"Jis kenapa kamu ngelamun?"
"Eh aku gapapa kok"
"Serius? Tapi fisik kamu bilang kalo kamu ga baik sekarang" ucap Wendy seraya memeriksa suhu badan Jiso dan yap dugaan Wendy benar suhu badan Jiso saat ini demam tinggi termometernya menunjukkan garis merah memanjang ke arah 39°.
"Aku cuma butuh istirahat saja, mungkin karena lagi banyak kerjaan kan kita mau akreditasi rumah sakit"
"Kamu pulang saja ya, lagian kerja kamu udah selesai. Soal akreditasi atasan pasti ngerti kok kalo kamu lagi sakit yang ada nanti jadi buyar semua"
Jiso hanya tersenyum dan merapihkan barangnya bersiap untuk pulang. Ia memang sakit saat ini namun bukan karena lelahnya pekerjaan namun karena tekanan batin yang ia terus pendam semenjak ia terus-menerus mendapatkan teror.
Terhitung sudah 10 teror yang ia terima dan beragam bentuknya. Dari surat, hewan mati, sampai tanah dengan belatung didalamnya yang dikubur fotonya bersama Ian ditanah itu.
Ia tidak bisa memberi tau Ian tentang teror itu ia tidak mau pekerjaan Christian harus buyar juga hanya karena satu orang aneh yang selalu menerornya.
"Oh Tuhan apalagi ini"
Jiso menerima sepucuk surat lagi di dalam
apartementnya. Ia sangat muak dengan semuanya namun ia harus bisa menahan itu semua.Hi sweaty masih belum takut juga? Masih
berbahagia diatas penderitaan orang lainBitch!!!!
Pergi jauh-jauh dari kehidupan Christian Yu atau
aku yang akan membuang mu jauh-jauh dari dunia
ini.Persetan dengan semuanya ia lelah. Ia ingin beristirahat walau hanya sebentar. Ia harus memikirkan dirinya dan Ian untuk kedepannya menghadapi teror murahan seperti ini.
Ian is calling....
"Halo ini dengan siapa?" Tanya seseorang kepada Ian
"Saya pacar Jiso dimana dia mengapa telfonnya ada padamu?"
"Aku Wendy suster pendamping dokter Jiso dan hp nya tertinggal di rumah sakit"
"Baik aku akan kesana mengambilnya"
Christian hampir saja menelfon seluruh anak buahnya jika saja yang mengangkat telfon itu bukanlah Wendy melainkan orang jahat yang akan melukai perempuannya.
Dengan segera ia langsung menuju rumah sakit padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pikirannya tidak enak hari ini dan selalu tertuju pada Jiso yang seharian ini tidak menghubunginya dan susah untuk dihubungi.
Karena sibuk dengan pekerjaan membuat Christian lama tidak menghabiskan waktu bersama Jiso dan mereka hanya selalu berbagi kabar lewat chat masing-masing.
"Aku sudah di lobby rumah sakit" ucap Ian pada seseorang di sambungan telefonnya
"Maaf membuat mu menunggu ini hp jiso"
"Terima kasih"
"Tuan tunggu"
Ian menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Wendy yang menunjukkan raut wajah khawatir yang membuat Christian semakin memiliki rasa tidak enak pada hatinya akan keadaan Jiso.
"Sebenarnya hari ini Jiso demam tinggi dan aku terpaksa mengatakan rahasia ini padamu aku rasa kau sebagai pacarnya berhak tau"
"Cepat katakan dengan jelas jangan membuatku semakin khawatir padanya"
"Sudah lama ia mendapatkan teror dari seseorang yang isi nya selalu sama meminta ia untuk menjauh dari mu atau jika tidak ia yang akan dalam bahaya. Tapi aku mohon jangan sampai Jiso tau aku mengatakan ini padamu. Ia juga tidak mau sesuatu terjadi padamu. Ia lebih baik melihat dirinya sendiri yang menderita dari pada orang yang ia sayang harus ikut terbebani juga"
"Terimakasih telah memberitau"
Fikirannya terbengkalai. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh tidak peduli pada jalanan sekitar. Ia harus menemui Jiso sekarang sebelum terjadi apa-apa padanya.
Ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi,
ia harus mencari tau siapa dalang dari semua ini dan ia pastikan orang itu akan menyesali perbuatannya karena telah mencari masalah dengan Christian.Ting....
Tidak ada jawaban dari dalam sana berulang kali Ian memencet bel apartement Jiso. Ia mencoba mendobrak pintu apartemnt Jiso tidak peduli jika tetangga Jiso terusik dengan suara bising yang keras.
"Jiso, Jiso dimana kamu sayang?" Teriak Christian di dalam apartement Jiso.
Matanya tertuju pada pintu kamar Jiso yang terbuka sedikit. Dengan hati-hati ia memasuki kamar tersebut dan mendapati Jiso yang tertidur didalam selimut tebal dengan badan yang sedikit bergetar.
Jiso demam tinggi dan mulai meracau gelisah yang membuat Christian segera menyingkap selimutnya hendak membawa Jiso kerumah sakit.
"Tidak ku mohon pergilah"
"Jiso bangun sayang ini aku Ian" ucapnya sembari memegang tangan Jiso yang mengenggam erat tangannya.
"Jangan sakiti aku jangan sakiti Christian Yu, dia tidak bersalah pergilah"
Tidak ingin mengulur waktu lama, Ian segera
mengangkat tubuh Jiso dan melarikannya cepat kerumah sakit.Ia gelisah menunggu Jiso yang diperiksa di dalam ruangan perawatan. Ia takut wanitanya akan sakit karena kelalaiannya yang tidak peka terhadap gerak-gerik Jiso yang sengaja mengabaikannya demi melindungi dirinya.
"Permisi tuan, nona Jiso sudah bisa kau lihat
keadaannya""Bagaimana dengan kondisi Jiso dia sakit apa?"
"Aku pikir ia hanya kelelahan dan sedang banyak beban pikiran. Tolong untuk mengurangi beban pikirannya karena itu tidak bagus untuk kesehatannya dan cobalah buat ia melupakan hal-hal negatif"
"Baik terima kasih dok"
Perlahan Christian mendekati tubuh mungil Jiso yang terbalut pakaian rumah sakit. Jiso tertidur pulas dengan wajah pucatnya yang membuat Christian khawatir akan keadaannya.
Pilihannya sudah bulat Jiso harus pindah ke rumahnya demi keselamatannya. Tidak peduli jika nantinya Jiso akan menolak .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Meet [Reupload FINISH]
FanficPertemuan yang tak terduga dengan wanita yang berhasil mencuri perhatiannya membuat Christian Yu sangat berterima kasih kepada kakaknya yang sudah menyuruhnya pergi ke rumah sakit.