"karena sekarang hari libur, bagaimana kalau kita jalan – jalan?" Gulf mengunyah sarapan paginya dengan wajah cerah dan Mew tahu bahwa pria itu sedang bahagia hari ini. Terkadang Mew berpikir bagaimana Gulf bisa menyembunyikan penyakit berbahaya yang berada di dalam tubuhnya hanya dengan senyumannya itu, "kau mau?"
Lalu Mew tersadar, darimana Gulf tahu alamat apartemennya.
"aku tidak pernah mengatakan di mana aku tinggal" Mew membantu Gulf meminggirkan timun dari makanannya karena Gulf bilang dia tidak suka timun dan Mew tidak tahu itu.
"aku bisa bertanya kepada siapapun" jawab Gulf, "mereka bertanya kenapa aku mau mengunjungi tempat tinggal seseorang sepertimu. Apa maksudnya?" dan Gulf membuka mulutnya setelah meminta Mew untuk menyuapinya sepoton gbesar daging sapi.
"tidak ada yang mau mengunjungi tempat tinggal orang membosankan sepertiku" ucap Mew, lalu Gulf memandangnya dengan wajah kesal, "kau harus mengunyahnya, jangan hanya mengemutnya"
Gulf menganggukkan kepalanya, "aku tahu" lalu dengan cepat dia mengunyah, "tapi kau hanya perlu bicara, jadi mereka bisa tahu kalau kau itu sangat menarik" dan meminta Mew memberikannya segelas air.
"itu tidak perlu, aku suka membayangkan apa yang kira – kira mereka katakan" Mew memasukkan sesendok penuh nasi ke dalam mulutnya lalu memandang ke langit – langit rumah, "aku sudah seperti itu sejak dulu"
Gulf berdehem, "kau harus mengubahnya mulai sekarang, mengerti?" dan meletakkan sepotong besar daging sapi ke piring Mew, "kau harus makan banyak. kita akan jalan – jalan!"
.
.
Mew pikir, orang yang sangat mencintai buku seperti Gulf akan mengajaknya pergi ke toko buku atau ke perpustakaan daerah. Kenyataannya, Gulf malah membawa Mew ke semua tempat makan yang sangat ingin dia kunjungi dari dulu, "kau tahu, di sini adalah tempat dessert termanis dan enak!"Gulf mengunyah makanannya dengan wajah bahagia yang sudah sering Mew lihat.
"kita daritadi hanya makan, kau tidak kenyang?" Mew melihat keadaan sekitar Cafe, "pengunjung di sini semuanya perempuan, hanya kita yang berbeda" lalu kembali menghabiskan dessert miliknya.
Gulf tersenyum, "tidak ada yang melarang pria masuk ke sini. Cepat habiskan, aku ingin foto berdua denganmu"
Jadi setelah menghabiskan dessert di sana, Gulf dan Mew berjalan kembali menuju sebuah studio foto yang berada di Siam. Gulf bilang No pernah berfoto di sana bersama keluarganya dan hasilnya sangat bagus.
"aku ingin foto dengan efek zaman dahulu, apakah bisa?" Gulf bertanya kepada fotografer yang akan memotret mereka dan mendapati bahwa mereka bisa melakukan itu jika diminta, "itu bagus"
"kenapa harus begitu?" Mew membolak – balik album foto yang ada dan mengakui bahwa hasil potret mereka sangat bagus, "ada banyak pilihan di sini"
Gulf menggelengkan kepalanya, "aku ingin mengingat foto itu sebagai foto lama, setidaknya mengingatkan aku bahwa aku pernah hidup lama di dunia ini" lagi – lagi Gulf membuat Mew terdiam. pria tinggi itu langsung menggenggam erat tangan Gulf sambil tersenyum simpul.
"ayo kita lakukan!"
Tapi setelah fotografer itu selesai memotret Mew dan Gulf, pria kecil itu tiba – tiba pingsan dan Mew membawanya ke rumah sakit.
.
.
"aku sangat ingin memukulmu karena kau selalu saja membuat Gulf kelelahan!" Mew terkejut karena tiba – tiba saja mendapati No menghampirinya yang sedang duduk di depan kamar rawat Gulf. Mungkin pihak rumah sakit dan orang tua Gulf sudah bekerja sama jadi No tidak tahu kalau sebenarnya penyakit Gulf sudah semakin parah.
"aku ingin sekali memintamu untuk menjauh dari Gulf tapi aku tidak bisa karena Gulf selalu saja melihatmu dengan mata berbinar" No meraih kerah leher baju Mew dengan wajah marahnya tapi ketika No ingin memukul pria tinggi itu, orang tua Gulf tiba – tiba saja muncul dan melerai mereka.
