorden yang menjadi pemisah antara kasur yang satu dengan yang lain.
"Mew?!" Gulf melambaikan tangannya begitu dia membuka tirai gordennya sehingga Mew langsung berlari menghampirinya, "bagaimana kau tahu?" lalu memukul kepala Gulf pelan.
"bagaimana kau bisa seperti ini?" Mew memandang pria kecil itu dengan tatapan tegasnya. No yang melihat itu langsung mendekat karena merasa tidak menyukai Mew yang terlihat akrab dengan Gulf.
"kalian sangat akrab ternyata, kupikir hanya gosip" No mencibir, Gulf yang melihat itu langsung tertawa sambil menutup mulutnya, "jangan cemburu, Techno" ucap Gulf masih dengan tertawa.
No yang melihat Gulf seperti itu langsung menoleh ke arah Mew yang diam saja, "kau tidak mau berkomentar?" Mew hanya mengendikkan bahunya dan kembali sibuk memperhatikan Gulf.
"kalian harus berteman dan menjadi akrab, jadi kalau aku tidak ada kalian bisa saling membantu" No menggelengkan kepalanya sedangkan Mew mengacuhkan No begitu saja, "aku anggap itu jawaban iya" lalu Gulf kembali berbaring di kasur.
Mew kemudian melihat Gulf memanggilnya lalu mendekat, "aku butuh obatku, Mew. Rasanya sakit sekali" ucap pria kecil itu pelan sambil memegang dadanya.
"aku akan ambilkan, di mana tasmu?" Mew melihat sekitarnya untuk mencari tas Gulf dan melihat tas itu ada bersama No di mejanya, "aku akan menyuruhnya pergi"
Gulf tidak tahu apa yang Mew katakan kepada No agar pria itu pergi, "aku menyuruhnya membelikanmu makanan karena kau lapar" tapi pria itu pergi juga sambil mengomel.
"ini obatnya, cepat minum" Gulf menerima obatnya yang sudah diambilkan Mew dari dalam tasnya dan segera meminumnya, "apa sudah baikan?" dan terlihat khawatir setelahnya.
Gulf tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya, "sudah, terima kasih" dan mengembalikan botol minumnya kepada Mew, "senang rasanya memiliki kau di sini"
"aku pikir kita bisa melakukannya" Mew tiba – tiba menarik Gulf untuk mendekat dan pria itu langsung memeluk Gulf dengan erat, "menjalin hubungan tidak bisa dilakukan sendirian, jadi mari kita lakukan berdua"
Gulf yang mendengar Mew berbicara seperti itu langsung terlihat terkejut, "apa?" dan mencoba untuk mendorong Mew agar mau melepaskan pelukannya, "Mew, lepaskan dulu"
"tidak mau, kau harus bertanggung jawab"
Untuk pertama kalinya setelah kedua orang tuanya meninggal, Mew kembali tersenyum karena seseorang yang menarik seperti Gulf.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOMING THE WIND - MEW GULF ✔
Fanfiction[END] "jika aku terlahir kembali, aku ingin menjadi angin. Aku ingin mengikuti semua langkahmu, menyejukkanmu ketika kau berkeringat, dan menghiburmu dengan membuat semua tanaman yang ada menari" #6 MewGulf (19 desember 2020) #5 MEW (26 mei 2021)