Mew bisa melihat bagaimana orang tua Gulf mencoba berbohong dengan mengatakan bahwa Gulf hanya kelelahan, lalu meminta Mew dan No menenangkan diri masing – masing, "terima kasih karena tidak mengatakan apapun kepada No" bisik Ayah Gulf kepada Mew.
Mew yang mendengar itu hanya bisa menatap Ayah Gulf dengan wajah tegasnya seperti biasa, "Paman, aku ingin sekali memakan hatinya Gulf. Aku tidak ingin Gulf kesakitan seperti ini" lalu bergumam dan membuat Ayah Gulf menjadi menangis.
No dan Ibunya Gulf yang melihat itu hanya bisa saling diam, No tidak berani ikut campur urusan orang tua Gulf dan Ibunya Gulf tidak ingin mengingkari janjinya kepada Anaknya, "Bibi, apa Gulf akan segera sembuh?" No bertanya sambil menggenggam tangan Ibunya Gulf dan membuat perempuan paruh baya itu menganggukkan kepalanya.
"tentu saja" dan itu membuat No merasa lega.
Keesokan paginya, Mew datang kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Gulf. Pria tinggi itu berpapasan dengan orang tua Gulf dan mereka meminta Mew untuk menjaga anaknya sebentar karena mereka harus pulang untuk mengambil beberapa pakaian Gulf. Jadi Mew mendekat dan membuka pintu kamar rawat secara perlahan, lalu melihat Gulf sedang menari secara acak.
"kau sepertinya sudah sembuh" Mew masuk dan meletakkan kantong plastik berisi makanan yang dia beli tadi di atas meja, mengabaikan Gulf yang saat ini sedang histeris karena malu Mew melihatnya sedang menari.
"seharusnya kau ketuk dulu" Gulf menyembunyikan dirinya di ranjang rumah sakit dan menutupi dirinya dengan selimut sampai ke kepala, "kau melihatku bertingkah aneh"
Mew yang melihat Gulf seperti itu langsung menarik selimutnya dan merapikan rambut Gulf yang berantakan, "kau sangat lucu tadi" ucap Mew lalu mencium bibir pucat Gulf dengan lembut, "apa kau sudah baikan?"
Gulf menganggukkan kepalanya cepat, "aku tidak sakit kok, kau saja yang terlalu berlebihan mengantarkan aku ke rumah sakit. Ibu dan Ayahku jadi gempar sendiri" jawab Gulf sambil menggembungkan kedua pipinya.
"kau benar – benar tidak tahu malu. Itu tandanya aku khawatir" Mew memukul kepala Gulf pelan lalu mengusapnya sambil bergumam maaf.
Gulf yang melihat Mew seperti itu langsung menarik pria tinggi itu mendekat agar dia bisa memeluknya dengan erat, "apa aku terlihat jelek sekarang" Mew menggelengkan kepalanya, "kau berbohong" sambungnya.
"aku belajar darimu" lalu Mew semakin mengeratkan pelukannya. Pria tinggi itu tiba – tiba teringat dengan cincin yang dia beli tadi malam ketika dalam perjalanan pulang, "Gulf, lepaskan dulu. Ada yang mau aku berikan kepadamu"
Gulf melepaskan pelukannya dan melihat Mew merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu, itu adalah sebuah kotak kecil dan berisi dua cincin yang sangat manis, "kau membelinya untukku?"
"tentu saja, bodoh" ucap Mew dengan nada bercanda, pria itu kemudian meraih tangan Gulf dan memasangkan cincin itu di jari manisnya, "di Amerika, memberi cincin seperti ini dan memasangkannya itu bermakna bahwa kau adalah suamiku" lalu Mew mencium jari manis itu. Gulf yang merasa senang merebut kotak cincin dari tangan Mew dan mengambil cincin satunya lagi.
"kalau begitu, kau juga suamiku" ucap Gulf sambil memasangkan cincin yang satunya lagi di jari manis Mew. Pria tinggi itu kemudian memeluk Gulf kembali dan memberikan sisa – sisa kehangatan yang ada untuk pria kecil itu. Mew berharap ada keajaiban untuk mereka berdua, meskipun Mew sendiri sebenarnya tidak percaya dengan adanya keajaiban.
"karena kau begitu mengkhawatirkan suamimu ini. Sebagai imbalannya aku akan menemanimu ke pantai ketika sudah keluar dari rumah sakit"
"apa ini leluconmu?"
"tidak. Aku serius"
Sebenarnya, Mew juga ketakutan.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOMING THE WIND - MEW GULF ✔
Fanfiction[END] "jika aku terlahir kembali, aku ingin menjadi angin. Aku ingin mengikuti semua langkahmu, menyejukkanmu ketika kau berkeringat, dan menghiburmu dengan membuat semua tanaman yang ada menari" #6 MewGulf (19 desember 2020) #5 MEW (26 mei 2021)